Mohon tunggu...
Windu Merdekawati
Windu Merdekawati Mohon Tunggu... Penulis - Petualang hidup

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sejenak Merenungkan Kembali Esensi Pendidikan

10 September 2017   23:00 Diperbarui: 12 September 2017   10:38 2913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selanjutnya mengenai "Sistem Among"

Selama pengasingannya di Belanda yaitu pada tahun 1913-1919, Ki Hadjar mulai fokus pada pengembangan sistem pendidikan nasional yang baru. Ki Hadjar mulai mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya di bidang pendidikan dan mengikuti pendidikan pada sekolah tinggi pedagogi di Den Haag selama masa pengasingannya. 

Pada tahun 1915 Ki Hadjar juga bergabung dengan dewan sekolah Montessori yang pertama di Belanda. Beliau juga turut berpartisipasi dalam Kongres Pertama untuk Pendidikan Kolonial dan mengusulkan sebuah media bahasa instruksi baru yaitu bahasa Melayu.

Ki Hadjar tertarik dengan pendekatan pendidikan baru oleh Dr. Maria Montessori (1870-1952) yang menekankan nilai dari aktivitas mandiri anak dan pentingnya pertumbuhan anak sebagai individu. Kelak pemikiran beliau tersebut dikenal dengan Metode Montessori. 

Selain itu Ki Hadjar juga tertarik dengan karya Rabindranath Tagore (1861-1941), terutama tentang teori pendidikan yang dikembangkan bertentangan dengan ide-ide pendidikan ala "Barat". Ki Hadjar kemudian menggunakan unsur-unsur dari metode ini untuk menciptakan pendekatan metode pendidikan baru di  Tamansiswa.

Berdasarkan pengalaman dengan pendidikan tradisional dan progresif, Ki Hadjar mampu menciptakan sebuah pendekatan pendidikan baru di Tamansiswa yaitu "Sistem Among".

"Sistem Among yaitu menyokong  kodrat alamnya anak agar dapat mengembangkan hidup lahir batin menurut  kodratnya sendiri-sendiri. Pengetahuan, kepandaian janganlah dijadikan  tujuan, tetapi semata hanyalah alat untuk memperoleh Keluhuran Budi dan  Bijaksana. Buahnya pendidikan yaitu matangnya jiwa, yang dapat  mewujudkan hidup dan penghidupan yang tertib, suci dan bermanfaat bagi  orang lain" ~Ki Hadjar Dewantara (Pusara, 1942).

Among  berasal dari kata "momong" yang dalam bahasa Jawa berarti mengasuh. Dalam Sistem Among ini guru berperan seperti orang tua yang mengasuh anak kandungnya sendiri. Ada tiga hal utama dalam Sistem Among ini, pertama yaitu "Ing ngarso sung tulodho" yang maksudnya yaitu guru harus dapat memberikan contoh teladan, kedisiplinan, tata krama dan budi pekerti. Yang kedua yaitu "Ing madyo mangun karso" yang artinya guru harus memberikan suatu motivasi dorongan untuk membangun jiwa para siswa sesuai 3 unsur pendidikan (tripusat) yang diterapkan oleh Ki Hadjar Dewantara. 

Pertama, pendidikan berlangsung dalam keluarga. Anak dididik dalam keluarga sejak dalam  kandungan, kemudian lahir dan berkembang sesuai pendidikan yang  diterapkan dalam keluarga. Kedua, pendidikan berlangsung di sekolah yang akan membentuk kecerdasan, keterampilan, budi pekerti para murid. Ketiga, pendidikan berlangsung di masyarakat. Anak-anak harus diberi pendidikan di masyarakat agar anak dapat terjun langsung dalam suatu organisasi/perkumpulan, menjadi lebih peka pada lingkungan sekitarnya. Selanjutnya, "Tut wuri handayani" yang artinya di belakang memberikan daya semangat dan dorongan.

"Kesenian yang kita pakai sebagai alat pendidikan di Tamansiswa bermaksud untuk mempengaruhi perkembangan jiwa anak ke arah keindahan yang berkaitan  dengan keluhuran dan kehalusan budi, sehingga layak menjadi manusia  beradab dan berbudaya" (Ki Hadjar Dewantara).

Ki Hadjar adalah seorang pelopor yang mengaplikasikan seni dan budaya ke dalam  pendidikan di Indonesia. Dolanan anak atau permainan tradisional anak menjadi muatan yang penting dalam sistem pendidikan di Tamansiswa. Ki Hadjar berpendapat bahwa dolanan anak adalah ekspresi alami (kodrat alam) dari proses belajar anak dipadukan dengan budaya daerah mereka  sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun