Setelah bertahun-tahun tinggal di Bali, satu niat yang belum pernah terlaksana sampai hari ini adalah mengulas suasana Ramadhan di mesjid-mesjid yang ada di Bali dan ini mungkin akan selamanya jadi niat yang tidak akan pernah terlaksana kalau tidak segera dimulai.
Pada Ramadhan tahun ini, niat ini coba saya wujudkan. Rencananya pada tahun ini saya akan membahas suasana Ramadhan di mesjid-mesjid yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Ulasan ini saya buat berdasarkan amatan saya sendiri dan sebatas adanya waktu luang yang tersedia.
Untuk seri pertama tulisan ini saya akan menceritakan suasana Ramadhan di Mesjid Al Fatah.
Mesjid Al Fatah terletak di Jl. Danau Bratan Timur No. 5, kompleks perumahan Taman Griya Jimbaran di Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Mesjid ini berjarak sekitar 15 menit perjalanan dari Bandara Ngurah Rai menuju Nusa Dua yang terletak di bagian selatan Pulau Bali. Untuk mencapai Mesjid ini, dalam perjalanan dari Bandara ke Nusa Dua (melalui jalan By Pass, bukan Jalan Tol), kita tinggal berbelok ke kanan pada lampu merah ketiga melalui pintu gerbang Taman Griya yang berbentuk Candi Bentar, gerbang khas Bali. Lalu dari pintu gerbang itu berbelok ke kiri pada persimpangan pertama tepat di sebelah supermarket Pepito, lalu kita pun tiba di Mesjid Al Fatah yang berada tepat di depan Pasar Taman Griya.
Mesjid Al Fatah dibangun pada tahun 1980-an bersamaan dengan dibangunnya perumahan Taman Griya. Saat itu mesjid ini dibangun sebagai salah satu fasilitas umum di perumahan ini. Bentuk awal mesjid ini seperti umumnya mesjid-mesjid di perumahan, kecil dan menampung jumlah jamaah yang terbatas. Tapi meskipun kecil, mesjid ini juga menyelenggarakan shalat Jumat.
Dari hari ke hari penduduk muslim di Taman Griya bertambah, kemudian di sekitar Taman Griya juga bermunculan berbagai perumahan baru, yang meskipun beberapa di antaranya memiliki mesjid juga, tapi shalat Jumat tetap dilakukan di mesjid ini. Sehingga yang terjadi setiap Jumat jamaah selalu meluber dan kadang terpaksa shalat di badan jalan. Kondisi yang sama juga terjadi di setiap bulan Ramadhan, mesjid ini selalu dijejali jemaah shalat Tharawih.
Melihat kondisi itu, pengurus mesjid dan jamaah mengapungkan rencana untuk merenovasi Mesjid Al Fatah dan menambah kapasitasnya. Pada tahun 2013, ketika rencana itu diapungkan, seorang anggota jamaah langsung memberikan dana sebesar 2 miliar untuk dipakai buat membeli rangka baja agar mesjid segera terbangun. Â Uang ini diberikan sebagai pinjaman yang tidak ditetapkan jangka waktu pengembaliannya.
Bangunan mesjid yang baru, dibuat jauh lebih besar dibanding bangunan sebelumnya. Tidak seperti bangunan sebelumnya yang hanya berupa kubah dan tiang tanpa dinding, bangunan yang baru dibangun bertingkat tiga. Lantai dua dan tiga berfungsi sebagai tempat melakukan shalat, sementara lantai terbawah diisi fasilitas untuk berwudhu, tempat tinggal marbot, sebagai tempat anak-anak belajar mengaji dan juga tempat parkir motor jemaah shalat Jumat dan Tharawih.
Akhirnya pada tanggal 7 Desember 2014 mesjid yang sudah direnovasi ini pun selesai dan diresmikan oleh Bupati Badung, Anak Agung Gde Agung.
Pada bulan Ramadhan seperti ini, seperti umumnya mesjid-mesjid di Bali, Mesjid Al Fatah selalu menyediakan makanan berbuka bagi jamaah shalat Maghrib.
Ini mengingatkan saya pada masa-masa sulit di awal kedatangan saya ke Bali dulu, Ramadhan memang benar-benar menjadi bulan penuh berkah yang selalu ditunggu-tunggu kedatangannya. Selain karena alasan spiritual, alasan lain adalah karena di bulan ini saya sama sekali tidak pernah pusing memikirkan akan makan apa, karena hampir semua mesjid menyediakan makanan berbuka. Alasan kedua ini tentu saja sifatnya lebih menyangkut hal duniawi.