Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Suku Manti, Ada atau "Hoax"?

29 Maret 2017   07:18 Diperbarui: 30 Maret 2017   02:00 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi yang menarik bagi saya bukanlah soal perdebatakan tentang asli tidaknya video ini, melainkan tanggapan para ahli sesudah beredarnya video ini di youtube.

Tidak lama setelah video ini beredar,  Senin 27 Maret 2017, detik.com menurunkan sebuah berita yang ditulis oleh Danu Damarjati berjudul  Legenda Suku Mante dan Jejak Mungil di Tanah Rencong yang berisi tanggapan dari Husaini Ibrahim yang dalam berita ini disebutkan sebagai seorang arkeolog dari Universitas Syiah Kuala. Dalam tanggapannya Arkeolog yang sebelumnya juga menyatakan bahwa penetapan Barus sebagai  Titik Nol peradaban Islam Nusantara oleh Presiden Jokowi sebagai  penistaan sejarah ini mengamini keberadaan makhluk misterius ini dan mengatakan bahwa Mante memang dikenal sebagai salah satu suku tertua di Aceh.

Sementara itu, antropolog dari Unimal, Teuku Kemal Fasya dengan tegas menolak kesimpulan seperti itu, malah dosen yang dikenal dengan tulisan-tulisannya di media nasional ini dalam sebuah komentar di Facebook dengan tegas mengatakan hal itu sebagai pemahaman yang keliru dalam memahami suku bangsa “Hoax, memalukan”, tegasnya.

Di kesempatan lain, arkeolog lain, DR.Ketut Wiradyana, pemimpin proyek penggalian situs arkeologi Mendale yang penemuannya menggemparkan jagat arkeologi dunia. Dalam sebuah komentar di status facebook saya, senada dengan Kemal Fasya tapi melihat dari sisi keilmuannya, dengan tegas mengatakan “Buat saya Manti itu tidak ada”

Kembali ke artikel detik.com, di alinea berikutnya setelah pengakuan Husaini Ibrahim. Dituliskan bahwa “Usaha penelaahan ilmiah menuturkan mereka masih satu kerabat dengan suku-suku lain di wilayah regional”. Di sini suku-suku itu disebut suku Lanun, Sakai, hingga suku-suku berbahasa Mon-Khmer. Tidak jelas apakah ini pernyataan dari sang Arkeolog atau karangan dari penulis artikel ini.

Menjadi sangat janggal kalau apa yang ditulis oleh Detik.com ini adalah pernyataan sang arkeolog, karena faktanya, sampai hari ini sama sekali belum pernah ada usaha penelaahan ilmiah apapun dalam bidang arkeologi tentang suku Manti. Sampai hari ini belum pernah ditemukan kerangka suku manti, artefak-artefak peninggalan suku Manti dan apapun yang berkaitan dengan hidup suku Manti. Sementara yang namanya standar dan etika ilmiah itu sangat kaku dan tegas. Sesuatu bisa dikatakan ada hanya kalau sudah ada bukti empiris tentang keberadaannya.  

Dalam dunia arkeologi,   makhluk seperti Manti baru boleh dikatakan ada kalau sudah terbukti ada temuan kerangkanya, bagian dari tubuhnya atau artefak-artefak peninggalan budayanya. Sebuah gambar singkat yang tertangkap kamera video sebagaimana yang heboh beberapa hari ini, sama sekali tidak mencukupi sebagai syarat untuk menyatakan bahwa makhluk bernama Manti itu ada.  Karena itulah Ketut Wiradyana berani dengan tegas mengatakan “Bagi saya Manti itu tidak ada”.  Itu karena sebagai seorang arkeolog,  dalam berpendapat, dia konsisten mengikuti standar dan etika ilmiah.

Di luar sikap yang diambil Ketut, kenyataannya, sejauh ini, dalam kaitannya dengan Manti,  apa yang disebut sebagai telaah ilmiah sebenarnya hanyalah kutipan dari catatan para antropolog zaman dulu, seperti Snouck Hurgronje yang mengatakan bahwa Mante adalah suku tertua di Aceh. Dari pernyataan Hurgronje inilah muncul spekulasi kalau Mante berkerabat dengan suku-suku lain di wilayah regional. Dan kalau spekulasi ini benar, maka jelas sekali Mante yang dibicarakan di sini adalah jenis makhluk yang berbeda dengan Manti yang misterius sebagaimana diceritakan dari mulut ke mulut di masyarakat Gayo. Mante yang dimaksudkan oleh Hurgronje, meski sekilas dibaca mengesankan bahwa yang dimaksud adalah manusia seperti umumnya, tapi bagaimana keadaan suku yang dia sebut Mante ini sebenarnya juga tidak jelas. Sampai hari ini sama sekali tidak pernah ada telaah lanjutan terhadap kutipan Hurgronje itu, apalagi bukti empiris.

Tapi kenapa tanpa bukti empiris Husaini Ibrahim, sang arkeolog dari Unsyiah berani menyatakan bahwa Mante itu benar ada?.

Semua menjadi jelas ketika sang Arkeolog dari Unsyiah ini mengatakan bahwa “Ada cerita, zaman dahulu kala mereka itu awalnya berada di satu kawasan di Aceh Besar, yakni kampung Seumileuh alias Kampung Dua Blaih”. Ternyata, sebagai seorang Arkeolog, Husaini Ibrahim sama sekali tidak mendasarkan pendapatnya pada sebuah bukti temuan arkeologi, melainkan pada cerita orang semata. 

Jadi terkait manti ini, yang membedakan sang arkeolog dengan kita para awam ini sebenarnya hanya pada gelar akademik saja.  Kalau bicara soal kualitas informasi yang disampaikan sebenarnya sang Arkeolog ini tak ada bedanya dengan, mereka tak ada bedanya dengan kita yang awam. Kualitas informasi yang disampaikan sang Arkeolog tidak lebih baik kalau tidak bisa dikatakan lebih buruk dibanding informasi tentang Manti yang bisa kita dapatkan dari kakek nenek kita ataupun orang yang mengaku pernah bertemu bahkan kawin dengan Manti yang ditemui Win Yoh, adik angkatan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun