SMPN 1 Jenggawah terdiri dari 30 rombel dengan jumlah siswa 1070 orang yang memiliki latar belakang keluarga beragam karakter. Guru di sekolah ini berjumlah 46 orang dan tenaga kependidikan 14 orang. Dengan banyaknya siswa, jumlah sampah yang dihasilkan cukup banyak, dan masalah yang muncul adalah menumbuhkan rasa peduli siswa terhadap lingkungan sekolah, terutama dengan banyaknya sampah organik yang berserakan. Lingkungan SMPN 1 Jenggawah masih sulit mengendalikan sampah plastik dari makanan dan minuman yang sangat banyak. Selain itu, terdapat banyak sampah organik dari daun-daun kering yang berjatuhan di lingkungan sekolah, yang masih terkendala tenaga ahli dalam pengolahan sampah menjadi kompos.
Sikap peduli lingkungan harus ditanamkan melalui pembiasaan di sekolah. Pembiasaan itu dapat dilakukan melalui pembelajaran, salah satunya pembelajaran IPS. Pembiasaan dalam pembelajaran IPS, yaitu dengan mengajak siswa untuk melaksanakan pengelolaan sampah berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Penerapan pendidikan karakter peduli lingkungan dalam konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam Pembelajaran IPS dapat dilakukan di dalam maupun luar kelas. Di dalam kelas penanaman nilai peduli lingkungan melalui kegiatan reduce dan reuse. Reduce (pengurangan) dapat diartikan sebagai sikap sehari-hari dalam pengurangan menimbulkan sampah, misalnya membatasi penggunaan kertas dengan beralih ke digital. Selanjutnya Reuse (menggunakan kembali) artinya menggunakan kembali barang bekas tanpa memprosesnya terlebih dahulu, misalkan menggunakan kembali kemasan botol kaca. Contohnya seperti kita membeli saus botol ketika habis tidak perlu membeli saus botol yang baru tetapi kita cukup membeli isi saus tersebut. Sedangkan di luar kelas penerapan konsep recycle dapat di kembangkan oleh guru melalui proyek yang diberikan kepada siswa sehingga menghasilkan produk. Recycle atau mendaur ulang dapat diartikan mengolah menjadi bahan lain yang bermanfaat, misalnya mendaur ulang sampah menjadi kerajinan ataupun pupuk kompos.
Dengan demikian, penerapan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) pada pembelajaran IPS dapat menumbuhkan karakter peduli lingkungan. Siswa yang sebelumnya hanya membuang sampah sembarang menjadi lebih peka terhadap lingkungannya dan memanfaatkan sampah menjadi barang yang berguna. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengulas pengelolaan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) pada pembelajaran IPS untuk menumbuhkan karakter peduli lingkungan, agar menjadi referensi dalam penanaman karakter peduli lingkungan pada pembelajaran IPS.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan deskriptif dan menggambarkan kondisi secara naturalistik, sehingga cocok dengan situasi lapangan yang dihadapi. Dalam penelitian kualitatif, peneliti terlibat langsung dalam pengumpulan informasi melalui kunjungan lapangan dan interaksi langsung dengan narasumber. Pendekatan kualitatif dilipih karena dapat memberikan gambaran yang lebih rinci, jelas, dan mendalam mengenai situasi yang diamati. Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Jenggawah. Dalam penelitian ini, informan adalah individu-individu yang memiliki pemahaman mendalam mengenai fenomena yang sedang diteliti. Memilih informan yang tepat adalah langkah krusial untuk menjamin kualitas dan relevansi data yang diperoleh. Penelitian ini melibatkan beberapa informan, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua/wali SMPN 1 Jenggawah. Data yang dikumpulkan terkait dengan pengolahan sampah di sekolah dan karakter siswa terhadap lingkungan yang diintegrasikan melalui pembelajaran IPS. Instrumen pendukung dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kamera untuk mengambil dokumentasi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan telaah dokumen. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk saling bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga makna dari suatu topik tertentu dapat dikonstruksi secara lebih mendalam (Sugiyono, 2017). Wawancara juga merupakan metode mengumpulkan data melalui serangkain pertanyaan dan jawaban antara peneliti dan narasumber (Sahir, 2022). Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, wakil, guru, siswa dan orang tua SMPN 1 Jenggawah didapatkan informasi yang relevan mengenai masalah terkait pengelolaan sampah di sekolah tersebut.
Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap suatu kegiatan yang sedang berlangsung (Alfatiah, 2022). Observasi langsung terhadap sumber data, dengan mengamati data-data yang memiliki hubungan dengan variabel penelitian (Ichsan et al., 2023). Untuk observasi yang dilakukan di SMPN 1 Jenggawah, peneliti akan mengamati prilaku dan kegiatan yang dilaksanakan di SMPN 1 Jenggawah. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan telaah dokumen akan memiliki makna setelah dianalisis dan diinterpretasikan menggunakan metode analisis dan interpretasi data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian (Susanti et al., 2020). Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah model Miles dan Huberman, yang mencakup tiga aktivitas utama, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Â
HASIL DAN PEMBAHASAN
SMPN 1 Jenggawah terletak di jalan Pemuda, Nagari Pematang Panjang, Kabupaten Sijunjung yang merupakan sekolah Adiwiyata sejak tahun 2013, dan pada tahun 2016 mengikuti lomba Adiwiyata sampai tingkat nasional dan jadi Adiwiyata mandiri sejak 2022. SMPN 1 Jenggawah ini memiliki rombel sebanyak 30 kelas, jumlah siswa 1070 orang dengan jumlah guru 46 orang dan tenaga kependidikan 14 orang. Pengamatan di di SMPN 1 Jenggawah diketahui bahwa sekolah mengimplementasikan program pengelolaan sampah untuk membentuk karakter peduli lingkungan. Sekolah sudah merancang program ini dalam visi dan misi sekolah dan adanya program peduli lingkungan. Sekolah sudah melengkapi sarana dan prasarana
dengan menyiapkan kotak sampah yang membedakan sampah organik dan anorganik, bank sampah, tempat mengelola kompos dan lobang pembuangan akhir sampah. Setiap bulan diadakan rapat evaluasi antara kepala sekolah dan guru membahas kelanjutan program.
Sekolah sudah mengimplentasikan program dalam berbagai kegiatan terutama kegiatan pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh wakil bidang kurikulum dengan cara menganalisa TP dengan  materi ajar yang ada untuk berprilaku berbudaya lingkungan, dan memilih tema-tema yang berhubungan langsung dengan lingkungan. untuk proses edukasi dan sosialisasi sekolah memberdayakan pengadaan poster poster yang bertemakan lingkungan untuk dapat mengedukasi warga sekolah. Penguatan materi dapat dilakukan guru piket dan guru kelas masing-masing di dalam kelas. Dalam Kurikulum Merdeka, bukan hanya kecerdasan yang menjadi fokus utama, tetapi juga pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Salah satu ciri utama pelajar Pancasila adalah kreatif. Berdasarkan wawancara degan kepala sekolah dan koordinator program didapatkan bahwa tidak ada kurikulum khusus untuk mengintegrasikan nilai nilai kepedulian lingkungan, namun pada kurikulum Merdeka khusunya untuk Proyek P5 bisa mengambil salah satu tema tentang lingkungan.