Mohon tunggu...
Winny Gunarti
Winny Gunarti Mohon Tunggu... Dosen - Penulis, Peneliti, Pengajar di Universitas Indraprasta (UNINDRA) PGRI, Jakarta

E-mail: winny.gunartiww@unindra.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Budayakan Pintar EYD Melalui Ponsel Cerdas

7 Desember 2015   06:31 Diperbarui: 7 Desember 2015   09:41 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teknologi ponsel cerdas (smartphone)  telah memungkinkan siapa pun bisa menjadi “pintar” dalam segala hal. Melalui ponsel cerdas, kita sesungguhnya telah memasuki sebuah periode evolusi kemajuan peradaban manusia. Kita bisa melakukan dan mencari apa saja yang diinginkan hanya melalui sentuhan pada layar, yang dalam sekejap mampu membawa pikiran kita tenggelam dalam visualisasi yang memanjakan mata.

Teknologi visual yang memanjakan ini kadang membuat kita lupa pada nilai-nilai yang seharusnya tetap dijaga sesuai fungsinya.  Contoh sederhana adalah dalam konteks kita berbahasa Indonesia melalui media sosial. Kita terbiasa menggunakan bahasa percakapan yang kerap jauh dari penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kita didorong untuk terus mengikuti berbagai perkembangan baru dalam berbagai istilah dan singkatan yang diciptakan oleh generasi baru, sehingga tidak heran jika kemudian kita mengenal istilah KBBA, alias Kamus Besar Bahasa Alay.

Teori Generasi seolah menyadarkan generasi X (kelahiran tahun 1965-1980) sebagai pengguna teknologi internet awal untuk memahami dan membiarkan generasi Y membangun kreativitas baru dalam percakapan di internet. Generasi Y yang dianggap sebagai generasi milenium (kelahiran tahun 1981-1994) menjadi pelopor gaya komunikasi instan melalui telepon genggam dan media sosial.  Generasi milenium ini pun, jika tidak ingin dianggap ketinggalan zaman,harus mampu berselancar berdampingan dengan generasi Z (kelahiran tahun 1995-2010) yang semakin akrab dengan perangkat komunikasi canggih. Generasi ini, sama seperti generasi sebelumnya, kerap terjebak dalam konsep Parole, yang dikatakan Ferdinand de Saussure sebagai cara bertindak dan bertutur pengguna bahasa yang lebih konkret, namun kadang tidak dipahami oleh semua orang.

Hal inilah yang sebenarnya harus kita batasi, agar cara kita berkomunikasi melalui bahasa visual tidak menempatkan fungsi EYD hanya sebagai aksesori belaka. Kebanyakan kita menganggap penggunaan EYD dalam berbahasa Indonesia menyebabkan percakapan di media sosial menjadi kaku. EYD dianggap hanya dapat  digunakan untuk tulisan-tulisan ilmiah atau yang serius. Padahal cara berpikir dan pandangan semacam itu sangatlah keliru.

Seyogyanya kita mulai membudayakan penggunaan EYD dalam berbahasa Indonesia, terutama dalam percakapan di media sosial. Kita bisa mulai dari hal-hal yang sederhana, seperti penggunaan kata depan “di” dan “ke” yang harus dipisah jika menunjukkan tempat. Misalnya, “di atas”, bukan “diatas”. Penulisan huruf besar untuk nama orang, atau penulisan tanda baca. Membiasakan penggunaan EYD dalam berbahasa sehari-hari secara tidak langsung membudayakan pintar EYD kepada orang lain sebagai pembaca, termasuk orang asing yang sedang belajar Bahasa Indonesia. Dengan cara sederhana ini, sebenarnya kita sudah berpartisipasi untuk memasyarakatkan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Beruntunglah kita, karena untuk menjadi pintar EYD, kini kita cukup mengakses salah satu link, yaitu EYD Versi Pro dengan menggunakan aplikasi google play, melalui Android dan iOS.

 

Jika ada orang yang masih beranggapan bahwa penggunaan EYD bukanlah hal yang penting, tanyakanlah pada diri kita sendiri, sebesar apa kita mencintai Bahasa Indonesia?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun