Mohon tunggu...
Winwin Faizah
Winwin Faizah Mohon Tunggu... Guru -

seorang pencerita di SMK Negeri Margomulyo-Bojonegoro

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Anda Sedang Galau? Bersyukurlah!

8 Desember 2011   01:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:42 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Anda Sedang Galau? Bersyukurlah!

[caption id="attachment_147193" align="alignnone" width="281" caption="Galaauuuu! http://dicarmaulidhani.blogspot.com/2011/07/galau.html"][/caption]

Pagi-pagi sekali hari ini sudah ‘ditampar’ sama mbak Windy Ariestanty *) tentang penggalauan yang terjadi padaku sejak semalam. Emang bawaannya badmood, sedih, pengen nangis (eh udah nangis ding!), dan galau sangat dari tadi malam karena sesuatu hal. Sampai akhirnya sebuah tweet manis, imut dan lucu dari @windyariestanty nongol di TLku (oya, follow me ya: @winwinfaizah. Hehe), begini bunyi kicauan itu:

“Semalam aku bermimpi tentang ide. Pagi ini, aku terbangun dengan banyak ide beterbangan seperti gelombang sabun. Suka! Selamat pagi, ide”

Teringat akan kegalauan akut yang melandaku sejak semalam, kubalas saja tweet tsb dengan kalimat sbb:

“Semalam aku ga bisa tidur gara-gara galau. Pagi masih galau. Tidak suka! Enyahlah galau!”

Dan fualaa.. sebuah mensyen dari mbak Windy dan petuah manis tentang kegalauan aku terima:

“Kenapa galau harus dienyahkan? Diolah dong agar jadi sesuatu yang kreatif. Galau bisa jadi sumber ide juga kok :) pagi, galau!”

---

Amazing!

Langsung hilang deh itu gundah gulana, sedu sedan, sedih, tangis Bombay dan galau lebay-ku sejak semalam. Galau memang harus ‘diolah’!

Terkadang tanpa kita sadari kita terlalu mudah ‘menyerah’ pada kesedihan, kegalauan, kekecewaan dan kawan-kawannya tanpa berpikir bahwa semuanya sia-sia. Gile aje meen, ngabisin waktu yang limited edition ini Cuma untuk bergalau-galau ria nggak jelas kan sayang bangeet!

Boleh kita bersedih, nggak ada yang larang kok!

Boleh juga kita nangis, kita memang manusia!

Boleh kita kecewa, kita memang punya perasaan!

Tapi marilah bersedih, kecewa dan galau secara lebih anggun dan bijak. Kesedihan dan kegalauan sesungguhnya bisa ‘diolah’ sedemikian rupa. Lihat saja berapa banyak puisi, cerpen, artikel, lagu, film atau apapun yang terinspirasi dari kesedihan dan kegalauan seseorang tapi justru ketika kita membaca atau melihatnya justru memberikan energi baru kan?

Sama saja seperti ungkapan “menulis adalah terapi” yang sering dikatakan para penulis-penulis besar. Menulis sebagai salah satu cara pelampiasan makhluk tenar bernama ‘galau’ itu memang nyatanya justru bisa mengurangi beban kan? Dan menulis hanya salah satu cara, masih banyak cara lain.

So, masih lemah letih lesu lunglai dan lebay gara-gara galau?

Come on, mari kita olah galau kita menjadi sesuatu yang lebih kreatif! Jadikan puisi, jadikan tulisan inspirasi, jadikan motivasi untuk bangkit dan menghindari kesalahan yang sama dan jadikan galau bukan sebagai sesuatu yang dibenci serta dikutuk tapi terimalah ia sebagai salah satu proses pendewasaan diri. Setuju?

Seperti kata Ustad Yusuf Mansyur: “Kalaulah kesedihan adalah hujan dan kebahagiaan adalah matahari, maka kita membutuhkan keduanya untuk bisa melihat pelangi”

Masih galau juga?

Baca tulisan ini beberapa kali dan marilah bersyukur bahwasanya kita masih diberi perasaan sedih, kecewa dan galau. Semoga semuanya mendewasakan kita dan membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik, lebih berhati-hati, lebih peka pada sesama dan lebih menghargai perasaan orang lain. Amin..

Selamat pagi, galauers! :)

Mari berterima kasih pada dosen kita pagi ini, mbak Windy Ariestanty :)

~ sangat berharap mbak Windy membaca tulisan ini..

*) Windy Ariestanty adalah salah satu backpacker idolaku yang telah menjelajah lebih dari 14 negara dan menerbitkan beberapa buku: ‘Tiara Lestari, Uncut Stories’, ‘Shit Happens’, ‘Studying Abroad’, ‘Life Traveler’ dan beberapa buku keroyokan (yang semua bukunya bikin aku lupa waktu, lupa tidur, lupa makan, lupa mandi dan lupa kalo ada tugas dari dosen ketika membacanya. Luar biasa!)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun