dilakukan manusia untuk mengeksploitasi lingkungannya demi hajat hidupnya. Dengan adanya interaksi ini, dapat dipastikan bahwa kondisi lingkungan juga akan dipengaruhi oleh perilaku manusia. Sikap perilaku manusia akan menentukan baik buruknya kondisi lingkungan. Sebaliknya, bagaimana manusi memperlakukan lingkungan dampaknya kan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia itu sendiri.2) Sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam, agar lingkungan tetap asri, harus diperhatikan tatanan atau tatacara lingkungan itu sendiri.
Dalam hal ini manusia yang paling tepat sebagai pengelolanya karena manusia memiliki beberapa kelebihan dibandingkan organisme lain. Manusia mampu merombak, memperbaiki, dan mengkondisikan lingkungan seperti yang dikehendakinya. Manusia hendaknya menyadari bahwa mereka membutuhkan lingkungan dan bukan lingkungan yang membutuhkan mereka.3) Namun fakta di lapangan masih ada pihak-pihak yang menyimpang dari keseharusan melestarikan lingkungan. Dasawarsa terakhir ini masalah lingkungan terus menjadi agenda pembicaraan banyak negara. Lingkungan sendiri yang semestinya menjadi sumber kenikmatan dalam kehidupan, kini berubah menjadi sumber kegelisahan dan kecemasan, 4). Masalah lingkungan yang dihadapi sekarang diakibatkan oleh tindakan manusia sendiri yang tidak pernah puas inilah yang mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Kesadaran kolektif dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu bentuk modal sosial untuk menciptakan budaya bersih sebagai bagian dari identitas dan karakter masyarakat Indonesia. Gerakan Indonesia Bersih, sebagai salah satu pilar dari 5 Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) diharapkan menjadi gerakan sosial kolaboratif yang turut berkontribusi membina mental masyarakat untuk sadar dan paham akan permasalahan sampah dan bergerak untuk mengambil bagian dalam pengelolaan sampah. “Pola tradisional pengelolaan sampah : kumpul - buang - angkut harus ditinggalkan dan mulai mengubah perilaku dimulai dengan upaya pilah pilih sampah di rumah hingga gaya hidup 3R (reduce, reuse, recycle),”.
Pengelolaan sampah sangat perlu dilakukan untuk meminimalisir dampak buruknya. Sampah yang menumpuk tanpa adanya pengelolaan yang benar dapat menimbulkan permasalahan, seperti penyakit dan menghasilkan zat kimia berbahaya. Sampah yang menumpuk di selokan dan sungai juga menyebabkan terjadinya banjir yang menjadi bencana rutin di Tanah Air.
Tantangan masa depan yang berkaitan dengan isu masalah lingkungan hidup menjadi masalah bersama termasuk bagaimana dunia pendidikan mengakomodasi masalah lingkungan dalam pembelajaran di kelas.. Pendidikan IPS harus mencakup pengalaman yang memberikan pembelajaran untuk mempelajari orang, tempat, dan lingkungan.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022 hasil input dari 202 kab/kota se Indonesia menyebut jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21.1 juta ton. Dari total produksi sampah nasional tersebut, 65.71% (13.9 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik.
Karakter peduli lingkungan tidak dapat tumbuh begitu saja, namun harus diupayakan pembentukannya secara terus menerus sejak usia dini, melalui kegiatan-kegiatan nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Untuk menumbuhkan karakter peduli lingkungan, langkah yang paling strategis adalah melalui pendidikan. Menyadari hal tersebut, maka sekolah sebagai wadah pendidikan perlu sejak dini menanamkan dan mengembangkan kepedulian siswa terhadap lingkungan agar terbentuk sumberdaya manusia yang secara arif dapat memanfaatkan potensi dirinya dalam berbuat untuk menciptakan kualitas lingkungan yang kondusif, ekologis, lestari secara nyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya lokal.
Selama masa pendidikan, diharapkan anak-anak mampu mengembangkan keterampilan hidup yang diperlukan untuk mengatasi
berbagai tantangan secara mandiri. Program pembelajaran di sekolah harus dirancang untuk membangun karakter mandiri pada anak melalui tugas-tugas yang berkaitan dengan kurikulum maupun kegiatan pengembangan kepribadian (Hasibuan, 2023). Lingkungan sekolah yang mendukung sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas. Penanaman pengetahuan dan kesadaran tentang perilaku hidup bersih dan sehat sangat efektif jika dimulai sejak pendidikan dasar, sehingga siswa dapat menerapkan gaya hidup sehat dan bersih ini di luar lingkungan sekolah (Tuerah et al., 2023). Sekolah yang mengintegrasikan budaya peduli lingkungan berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa, yang kemudian berkontribusi terhadap perubahan di dalam keluarga. Menghargai air bersih, pentingnya penghijauan, penggunaan fasilitas sanitasi dengan benar, serta pengelolaan sampah menjadi pupuk adalah bagian dari upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat. Perubahan positif dalam keluarga sebagai unit terkecil masyarakat akan memberikan dampak pada komunitas yang lebih luas. Pengelolaan lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam mengelola air, sampah, energi, dan halaman sekolah (Mustajib, & Ansori, 2021).
Pasal 1 Permen-LH Nomor 5 Tahun 2013 menyebutkan bahwa program Adiwiyata adalah program untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Program ini telah dilaksanakan di SMPN 1 Jenggawah, Kabupaten Jember, dengan memberikan pelatihan pengelolaan sampah berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Menurut Frikasih, (2021) strategi pengembangan kompetensi sikap berupa kepedulian terhadap lingkungan, merupakan salah satu indikator pencapaian pada aspek sikap. Karakter peduli lingkungan, dapat dicapai melalui berbagai program atau kegiatan yang berbasis kebijakan lokal, termasuk di dalamnya peraturan perundangan di daerah. Widyaningrum, (2016) menambahkan bahwa pembentukan mindset peduli lingkungan perlu dilakukan sejak dini untuk mencegah
kerusakan lingkungan dan mengembangkan upaya perbaikan kerusakan yang telah terjadi.