Peduli Lingkungan melalui Pengelolaan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) pada Pembelajaran IPS
Winta Trisnani
Prodi Magister Pendidikan IPS, Universitas Jember, Indonesia
Email penulis, wwinta387@gmail.com
Abstrak
Lingkungan merupakan tempat yang sangat berkaitan dengan makhluk hidup terutama manusia, dan lingkungan juga menjadi tempat untuk seluruh kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Akan tetapi masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya menjaga lingkungan disekitar tempat tinggal mereka. Begitu juga di lingkungan sekolah masih banyak siswa yang belum bisa menjaga kebersihan lingkungan sekolah seperti membuang sampah tidak pada tempatnya dan terkadang siswa kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan sekolah mereka. Pengelolaan sampah sangat perlu dilakukan untuk meminimalisir dampak buruknya. Untuk itu, perlu disisipkan dalam pembelajaran IPS agar menumbuhkan karakter peduli lingkungan. Pengolahan sampah dan barang bekas telah menjadi hal yang vital dalam usaha pelestarian lingkungan. Salah satu upaya dalam pengolahan sampah adalah dengan melakukan proses daur ulang untuk dijadikan sebagai media pembelajaran. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai pengembangan media pembelajaran dari sampah (alat peraga rumah adat) untuk menumbuhkan karakter peserta didik SMP Negeri 1 Jenggawah. Untuk itu sangat penting bagi kita untuk menanamkan sikap atau karakter peduli lingkungan kepada siswa didalam lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal mereka seperti yang dilakukan di SMPN 1 Jenggawah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskripsi kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pelaksanaan penanaman karakter peduli lingkungan bagi siswa melalui pengelolaan sampah di SMPN 1 Jenggawah yaitu yang pertama setiap jenis sampah organik bisa didaur ulang seperti sisa–sisa buah, daun daun yang berguguran, sisa-sisa makanan yang bisa diolah menjadi pupuk kompos/organik. Sedangkan yang kedua yaitu setiap jenis sampah non organik juga bisa dimanfaatkan seperti pengelolaan sampah plastik menjadi kerajinan tangan, 2) faktor yang mendukung penanaman karakter peduli lingkungan bagi siswa melalui pengelolaan sampah di SMPN 1 Jenggawah yaitu faktor guru, faktor fasilitas sekolah, dan faktor dari orang tua siswa sendiri, sedangkan faktor yang menghambat yaitu kesadaran peserta didik dalam kepeduliaan terhadap lingkungan yang kurang, adanya peserta didik yang kurang mentaati aturan sekolah, dan motivasi peserta didik sehingga peserta didik kurang peduli terhadap lingkungan. (3) Hasil pelaksanaan penanaman karakter peduli lingkungan bagi siswa melalui pengelolaan sampah di SMPN 1 Jenggawah yaitu dengan adanya program pengelolaan sampah ini siswa dapat memilah antara sampah organik dan sampak non organik serta dapat memanfaatkan dengan baik sehingga terciptanya kebersihan, keindahan, dan kenyamanan di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) pada pembelajaran IPS untuk menumbuhkan karakter peduli lingkungan dapat dilakukan, sebagai berikut: 1) Contoh Reduce, yaitu penggunaan kertas dapat digantikan dengan mengumpulkan makalah atau tugas dalam pembelajaran IPS menggunakan softfile saja atau melalui perangkat digital; 2) Contoh Reuse, yaitu pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan menggunakan barang plastik kembali. Siswa dapat menggunakan botol minum yang dapat digunakan kembali, dan 3) Contoh Recycle, yaitu pengelolaan sampah dengan konsep recycle terbagi menjadi tiga, yaitu pengelolaan sampah organik( basah), anorganik, dan B3. Seperti, pengelolaan sampah organic (basah) menjadi kompos, pengelolaan sampah anorganik menjadi kerajinan dan media pembelajaran IPS yang dapat membantu guru dalam memberikan pembelajaran yang lebih efisien terhadap peserta didik.
Kata Kunci: peduli liongkungan, 3R (Reduce, Reuse, Recycle), pembelajaran IPS.
PENDAHULUAN
Menanamkan pendidikan lingkungan tentang perilaku disiplin hidup bersih dan sehat sejak dini akan terpatri lebih kuat ketimbang merubah perilaku keliru yang sudah terlanjur menjadi kebiasaan. Lingkungan merupakan tempat dimana terdapat makhluk hidup dan berbagai hal yang saling bergantung dan berhubungan satu sama lain, lingkungan hidup merupakan tempat dimana manusia melakukan segala aktivitas yang dilakukan baik secara individu maupun secara berkelompok. Lingkungan sangat mempengaruhi kehidupan manusia, untuk itu lingkungan yang baik sangat diperlukan dalam segala aktivitas maupun kegiatan yang dilakukan, terutama lingkungan dalam pendidikan.
Dalam pendidikan lingkungan sangat mempengaruhi proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Lingkungan merupakan suatu tempat yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh kegiatan manusia yang dilaksankan, untuk itu sangat penting menjaga lingkungan sekitar agar tidak terjadi kerusakan lingkungan. Menurut Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1982 tentang pengelolaan lingkungan hidup, dikatakan bahwa : Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.1) Lingkungan alam telah menyediakan semua kebutuhan hidup manusia sehingga ada upaya yang
dilakukan manusia untuk mengeksploitasi lingkungannya demi hajat hidupnya. Dengan adanya interaksi ini, dapat dipastikan bahwa kondisi lingkungan juga akan dipengaruhi oleh perilaku manusia. Sikap perilaku manusia akan menentukan baik buruknya kondisi lingkungan. Sebaliknya, bagaimana manusi memperlakukan lingkungan dampaknya kan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia itu sendiri.2) Sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam, agar lingkungan tetap asri, harus diperhatikan tatanan atau tatacara lingkungan itu sendiri.
Dalam hal ini manusia yang paling tepat sebagai pengelolanya karena manusia memiliki beberapa kelebihan dibandingkan organisme lain. Manusia mampu merombak, memperbaiki, dan mengkondisikan lingkungan seperti yang dikehendakinya. Manusia hendaknya menyadari bahwa mereka membutuhkan lingkungan dan bukan lingkungan yang membutuhkan mereka.3) Namun fakta di lapangan masih ada pihak-pihak yang menyimpang dari keseharusan melestarikan lingkungan. Dasawarsa terakhir ini masalah lingkungan terus menjadi agenda pembicaraan banyak negara. Lingkungan sendiri yang semestinya menjadi sumber kenikmatan dalam kehidupan, kini berubah menjadi sumber kegelisahan dan kecemasan, 4). Masalah lingkungan yang dihadapi sekarang diakibatkan oleh tindakan manusia sendiri yang tidak pernah puas inilah yang mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Kesadaran kolektif dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu bentuk modal sosial untuk menciptakan budaya bersih sebagai bagian dari identitas dan karakter masyarakat Indonesia. Gerakan Indonesia Bersih, sebagai salah satu pilar dari 5 Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) diharapkan menjadi gerakan sosial kolaboratif yang turut berkontribusi membina mental masyarakat untuk sadar dan paham akan permasalahan sampah dan bergerak untuk mengambil bagian dalam pengelolaan sampah. “Pola tradisional pengelolaan sampah : kumpul - buang - angkut harus ditinggalkan dan mulai mengubah perilaku dimulai dengan upaya pilah pilih sampah di rumah hingga gaya hidup 3R (reduce, reuse, recycle),”.
Pengelolaan sampah sangat perlu dilakukan untuk meminimalisir dampak buruknya. Sampah yang menumpuk tanpa adanya pengelolaan yang benar dapat menimbulkan permasalahan, seperti penyakit dan menghasilkan zat kimia berbahaya. Sampah yang menumpuk di selokan dan sungai juga menyebabkan terjadinya banjir yang menjadi bencana rutin di Tanah Air.
Tantangan masa depan yang berkaitan dengan isu masalah lingkungan hidup menjadi masalah bersama termasuk bagaimana dunia pendidikan mengakomodasi masalah lingkungan dalam pembelajaran di kelas.. Pendidikan IPS harus mencakup pengalaman yang memberikan pembelajaran untuk mempelajari orang, tempat, dan lingkungan.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022 hasil input dari 202 kab/kota se Indonesia menyebut jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21.1 juta ton. Dari total produksi sampah nasional tersebut, 65.71% (13.9 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik.
Karakter peduli lingkungan tidak dapat tumbuh begitu saja, namun harus diupayakan pembentukannya secara terus menerus sejak usia dini, melalui kegiatan-kegiatan nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Untuk menumbuhkan karakter peduli lingkungan, langkah yang paling strategis adalah melalui pendidikan. Menyadari hal tersebut, maka sekolah sebagai wadah pendidikan perlu sejak dini menanamkan dan mengembangkan kepedulian siswa terhadap lingkungan agar terbentuk sumberdaya manusia yang secara arif dapat memanfaatkan potensi dirinya dalam berbuat untuk menciptakan kualitas lingkungan yang kondusif, ekologis, lestari secara nyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya lokal.
Selama masa pendidikan, diharapkan anak-anak mampu mengembangkan keterampilan hidup yang diperlukan untuk mengatasi
berbagai tantangan secara mandiri. Program pembelajaran di sekolah harus dirancang untuk membangun karakter mandiri pada anak melalui tugas-tugas yang berkaitan dengan kurikulum maupun kegiatan pengembangan kepribadian (Hasibuan, 2023). Lingkungan sekolah yang mendukung sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas. Penanaman pengetahuan dan kesadaran tentang perilaku hidup bersih dan sehat sangat efektif jika dimulai sejak pendidikan dasar, sehingga siswa dapat menerapkan gaya hidup sehat dan bersih ini di luar lingkungan sekolah (Tuerah et al., 2023). Sekolah yang mengintegrasikan budaya peduli lingkungan berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa, yang kemudian berkontribusi terhadap perubahan di dalam keluarga. Menghargai air bersih, pentingnya penghijauan, penggunaan fasilitas sanitasi dengan benar, serta pengelolaan sampah menjadi pupuk adalah bagian dari upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat. Perubahan positif dalam keluarga sebagai unit terkecil masyarakat akan memberikan dampak pada komunitas yang lebih luas. Pengelolaan lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam mengelola air, sampah, energi, dan halaman sekolah (Mustajib, & Ansori, 2021).
Pasal 1 Permen-LH Nomor 5 Tahun 2013 menyebutkan bahwa program Adiwiyata adalah program untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Program ini telah dilaksanakan di SMPN 1 Jenggawah, Kabupaten Jember, dengan memberikan pelatihan pengelolaan sampah berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Menurut Frikasih, (2021) strategi pengembangan kompetensi sikap berupa kepedulian terhadap lingkungan, merupakan salah satu indikator pencapaian pada aspek sikap. Karakter peduli lingkungan, dapat dicapai melalui berbagai program atau kegiatan yang berbasis kebijakan lokal, termasuk di dalamnya peraturan perundangan di daerah. Widyaningrum, (2016) menambahkan bahwa pembentukan mindset peduli lingkungan perlu dilakukan sejak dini untuk mencegah
kerusakan lingkungan dan mengembangkan upaya perbaikan kerusakan yang telah terjadi.
SMPN 1 Jenggawah terdiri dari 30 rombel dengan jumlah siswa 1070 orang yang memiliki latar belakang keluarga beragam karakter. Guru di sekolah ini berjumlah 46 orang dan tenaga kependidikan 14 orang. Dengan banyaknya siswa, jumlah sampah yang dihasilkan cukup banyak, dan masalah yang muncul adalah menumbuhkan rasa peduli siswa terhadap lingkungan sekolah, terutama dengan banyaknya sampah organik yang berserakan. Lingkungan SMPN 1 Jenggawah masih sulit mengendalikan sampah plastik dari makanan dan minuman yang sangat banyak. Selain itu, terdapat banyak sampah organik dari daun-daun kering yang berjatuhan di lingkungan sekolah, yang masih terkendala tenaga ahli dalam pengolahan sampah menjadi kompos.
Sikap peduli lingkungan harus ditanamkan melalui pembiasaan di sekolah. Pembiasaan itu dapat dilakukan melalui pembelajaran, salah satunya pembelajaran IPS. Pembiasaan dalam pembelajaran IPS, yaitu dengan mengajak siswa untuk melaksanakan pengelolaan sampah berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Penerapan pendidikan karakter peduli lingkungan dalam konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam Pembelajaran IPS dapat dilakukan di dalam maupun luar kelas. Di dalam kelas penanaman nilai peduli lingkungan melalui kegiatan reduce dan reuse. Reduce (pengurangan) dapat diartikan sebagai sikap sehari-hari dalam pengurangan menimbulkan sampah, misalnya membatasi penggunaan kertas dengan beralih ke digital. Selanjutnya Reuse (menggunakan kembali) artinya menggunakan kembali barang bekas tanpa memprosesnya terlebih dahulu, misalkan menggunakan kembali kemasan botol kaca. Contohnya seperti kita membeli saus botol ketika habis tidak perlu membeli saus botol yang baru tetapi kita cukup membeli isi saus tersebut. Sedangkan di luar kelas penerapan konsep recycle dapat di kembangkan oleh guru melalui proyek yang diberikan kepada siswa sehingga menghasilkan produk. Recycle atau mendaur ulang dapat diartikan mengolah menjadi bahan lain yang bermanfaat, misalnya mendaur ulang sampah menjadi kerajinan ataupun pupuk kompos.
