Mohon tunggu...
Rahmah Fithriani
Rahmah Fithriani Mohon Tunggu... -

A very happy wife and mother

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Pemburu Beasiswa

1 Februari 2014   02:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:16 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pemburu beasiswa atau Scholarship Hunter adalah istilah yang paling sering digunakan untuk merujuk orang-orang yang punya semangat 45 dalam mengejar beasiswa pendidikan, baik itu di dalam maupun luar negeri. Saya sendiri mungkin bisa dimasukan ke dalam kategori ini, a scholarship hunter, walaupun mungkin kadar perjuangan saya tidak sehebat mereka-mereka yang sudah bertahun-tahun mencari beasiswa namun masih belum berhasil juga hingga detik ini.

Perjuangan saya dalam berburu beasiswa baru dimulai 3 tahun lalu, tepatnya setelah saya mengakhiri masa lajang. Saya ingat sekali, ketika dalam kata-kata nasehatnya selesai akad nikah, ayah saya berpesan kepada suami untuk mendukung dan menghantarkan saya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, jenjang S3. Pada saat itu saya pribadi berfikir, sangat tidak mungkin rasanya bagi kami sebagai pasangan yang baru saja merintis hidup bersama, lepas dari tanggung jawab orangtua mengumpulkan uang ratusan juta hanya demi mengenyam pendidikan S3… dari mana uangnya????

Mengapa tidak mencoba mencari beasiswa? Itulah ide yang pertama dilontarkan oleh suami untuk mengatasi permasalahan yang kami hadapi. Maka mulailah dia mengumpulkan semua referensi serta alamat-alamat website yang memberikan informasi tentang beasiswa. Pada awalnya saya pesimistis, namun melihat betapa semangatnya sang suami (mungkin karena rasa tanggung jawabnya untuk memenuhi permintaan ayah saya), pada akhirnya saya tertular menjadi ikut semangat mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam menyiapkan aplikasi beasiswa.

Mendapatkan beasiswa itu tentu tidak segampang mengucapkannya. Butuh waktu yang cukup lama, usaha yang terus menerus, kesabaran yang tinggi dan yang pasti semangat juang yang pantang menyerah saat kita dihadapkan pada kegagalan dalam mendapatkan suatu beasiswa. Dengan memegang prinsip ini, saya mulai lah usaha saya mendapatkan beasiswa yang saya impikan. Beasiswa pertama yang saya apply adalah ADS  dari pemerintah Australia karena ingin melanjutkan studi dinegara yang tidak begitu jauh dari Indonesia.

Namun seperti yang saya katakan, mendapatkan beasiswa itu tidak gampang. Jarang sekali ada orang yang berhasil mendapatkannya hanya dengan satu kali mengirimkan aplikasi. Dan itulah yang saya alami, selembar amplop tipis datang ke alamat saya sebagai balasan dari aplikasi yang saya kirimkan. Dan tanpa membukanya saya sudah bisa menduga bahwa saya masih belum berhasil mendapatkan beasiswa ADS untuk tahun itu. Sedih??? Pastilah.. saya hanya manusia biasa yang tidak luput dari emosi tersebut. Saya menumpahkannya lewat tangisan yang hanya diketahui oleh suami saya (He is the only one to whom I can share everything). Sedih itu sah-sah saja, tapi jangan sampai down dan menyerah. Kegagalan tersebut justru jadi pelajaran bagi saya untuk membuat aplikasi yang lebih baik lagi, biar bisa bersaing dengan ribuan aplikasi lainnya.

Dalam kurun waktu 3 tahun, totalnya ada 5 aplikasi yang saya kirimkan; 2 (dua) ke ADS (sekarang AAS) Australia, 1 (satu) ke Monbukagakusho Jepang dan 2 (dua) ke Fulbright USA. Dan di usaha saya yang ke-5, saya berhasil mendapatkan panggilan interview dari AMINEF, sebagai lembaga yang menangani beasiswa Fulbright di Indonesia. Alhamdulillah… Allah SWT akhirnya meng-ijabah segala usaha dan do’a yang saya dan suami selama ini panjatkan.

Apakah ini artinya petualangan saya sebagai Scholarship Hunter sudah berakhir? Nope… tunggu dulu. Justru perjalanan saya untuk mendapatkan beasiswa Fulbright ini masih saaaaangat panjang dan insya Allah akan saya bahas dalam tulisan-tulisan saya selanjutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun