Mohon tunggu...
Nabila Lutfiatus Soleha
Nabila Lutfiatus Soleha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semester 1 universitas Jember

Saya senang dengan fotografi dan senang menulis, tulisan yang biasa saya buat adalah cerita fiksi remaja yang di unggah pada laman novel online

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kota Jember akan Menjadi "Mini" Metropolotan Seperti Jakarta, Bagaimana Dampaknya?

4 September 2024   16:25 Diperbarui: 4 September 2024   18:53 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita tahu, kota Jember merupakan salah satu kota yang dulunya masuk dalam wilayah administratif. Dengan luas daerah sekitar 3.293,34 Km2 membuat kota Jember menjadi salah satu kota terpadat. Dilansir JatimNetwork.com dari laman resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur, Jember merupakan kota terpadat nomer 3 di Jatim pada 2023 setelah Surabaya dan Malang. Di tahun ini, mungkinkah jumlah tersebut akan meningkat? Mungkinkah Jember akan menjadi "Jakarta" selanjutnya? Lalu, apakah dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan masyarakat?

  • Kota kecil multicultural

Kota Jember menjadi salah satu kota kecil yang memiliki banyak sekali keistimewaan, maka tak heran jika banyak para pendatang dari luar Jember, baik itu daerah sekitar Jember maupun luar. Hal ini juga yang mengakibatkan Jember mengalami percampuran budaya, suku, agama, bahasa, dan seni yang dapat dilihat dari banyaknya kultur di Jember, seperti halnya kultur madura, jawa, osing, bugis, mandar, cina, dan arab. Dikutip dari Petisi.co bahwa alasan kota Jember di sebut sebagai kota multicultural adalah banyaknya peninggalan-peninggalan bersejarah yang dimiliki oleh Kabupaten Jember. mulai dari zaman prasejarah, prasasti, zaman klasik Majapahit, zaman klasik Blambangan, Kolonial, pendudukan Jepang, sampai zaman kemerdekaan.

  • Potensi yang menjanjikan

Menurut informasi dari laman Jemberkab.go.id Kondisi geografis kota Jember yang berada pada posisi 7059'6" sampai 8033'56" Lintang Selatan dan 113016'28" sampai 114003'42" Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Jember mencakup area seluas 3.293,34 Km2, dengan karakter topografi dataran ngarai yang subur dan dikelilingi pegunungan yang memanjang. Dilihat dari kondisi karakteristik permukaan bumi Jember yang ditunjukkan dengan kemiringan tanah atau ketinggian vertikal, sebagian besar wilayah Kabupaten Jember (36,60%) berada pada wilayah datar dengan kemiringan lahan 0 -- 2%, sehingga daerah ini baik untuk kawasan permukiman perkotaan dan kegiatan pertanian tanaman semusim. Penggunaan lahan di Kabupaten Jember sebagian besar merupakan kawasan hijau, terdiri hutan, sawah, tegal dan Perkebunan. Maka dengan kondisi, itu Jember menjadi kota dengan penghasil tembakau cerutu kualitas terbaik.

Lalu, apakah dengan ini Jember akan bisa di sulap menjadi kota yang "selevel" dengan Jakarta? Lalu, bagaimana keadaannya setelah level itu berubah? Akankan terjadi ketimpangan ekonomi seperti yang terjadi di Jakarta?

Mengutip dari Radar Jember - Capres dan cawapres No. urut 01, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), memasukkan Kabupaten Jember sebagai salah satu dari 40 kota di Indonesia, yang akan ditingkatkan pengembangannya hingga menjadi kota metropolitan selevel DKI Jakarta.

"Jember sepintas sudah kelihatan, luasnya, jumlah penduduknya, aksesibilitasnya, bandara juga ada tapi nganggur, kan gitu. Juga ada potensi alamnya yang dahsyat, nah ini menjadi sangat menarik," katanya, seusai kampanye Slepet Imin, di Kota Cinema Mall, Kaliwates, Jember, pada Sabtu malam (3/2/2024).

Menurut Bupati Jember Hendy Siswanto menginginkan Jember bisa menjadi daerah mini metropolitan. Mengingat potensi sumber daya yang dimiliki dinilai sudah cukup kuat untuk menuju kawasan mini metropolitan. Ada banyak faktor yang menjadi pendukung Jember untuk naik level menjadi kota "mini" metropolitan, hal itu di dukung oleh fakta bahwa sumberdaya Jember, mulai dari pertanian, perikanan, hingga pertambangan yang sudah maju. Meski begitu, Bupati Hendy mengaku masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi. Khususnya tentang kesejahteraan Masyarakat. Karena hal utama yang harus menjadi sorotan publik adalah kepadatan penduduk yang terus menikngkat seiring dengan dibangunnya kota Jember.

Apa Dampak Dari Hal Tersebut?

  • Kebersihan kota di ragukan

Bersama dengan dibangunnya kota Jember dan penyempuranaan berbagai akses publik menarik para pendatang untuk tinggal dan menetap di Jember. alasan yang mengharuskan mereka untuk pindah ke bagian Kota Jember. Salah satunya karena pusat industri yang berkembang lebih banyak bertempat di pusat Kota Jember daripada bagian di bagian kecamatan pinggir kota Jember. Banyaknya pusat industri ini menimbulkan adanya lapangan pekerjaan yang memadai serta fasilitas yang ditawarkan jauh lebih baik daripada daerah pinggiran Kota Jember. Inilah yang membuat Jember mengalami permasalahan kepadatan penduduk yang tidak merata di berbagai wilayah.  Banyaknya jumlah penduduk tentu membuat semakin banyaknya konsumsi terhadap kebutuhan rumah tangga. Maka dengan hal ini, penumpukan sampah tentu tak dapat di hindari. Dilansir dari Radar Jember tahun 2023 -- Sudah sejak 31 tahun lalu, atau tepatnya sejak tahun 1992, TPA Pakusari menjadi tempat pembuangan sampah bagi orang Jember. Total diperkirakan ada 7,1 juta ton sampah di sana. Kelebihan kapasitas sudah menjadi masalah utama bagi TPA Pakusari dalam beberapa tahun terakhir. Namun, belum ada solusi tepat untuk mengatasi overload. Bahkan, juga rawan longsor karena ketinggian gunungan sampah telah mencapai 25 meter. Dengan semakin bertambahnya jumlah populasi di Jember akan membuat jumlah sampah semakin menningkat. Kepala UPT TPA Pakusari Muhammad Masbut mengatakan, kesadaran Masyarakat terhadap sampah kurang, seharusnya mereka bisa dengan lebih bijak mengelola sampah. "Masyarakat kan banyak yang membuang sampah di lahan kosong. Buang sampah ke sungai juga dianggap biasa. Itu sebenarnya bisa dosa. Dosa jariyah bahkan itu," ujar Masbut, dalam wawancara bersama Radar Jember tahun 2023.

  • Benarkah ekonomi kota sedang tidak baik-baik saja?

Menurut Rusli (1996), Robert Malthus (1766-1834) menyatakan bahwa, jika tidak ada pembatasan, kecenderungan pertambahan jumlah penduduk akan lebih cepat dari pertumbuhan pangan. Perkembangan penduduk akan mengikuti deret ukur sedangkan perkembangan pangan mengikuti deret hitung. Artinya, masyarakat cenderung komsumtif dan tidak tertarik dengan investasi. Tentunya dengan semakin banyaknya populasi penduduk juga akan semakin meningkatkan jumlah kebutuhan hidup.

Setelah pandemi covid-19 pada tahun 2020 silam, pemerintah kabupaten Jember berupaya untuk menstabilkan kembali perekonomian masyarakat. Menurut data BPS tahun 2023 menyatakan bahwa, konomi Kabupaten Jember tahun 2023 meningkat sebesar 4,93 persen. Percepatan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Jember dikarenakan seluruh lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif. Dan kemungkinan hal tersebut akan di upayakan dalam keadaan stabil. Mengingat Jember, sebagai kota yang unggul dalam, sektor pertania, perikanan, dan Perindustrian untuk menciptakan lapangan kerja demi meminimalisir bertambahnya jumlah pengangguran.

  • Menjadi kota yang tertata adalah tantangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun