Pelatih Leicester City, Claudio Ranieri. BBC.co.uk
Pagi ini selasa 3 Mei 2016, Sah sudah kejutan terbesar dunia sepakbola abad ini. Leicester City, tim semenjana di Liga bertabur bintang dan uang menjuarai Liga Inggris.
Menariknya, gelar juara untuk tim yang bermarkas di King Powers Stadium ini diserahkan langsung oleh si Biru Chelsea, juara tahun lalu yang menahan seri Tottenham Hotspurs setelah sempat ketinggalan 2 gol di babak pertama.Â
Chelsea, tim yang secara ironis memecat Jose Mourinho, manejer terbaik sepanjang sejarah eksistensinya justru karena dikalahkan Leicester pada musim mereka yang ajaib, seajaib kisah dongeng HC Andersen yang sekampung dengan kiper mereka Kasper Schmeichel.
Apresiasi tentu saja lebih dari pantas diberikan kepada para penggawa mereka, mulai dari Vardy, Mahrez, Kante, Okazaki, Drinkwater dan tentu saja Schmeichel.
Tapi apresiasi tertinggi tentu saja harus disematkan pada pelatih mereka, Claudio Ranieri yang akhirnya memperoleh gelar juara di divisi teratas Liga Utama Eropa di tahun ke 29 karir kepelatihannya.
Meski tidak termasuk dalam jejeran pelatih level teratas seperti Mourinho, Guardiola atau Ancelotti. Claudio Ranieri sejatinya bukanlah pelatih anak bawang.
Selepas menangani Campania Puteolana selama semusim dan Cagliari selama tiga musim di empat tahun awal masa kepelatihannya, anak tukang daging dari Roma yang sekarang berusia 64 tahun ini konsisten menangani tim-tim besar yang cukup punya nama dan sejarah mentereng di Eropa maupun di liga masing masing.
Di Liga Italia, Ranieri tercatat pernah menangani Napoli, Fiorentina, Parma, Juventus, Roma sampai tim favorit saya Inter Milan. Artinya di Liga Italia, hanya tinggal AC Milan dan Lazio saja tim besar yang belum merasakan sentuhan kepelatihannya.
Di Liga Spanyol, tim yang dia latih juga tidak main-main, Valencia dan Atletico Madrid, dua tim yang berhasil menjuarai Liga Spanyol yang merusak dominasi Real Madrid dan Barcelona di Liga Spanyol sepanjang beberapa dekade belakangan ini.
Di Liga Inggris, tidak tanggung-tanggung Ranieri langsung menangani Chelsea. Waktu itu Abramovich yang baru mengambil alih Chelsea dan menggelontorkan dana super besar untuk membangun tim mulai merasa bosan dengan pelatih-pelatih karbitan semodel Ruud Gullit dan Gianluca Vialli memilih pelatih beneran dan berpengalaman ini untuk membangun tim multi million dollarnya.