Mohon tunggu...
Nabila Adelia Novianti
Nabila Adelia Novianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Saya memiliki hobi memasak dan berenang, serta minat yang mendalam terhadap dunia kuliner. Saat ini, saya menjalani studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat, program studi Ilmu Gizi di Universitas Hasanuddin, yang memperkuat kecintaan saya terhadap ilmu gizi dan makanan sehat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran Pola Makan Seimbang dan Kesadaran Diri dalam Membangun Citra Tubuh yang Sehat

23 September 2024   17:02 Diperbarui: 23 September 2024   17:09 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Di era modern saat ini, banyak individu, terutama remaja dan orang dewasa muda, menghadapi tekanan sosial yang kuat terkait dengan penampilan fisik. Media sosial, iklan, dan standar kecantikan yang dipromosikan secara luas sering memberikan gambaran ideal tentang tubuh yang sering kali tidak realistis dan tidak dapat dicapai oleh sebagian besar orang. Hal ini memicu munculnya masalah body image atau citra tubuh yang negatif, yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental dan fisik seseorang. Mereka yang merasa tubuhnya tidak sesuai dengan standar tersebut sering mengalami rasa tidak percaya diri, kecemasan, bahkan gangguan makan.

Dalam upaya mencapai citra tubuh ideal, banyak orang terjerumus ke dalam pola makan yang tidak sehat. Beberapa mengurangi asupan makanan secara drastis, menghindari kelompok makanan tertentu, atau mengikuti tren diet ekstrem yang belum tentu didukung oleh bukti ilmiah. Pola makan yang tidak seimbang ini dapat merusak kesehatan secara keseluruhan dan meningkatkan risiko gangguan metabolik, kekurangan nutrisi, serta gangguan mental. Sebaliknya, pola makan seimbang dan asupan gizi yang tepat memainkan peran kunci dalam membangun body image yang sehat, yang tidak hanya melibatkan penampilan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan emosional.

Pola makan seimbang berarti mengonsumsi makanan yang memenuhi kebutuhan energi dan gizi harian tubuh, termasuk karbohidrat, protein, lemak sehat, vitamin, mineral, dan serat. Semua nutrisi ini memiliki fungsi penting dalam menjaga fungsi tubuh dan mendukung pertumbuhan, perkembangan, serta pemeliharaan jaringan tubuh. Ketika seseorang mengadopsi pola makan yang seimbang, tubuh mereka dapat mencapai berat badan yang sehat secara alami, tanpa harus mengikuti metode diet yang ekstrem atau berisiko.

Lebih jauh lagi, kesehatan mental sangat terkait dengan pola makan yang seimbang. Penelitian menunjukkan bahwa nutrisi yang memadai dapat meningkatkan mood, mengurangi tingkat stres, dan mendukung kesehatan otak. Kekurangan nutrisi seperti asam lemak omega-3, vitamin B, magnesium, dan zat besi sering dikaitkan dengan gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Ketika tubuh kekurangan nutrisi yang dibutuhkan untuk berfungsi dengan baik, otak juga terkena dampaknya, yang bisa memperburuk perasaan negatif tentang citra tubuh. Sebaliknya, pola makan yang kaya akan nutrisi dapat membantu stabilisasi suasana hati dan mendukung persepsi diri yang lebih positif, yang pada gilirannya meningkatkan rasa percaya diri terhadap penampilan fisik seseorang.

Peran media sosial juga sangat besar dalam membentuk persepsi masyarakat tentang kecantikan. Banyak media menggambarkan tubuh ideal yang kurus atau berotot, yang sering kali tidak realistis bagi sebagian besar orang. Hal ini menciptakan tekanan sosial yang kuat, membuat banyak individu merasa bahwa mereka harus mengubah tubuh mereka agar sesuai dengan standar tersebut. Ketika standar kecantikan ini dikombinasikan dengan tren diet yang ketat atau ekstrem, hasilnya sering kali adalah pola makan yang tidak seimbang, yang justru merusak kesehatan dalam jangka panjang.

Namun, melalui pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya pola makan seimbang dan asupan gizi yang tepat, individu dapat mulai melepaskan diri dari ekspektasi sosial ini dan berfokus pada kesehatan mereka secara keseluruhan. Citra tubuh yang sehat bukan hanya soal bagaimana seseorang terlihat, tetapi lebih tentang bagaimana tubuh merasa dan berfungsi. Tubuh yang sehat dapat hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran, dan kesehatan sejati tidak diukur dari penampilan fisik semata, tetapi juga dari bagaimana tubuh dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan energi dan vitalitas.

Pendekatan holistik yang mencakup pola makan seimbang, aktivitas fisik yang cukup, serta dukungan mental dan emosional sangat penting untuk membangun citra tubuh yang positif. Mengadopsi pola makan seimbang berarti memberi tubuh nutrisi yang dibutuhkannya untuk berfungsi dengan optimal, sementara penerimaan diri dan dukungan sosial dapat membantu seseorang menghargai tubuhnya apa adanya, tanpa terjebak dalam tekanan untuk mengikuti standar kecantikan yang tidak realistis. Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas juga memainkan peran penting dalam membentuk persepsi diri yang positif, karena lingkungan yang mendukung dapat memperkuat rasa percaya diri dan penerimaan terhadap tubuh sendiri.

Pada akhirnya, membangun citra tubuh yang sehat tidak hanya bergantung pada penampilan fisik, tetapi juga pada kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan. Pola makan yang seimbang membantu menjaga kesehatan tubuh, sementara asupan gizi yang tepat mendukung suasana hati yang positif dan persepsi diri yang sehat. Kombinasi antara keseimbangan gizi, kesadaran diri, dan penerimaan tubuh adalah kunci untuk mencapai body image yang sehat dan seimbang. 

REFERENSI:
Pushpa, B. S., Abdul Latif, S. N., Sharbini, S., Murang, Z. R., & Ahmad, S. R. (2024). Nutrition education and its relationship to body image and food intake in Asian young and adolescents: a systematic review. Frontiers in Nutrition, 11, 1287237.

Hart, L. M., Damiano, S. R., Cornell, C., & Paxton, S. J. (2015). What parents know and want to learn about healthy eating and body image in preschool children: a triangulated qualitative study with parents and Early Childhood Professionals. BMC public health, 15, 1-13.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun