[caption caption="Saya bersama Made Musna, Pembuat Ogoh-Ogoh Kala Rau dari Banjar Anyar Kuta"][/caption]Besok, menurut para ahli astronomi akan terjadi Gerhana Matahari. Sebuah fenomena alam yang terjadi setiap beberapa puluh tahun.
Di Gayo, fenomena ini sudah diketahui orang sejak dulu. Para tetua kami menyebutnya dengan istilah ‘Telan Rau’.
Generasi ke generasi kami menerima istilah ini tanpa tahu apa maksudnya, bagaimana munculnya istilah itu. Generasi Gayo hari ini nyaris tidak ada lagi yang paham, kenapa di Gayo, Gerhana diistilahkan dengan ‘Telan Rau’.
Saya sendiri awalnya tidak paham dengan istilah ini, tapi setelah tinggal di Bali, saya baru tahu kalau di Bali, Gerhana juga memiliki istilah yang sama dengan di Gayo. Bedanya, Bali punya penjelasan atas munculnya istilah itu.
Ini sama seperti ‘UME’ dalam bahasa Gayo yang artinya sawah. Kami di Gayo tidak pernah lagi tahu asal-usul katanya. Saya juga baru tahu di Bali, kalau dalam bahasa Bali sawah juga disebut ‘UME’ dan lagi-lagi orang Bali punya penjelasannya. UME ternyata diambil dari kata UMA nama seorang Dewi saudara perempuan Syiwa yang merupakan pelindung sawah. Aktris terkenal Hollywood, UMA THURMAN, mendapat namanya dari sosok Dewi yang sangat dikagumi ayahnya ini.
Tentang Rau, Bali tentu saja punya penjelasannya. Dalam kepercayaan Hindu, Rau adalah seorang raksasa, KALA kata orang Bali dan Gurugaji dalam bahasa kami di Gayo.
Hari ini di Bali ada pawai Ogoh-ogoh untuk meramaikan malam Pengrupukan. Karena Nyepi besok bertepatan dengan gerhana matahari. Di beberapa desa di Bali, kita menemui beberapa ogoh-ogoh yang mengusung tema Kala Rau ini. Salah satu Ogoh-ogoh yang mengusung tema ini adalah karya Made Musna dari Banjar Anyar Kuta.
Pada kisah dalam kepercayaan Hindu, Kala Rau (Atau Gurugaji Rau dalam bahasa Gayo) diceritakan jatuh cinta pada Dewi Ratih, dewi rembulan yang cantik jelita. Untuk memikat sang dewi, Rau menyamar menjadi seorang Dewa. Tapi, sayangnya penyamaran Rau diketahui oleh Surya sang Dewa Matahari. Surya melaporkannya kepada Wisnu yang perkasa.
Tentu saja Rau yang Raksasa tidak boleh mengawini Dewi. Maka Wisnu pun mengejar Kala Rau, rakasasa yang karena cintanya kepada Ratih ini nekat menyamar menjadi dewa.
Rau tau dikejar Wisnu, sadar kalau dia tidak akan punya kesempatan hidup kalau Wisnu sampai menangkapnya. Maka lari lah Rau sebisanya, dalam pengejaran Wisnu, Rau sempat menemukan Air Keabadian ‘Tirta Amerta’ yang siapapun yang meminumnya akan hidup abadi bahkan dewa pun tak mampu membunuhnya.
Wisnu yang tahu Rau akan meminum air Amerta, dengan mengendarai Garuda (Gerde dalam bahasa Gayo) melesat cepat menghampiri Rau, mengayunkan senjatanya ke arah leher Rau dan putuslah leher sang raksasa.