Dengan demikian, penerapan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) pada pembelajaran IPS dapat menumbuhkan karakter peduli lingkungan. Siswa yang sebelumnya hanya membuang sampah sembarang menjadi lebih peka terhadap lingkungannya dan memanfaatkan sampah menjadi barang yang berguna. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengulas pengelolaan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) pada pembelajaran IPS untuk menumbuhkan karakter peduli lingkungan, agar menjadi referensi dalam penanaman karakter peduli lingkungan pada pembelajaran IPS.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan deskriptif dan menggambarkan kondisi secara naturalistik, sehingga cocok dengan situasi lapangan yang dihadapi. Dalam penelitian kualitatif, peneliti terlibat langsung dalam pengumpulan informasi melalui kunjungan lapangan dan interaksi langsung dengan narasumber. Pendekatan kualitatif dilipih karena dapat memberikan gambaran yang lebih rinci, jelas, dan mendalam mengenai situasi yang diamati. Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Jenggawah. Dalam penelitian ini, informan adalah individu-individu yang memiliki pemahaman mendalam mengenai fenomena yang sedang diteliti. Memilih informan yang tepat adalah langkah krusial untuk menjamin kualitas dan relevansi data yang diperoleh. Penelitian ini melibatkan beberapa informan, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua/wali SMPN 1 Jenggawah. Data yang dikumpulkan terkait dengan pengolahan sampah di sekolah dan karakter siswa terhadap lingkungan yang diintegrasikan melalui pembelajaran IPS. Instrumen pendukung dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kamera untuk mengambil dokumentasi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan telaah dokumen. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk saling bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga makna dari suatu topik tertentu dapat dikonstruksi secara lebih mendalam (Sugiyono, 2017). Wawancara juga merupakan metode mengumpulkan data melalui serangkain pertanyaan dan jawaban antara peneliti dan narasumber (Sahir, 2022). Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, wakil, guru, siswa dan orang tua SMPN 1 Jenggawah didapatkan informasi yang relevan mengenai masalah terkait pengelolaan sampah di sekolah tersebut.
Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap suatu kegiatan yang sedang berlangsung (Alfatiah, 2022). Observasi langsung terhadap sumber data, dengan mengamati data-data yang memiliki hubungan dengan variabel penelitian (Ichsan et al., 2023). Untuk observasi yang dilakukan di SMPN 1 Jenggawah, peneliti akan mengamati prilaku dan kegiatan yang dilaksanakan di SMPN 1 Jenggawah. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan telaah dokumen akan memiliki makna setelah dianalisis dan diinterpretasikan menggunakan metode analisis dan interpretasi data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian (Susanti et al., 2020). Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah model Miles dan Huberman, yang mencakup tiga aktivitas utama, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
SMPN 1 Jenggawah terletak di jalan Pemuda, Nagari Pematang Panjang, Kabupaten Sijunjung yang merupakan sekolah Adiwiyata sejak tahun 2013, dan pada tahun 2016 mengikuti lomba Adiwiyata sampai tingkat nasional dan jadi Adiwiyata mandiri sejak 2022. SMPN 1 Jenggawah ini memiliki rombel sebanyak 30 kelas, jumlah siswa 1070 orang dengan jumlah guru 46 orang dan tenaga kependidikan 14 orang. Pengamatan di di SMPN 1 Jenggawah diketahui bahwa sekolah mengimplementasikan program pengelolaan sampah untuk membentuk karakter peduli lingkungan. Sekolah sudah merancang program ini dalam visi dan misi sekolah dan adanya program peduli lingkungan. Sekolah sudah melengkapi sarana dan prasarana
dengan menyiapkan kotak sampah yang membedakan sampah organik dan anorganik, bank sampah, tempat mengelola kompos dan lobang pembuangan akhir sampah. Setiap bulan diadakan rapat evaluasi antara kepala sekolah dan guru membahas kelanjutan program.
Sekolah sudah mengimplentasikan program dalam berbagai kegiatan terutama kegiatan pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh wakil bidang kurikulum dengan cara menganalisa TP dengan materi ajar yang ada untuk berprilaku berbudaya lingkungan, dan memilih tema-tema yang berhubungan langsung dengan lingkungan. untuk proses edukasi dan sosialisasi sekolah memberdayakan pengadaan poster poster yang bertemakan lingkungan untuk dapat mengedukasi warga sekolah. Penguatan materi dapat dilakukan guru piket dan guru kelas masing-masing di dalam kelas. Dalam Kurikulum Merdeka, bukan hanya kecerdasan yang menjadi fokus utama, tetapi juga pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Salah satu ciri utama pelajar Pancasila adalah kreatif. Berdasarkan wawancara degan kepala sekolah dan koordinator program didapatkan bahwa tidak ada kurikulum khusus untuk mengintegrasikan nilai nilai kepedulian lingkungan, namun pada kurikulum Merdeka khusunya untuk Proyek P5 bisa mengambil salah satu tema tentang lingkungan.
Kegiatan program pengelolaan sampah di sekolah dapat berkontribusi secara signifikan dalam pembentukan karakter peduli lingkungan pada siswa melalui berbagai kegiatan yaitu (1) siswa belajar melalui pengalaman langsung dalam kegiatan pengelolaan sampah, seperti memilah sampah, mendaur ulang, dan membuat kompos, yang memperkuat pemahaman mereka tentang pentingnya menjaga lingkungan, (2) kampanye kesadaran tentang pengelolaan sampah, baik melalui poster, seminar, atau media sosial sekolah, meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, (3) meningkatkan rasa tanggung jawab khusus kepada siswa, seperti menjadi duta lingkungan atau anggota tim pengelola sampah, membantu
mereka merasa memiliki peran penting dalam menjaga kebersihan dan keberlanjutan sekolah, dan (4) melibatkan siswa dalam rutinitas pengelolaan sampah membantu mengembangkan kedisiplinan dan kebiasaan yang konsisten dalam menjaga kebersihan. Dari hasil wawancara terlihat program pengeloaan sampah bukan hanya meningkatkan karakter siswa tapi juga meningkatkan pengetahuan dan ketrampilam siswa dalam menjaga kebersihan dan lingkungan disekitar siswa.
Tantangan yang dihadapi oleh SMPN 1 Jenggawah adalah jumlah murid yang terlalu banyak membuat kuantitas sampah di sekolah sedikit sulit dikendalikan dan bank sampah yang belum memadai. Dari tantangan diatas solusi yang dilakukan sekolah dengan melahirkan kesepakatan dengan semua warga sekolah, kantin dan pedagang yang datang bahwa sampah adalah tanggung jawab masing masing,hal ini terlihat dengan masing masing pedangang yang datang memiliki tempat sampah sendiri. Bekerjasama dengan Dinas Perkim LH dalam hal pembinaan dan pengambilan sampah secara rutin ke sekolah, bantuan pembuatan bank sampah untuk sekolah. SMPN 1 Jenggawah tidak menemukan hambatan tertentu karena output dari program ini bukan hanya pembiasaan di kelas namun juga termasuk pembiasaan di rumah siswa sehingga program ini mendapatkan dukungan dari warga sekolah.
Dukungan dan kolaborasi sangat membantu pelaksanaan program pengelolaan sampah untuk peningkatan karakter peduli lingkungan di SMPN 1 Jenggawah. Dukungan orangtua selaku pengontrol perilaku siswa di luar sekolah (di rumah). Ini menjadi indikator keberhasilan dari program ini. Kolaborasi juga dilakukan dengan berbagai dinas terkait seperti Dinas Perkim LH untuk membantu pengambilan sampah secara berkala di SMPN 1 Jenggawah dan bantuan pembuatan bank sampah, Dinas Kesehatan berkolaborasi untuk sosialisasi hidup bersih dan sehat serta kolaborasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai tim evaluasi dan monitoring.
Program pengelolaan sampah untuk pembentukan karakter peduli lingkungan sangat besar manfaatnya
bagi siswa. Hal ini dikemukan oleh Yogi siswa kelas IX-E SMPN 1 Jenggawah bahwa penerapan kebiasaan peduli lingkungan yang diajarkan di sekolah dalam kehidupan sehari-hari di rumah dilakukan dengan membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan di sekitar rumah, mengambil sampah tanpa diperintah. Guru tersebut mengungkapkam secara keseluruhan untuk perubahan perilaku siswa sudah terlihat. dari berkurangnya sampah-sampah yang berserakkan di halaman sekolah. Adanya kesadaran siswa yang tanpa disuruh membuang sampah berdasarkan jenisnya. Langkah formulasi strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk mengelola peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi, dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan internalnya.
Konsep Pengelolaan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
Konsep pengelolaan Sampah 3R adalah paradigma baru dalam memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, minimalisasi limbah dengan mendorong barang yang dapat digunakan lagi, dan barang yang dapat dikomposisi secara biologi (biodegradable) dan penerapan pembuangan limbah yang ramah lingkungan. Pelaksanaan Pengelolaan sampah 3R perlu diterapkan pada jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Hal ini mendorong perubahan perilaku atau sikap dan pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan. Untuk itu, pendidikan dipandang memberikan pengaruh yang positif dalam perubahan perilaku tersebut. Dengan demikian, sangat penting sekali pengelolaan sampah 3R diajarkan dalam pembelajaran IPS di sekolah.Prinsip 3R dalam pembelajaran IPS, yaitu prinsip educe, reuse, dan recycle. Prinsip pertama reduce adalah kegiatan yang dapat mengurangi dan mencegah tibulan sampah. Prinsip kedua reuse adalah kegiatan penggunaan Kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain. Prinsip ketiga recycle adalah kegiatan mengolah sampah untuk dijadikan
produk baru. Berikut ini penjelasan prinsip 3R.
Prinsip Reduce (R1)
Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan, setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup komsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari minimalisasi barang atau material yang digunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Menurut Suyoto (2008) dalam Darmawan (2013) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program Reduce:
- Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar
- Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lain
- Gunakan baterai yang dapat di charge kembali
- Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan
- Ubah pola makan (pola makan sehat: mengkonsumsi makanan segar, kurangi makanan kaleng/instan)
- Membeli barang dalam kemasan besar (versus kemasan sachetmembeli barang dengan kemasan yang dapat di daur ulang (kertas, daun dan lain- lain)
- Bawa kantong/tas belanja sendiri ketika berbelanja
- Tolak penggunaan kantong plastik
- Gunakan rantang untuk tempat membeli makanan.
Prinsip Reuse (R2)
Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melaui proses pengelolaan) seperti menggunakan kertas bolak-balik, menggukan kembali botol bekas minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain. Pada pembelajaran di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan bahan ramah
lingkungan sebagai kegiatan media pembelajaran.
Prinsip Reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih barangbarang yang bisa dipakai kembali. Menghindari pemakaian barang- barang yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Menurut Suyoto (2008) dalam Darmawan (2013) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program Reuse11:
- Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang
- Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
- Kurangi penggunaan bahan sekali pakai
- Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah
- Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau tempat sampah
- Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-macam kerajinan
- Bekas kemasan plastik tebal isi ulang digunakan sebagai tas
- Styrofoam digunakan untuk alas pot atau lem
- Potongan kain/baju bekas untuk lap, keset, dan lain-lain
- Majalah atau buku untuk perpustakaan.
Recycle (R3)
Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dan sebagainya atau mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas lebih rendah dan lain-lain. Contoh lain yang dapat dilakukan siswa adalah Misalnya, bubur kertas untuk membuat alat peraga meletusnya gunung api. Prinsip Recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Menurut Suyoto (2008) dalam Darmawan (2013) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program Recycle
1) Mengubah sampah plastik menjadi souvenir
2) Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos
3) Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan miniatur.
Pembelajaran IPS
IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari, menelaah,menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Sifat IPS sama dengan studi sosial, yaitu praktis, interdisipliner dan diajarkan mulai dari dasar sampai Perguruan Tinggi. IPS yang diajarkan pada pendidikan dasar dan menengah, menjadi dasar pengantar bagi mempelajar IPS/studi sosial ataupun ilmu sosial di Perguruan Tinggi. Hasil penelaahan IPS dapat dimanfaatkan oleh ilmu sosial, dan sebaliknya hasil kajian ilmu sosial, dapat dimanfaatkan oleh IPS Mengutip pendapat Piaget yang menyatakan bahwa IPS dirancang untuk membantu siswa dalam menjelaskan dunianya. Ada dua perkembangan pada masa kanak-kanak yang paling penting untuk diperhatikan yaitu pengorganisasian dan adaptasi. Dengan pengorganisasian anak-anak pada dasarnya dapat memahami dan mengklasifikasikan sesuatu dengan cara bagaimana hal itu dikerjakan. Adaptasi merujuk pada akomodasi terhadap lingkungannya. Seorang anak yang mulai masuk sekolah berarti telah siap beradaptasi melalui percakapan, baju (seragam), aturan di rumah dan sebagainya. Sekolah dirancang untuk memperluas adaptasi melalui proses pembelajaran formal. Proses-proses ini meliputi intelektual, sosial, emosional, dan fisik Pada kegiatan pembelajaran IPS, siswa dapat dibawa langsung ke dalam lingkungan alam dan mayarakat. Pembelajaran IPS di lingkungan alam sekitar sekolah jmaupun tempat tinggal siswa akan membuat siswa mudah memahami materi IPS, karena siswa dapat mengetahui makna dan manfaat pembelajaran IPS.
Karakter Peduli Lingkungan Karakter peduli lingkungan merupakan salah satu karakter dari delapan kelas karakter yang
ditetapkan oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2011. Karakter peduli lingkungan ini merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Karakter peduli lingkungan merupakan karakter yang wajib diimplementasikan bagi sekolah di setiap jenjang pendidikan. Siswa harus mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan dengan cara meningkatkan kualitas lingkungan hidup, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya peduli lingkungan serta mempunyai inisiatif untuk mencegah kerusakan lingkungan. Pendidikan karakter peduli lingkungan ditanamkan sejak dini kepada siswa sehingga dapat mengelola secara bijaksana sumber daya alam yang ada di sekitar, serta untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan generasi penerus yang akan datang. Ketika karakter peduli lingkungan sudah tumbuh menjadi mental yang kuat, maka akan mendasari perilaku.
Pengelolaan Sampah 3R untuk Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan Pengelolaan sampah di sekolah memerlukan perhatian serius. Sebagian besar penghuninya adalah siswa tidak menutup kemungkinan pengelolaannya pun belum optimal. Namun juga bisa dipakai sebagai media pembelajaran bagi siswa-siswinya.
Salah satu parameter sekolah yang baik berwawasan lingkungan. Untuk itu, dalam pembelajarannya terutama IPS perlu disisipi pengelolaan sampah 3R untuk menumbuhkan karakter peduli lingkungan. Pengelolaan sampah 3R dapat dilakukan dengan memilah-milah dulu sampah yang ada di sekolah. Lebih efisien lagi jika tempat sampah di sekolah sudah terpisah sendiri-sendiri, seperti sampah organik, anorganik, dan B3.
Tujuan pemisahan tempat sampah tersebut mengajarkan siswa untuk membuang sampah sesuai dengan tempatnya. Apabila sikap tersebut telah dilaksanakan pengelolaan sampah disekolah akan lebih mudah dan efisien. Pengelolaan sampah 3R dapat dilakukan sebagai berikut:
- Reduce Konsep reduce dalam pengurangan sampah di sekolah dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan kertas. Penggunaan kertas dapat digantikan dengan
- mengumpulkan makalah atau tugas dalam pembelajaran IPS menggunakan softfile saja atau melalui perangkat digital.
- Reuse Konsep reduce dalam pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan menggunakan barang plastik kembali. Siswa dapat menggunakan botol minum yang dapat digunakan kembali.
- Recycle Pengelolaan sampah dengan konsep recycle terbagi menjadi tiga, yaitu pengelolaan sampah organik( basah), anorganik, dan B3. Dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Pengelolaan sampah organik (basah) menjadi kompos Sampah basah bisa diolah menjadi kompos. Prosesnya mudah sederhana, dan bisa mengerjakan sendiri. Pembuatan kompos dengan sampah basah di sekolah bisa menjadi media pembelajaran untuk siswa, pada pembelajaran IPS. Siswa akan belajar bagaimana sampah itu bisa berguna bagi manusia bukan hanya karena sesuatu yang kotor dan tidak berguna. Kompos yan dihasilkan dapat digunakan untuk memupuk tanaman yang ada atau sebagai bahan campuran media tanam dalam pot di lingkungan sekolah.
b. Pengelolaan sampah anorganik menjadi kerajinan dan media pembelajaran IPS Kertas bekas yang sering kita temui di sekolah adalah jenis kertas HVS. Khusus untuk sampah kertas, bisa dilakukan dua hal untuk pengelolaannya. Sampah kertas bisa didaur ulang
dengan cukup mudah. Kertas bekas dipotong kecil-kecil dan direndam ke dalam air. Proses selanjutnya adalah diblender hingga berubah menjadi bubur kertas. Dari sinilah kreativitas anak diperlukan. Bubur kertas bisa jadi bahan kertas daur ulang atau bisa dibuat bahan dasar kreativitas lain, misalnya topeng kertas atau bentuk pigora. Selain itu, bubur kertas dapat digunakan untuk media pembelajaran IPS, yaitu untuk pembuatan replika gunung api yang meletus.
b) Bentuk Pengelolaan kedua adalah sistem pemilahan untuk dijual. Kertas berjenis HVS dipisah dari jenis lain misalnya koran, karton dan kerdus. Kertas bekas yang sudah dipilah tadi dijual ke pemulung. Pemulung secara berkala akan datang ke sekolah untuk mengambil kertas tersebut.
Jenis sampah lain yang juga banyak di sekolah adalah plastik. Sampah ini sebagian besar terdiri dari bungkus plastik dan botol minuman mineral. Untuk jenis terakhir inilah yang sekarang banyak dicari orang. Botol minuman bekas yang berbahan plastic PET bisa didaur ulang menjadi biji plastik. Demikian pula dengan minuman bekas yang berbahan logam. Sampah jenis ini juga dibahas dipumpulkan, dikumpulkan untuk kemudian dijual. Anak-anak juga dapat berkreasi merangkainya menjadi barang kerajinan atau hiasan dinding.
DISKUSI
Faktor pendukung dalam upaya pembentukan karakter siswa antara lain: (1) Sekolah Didukung oleh SDM yang berkualitas. (2) Sarana dan prasarana yang cukup memadai. (3) Peran aktif dari kepala sekolah dan guru lainya dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan sekolah baik berlangsung di dalam kelas maupun di luar kelas yang berupa kegiatan intrakurikuler. (4) Adanya program kegiatan ekstrakurikuler di luar jam pelajaran seperti olahraga, seni
budaya, kegiatan kerohanian, dan lain sebagainya.
Hambatan-hambatan dalam upaya integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS untuk pengamalan nilai moral adalah sebagai berikut: (1) Latar belakang setiap siswa (2) Kurangnya pengetahuan moral siswa (3) Penanaman moralnya masih kurang, siswa tidak akan berperilaku baik kalau dalam rumah tidak pernah ditanamkan nilai moral, karena kalau hanya mengandalkan disekolah tidak akan mendapatkan Pendidikan karakter secara efektif. (4) Kurangnya teladan dari guru sendiri, tidak semua guru atau karyawan dapat menjadi model atau suri tauladan bagi siswa. Dengan cara demikian, karakter tersebut terdapat dalam diri dan keyakinan siswa yang tidak mudah berubah. Setiap konsep, topik atau tema dalam pembelajaran IPS memiliki karakter tertentu yang oleh siswa perlu dikaji, diolah, ditelaah dan dicocokkan dengan dirinya, serta diproses menjadi miliknya untuk kemudian digunakan sebagai pola atau barometer dalam hidupnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pembentukan karakter peduli lingkungan di SMPN 1 Jenggawah sudah terlihat dari penerapan kebiasaan peduli lingkungan yang diajarkan di sekolah dalam kehidupan sehari-hari di rumah dilakukan dengan membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan di sekitar rumah, mengambil sampah tanpa diperintah. Pengelolaan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) pada pembelajaran IPS untuk menumbuhkan karakter peduli lingkungan dapat dilakukan, sebagai berikut:
1) Contoh Reduce, yaitu penggunaan kertas dapat digantikan dengan mengumpulkan makalah atau tugas dalam pembelajaran IPS menggunakan softfile saja atau melalui perangkat digital.
2) Contoh Reuse, yaitu pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan menggunakan barang plastik kembali. Siswa dapat menggunakan botol minum yang dapat digunakan kembali.
3) Contoh Recycle, yaitu pengelolaan sampah dengan konsep recycle terbagi menjadi tiga, yaitu pengelolaan sampah organik( basah), anorganik, dan B3. Seperti,
pengelolaan sampah organik (basah) menjadi kompos, pengelolaan sampah anorganik menjadi kerajinan dan media pembelajaran IPS.
Sampah merupakan salah satu permasalahan lingkungan hidup yang memerlukan perhatian serius. Sampah merupakan suatu bahan yang dibuang dari hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Cahyo, Suryaningsih, & Lestari, 2018). Sampah yang dibuang ke lingkungan dapat menjadi beban dan persoalan bagi lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. Permasalahan pengelolaan sampah tidak akan pernah dapat diselesaikan jika hanya bertumpu pada pemerintah saja tanpa ada keterlibatan dari masyarakat sebagai sumber penghasil sampah itu sendiri. Konsep pengelolaan sampah 3R sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Konsep ini sangat cocok diterapkan di negara berkembang yang karena keterbatasan teknologi maka harus memberdayakan masyarakat sebagai pelaku yang menghasilkan sampah. Permasalahan lingkungan hidup yang terjadi adalah penurunan daya dukung lingkungan karena rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan lingkungan hidup.
Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia setelah Cina. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan jumlah peningkatan Sikap peduli lingkungan harus ditanamkan melalui pembiasaan disekolah. Pembiasaan itu dapat dilakukan melalui pembelajaran, salah satunya pembelajaran IPS. Pembiasaan dalam pembelajaran IPS, yaitu dengan mengajak siswa untuk melaksanakan pengelolaan sampah berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Penerapan pendidikan karakter peduli lingkungan dalam konsep3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam Pembelajaran IPS dapat dilakukan di dalam maupun luar kelas.
SARAN
Tidak dapat dipungkiri, artikel ini. Memiliki banyak kekurangan karena penulis menyadari beberapa kendala. Dan sumber yang terbatas. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan untuk
dapat kami perbaiki di masa yang akan datang. Bersamaan dengan saran untuk pembaca yang merupakan tanda harapan yang mungkin, mari kita pahami kebijakan, pedoman, pendekatan, dan model apa yang dapat membantu kita membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Eny Rusmiati, S.Pd. selaku Kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Jenggawah beserta Guru dan Tenaga Pendidikan SMP Negeri Jenggawah. Terimakasih kepada siswa-siswi SMP Negeri 1 Jenggawah dari kelas VII
sampai dengan kelas IX.
DAFTAR PUSTAKA
ANJANI, Namira. MENGELOLA SAMPAH 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENUMBUHKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN. International Journal of Education, Conseling and Multidicipline (IJEDUCA), 2024, 1.2.
ARISONA, Risma Dwi. Pengelolaan sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) pada pembelajaran IPS untuk menumbuhkan karakter peduli lingkungan. Al Ulya: Jurnal Pendidikan Islam, 2018, 3.1: 39-51.
Haryoko. (2012). Efektivitas Pemanfaatan Media Visual Sebagai Alternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi Elektro 3 (1) : 28-33.
Kurniasari, R. (2019). Peningkatan Ecoliteracy Siswa Melalui Kegiatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Dalam Pembelajaran IPS. Jurnal Tunas Bangsa, 6(1), 129-138.
MUMTAZAH, Wardah Aqilah, et al. Implementasi Pembelajaran IPS Berbasis Project sebagai Upaya Pengembangan Ecoliteracy Siswa SMP Muhammadiyah 2 Taman. Jurnal Dialektika Pendidikan IPS, 2024, 4.3: 255-263.
PARIHAH, Ihah, et al. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan Kemampuan Berfikir Kreatif. Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat, 2023, 8.1: 25-34.
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 03/PRT/M/2013 tentang PENYELENGGARAAN PRASARANA DAN SARANA PERSAMPAHAN DALAM PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA
SURYANINGSIH, Yeni, et al. Peningkatan Karakter Peduli
Lingkungan Melalui Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle). SANISKALA: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2023, 1.1: 38-44.
International Journal of Education,Social Studies and Conseling (IJEDUCA). Vol.2, No.1, 2024: 1-15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H