Mohon tunggu...
Winny Arliyanti
Winny Arliyanti Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang sedang belajar Islam 'kaaffah'. Lahir sebagai muslim, tapi tidak mengerti akan agamanya karena dulu merasa cukup dan aman dengan menyandang status muslim. Pendidikan formal terakhir S1 di Fakultas Ekonomi, jurusan Manajemen Universitas Katolik Parahyangan angkatan 2004.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ummat Muslim Harus "Melek" Politik

4 Desember 2014   18:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:03 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tidak sedikit yang berangapan bahwa agama dan negara harus dipisahkan, jangan disatukan atau dicampuradukkan. Benarkah?

Manusia adalah makhluk sosial, dia tidak dapat hidup sendirian. Sejak dalam kandungan manusia memerlukan orang lain (ibu) sampai dengan meninggal (mayat dikubur harus dengan bantuan orang lain kan, tidak bisa menguburkan dirinya sendiri :D). Jadi jika ada yang berpikir "saya tidak pernah menyusahkan orang lain" atau "saya tidak butuh orang lain", pikiran dan perasaannya pasti tidak benar. Dengan begitu, manusia tidak dapat berdiri sendiri, tidak boleh 'cuek' atau tidak peduli terhadap urusan orang lain, tidak boleh hanya baik sendiri, dll.

"Ngapain sih pusing-pusing mikirin orang lain apalagi negara/ politik yang penting kita gak ngerugiin orang lain". Seringkali pemikiran seperti itu menghampiri kebanyakan orang, termasuk saya dulu juga berpikir seperti itu. Tapi ternyata, jika kita berpikir dengan jernih dan mendalam apa yang dilakukan orang lain apalagi negara karena menentukan kebijakan yang berdampak pada orang banyak tentu akan memberikan dampak terhadap kita besar ataupun kecil pengaruhnya.

Baik...anggaplah yang penting kita sendiri dulu yang baik, yakinkah kita bisa hidup tenang & sejahtera? Bukankah ketenangan & kesejahteraan hidup yang diharapkan semua orang?

Tetangga kita ada yang berperangai buruk, akan nyamankah kita punya tetangga seperti itu?

Tetangga, saudara, sahabat kita atau orang lain yang tidak dikenal sekalipun ada yang suka melakukan maksiat, akankah kita diamkan saja? Bagaimana jika dia mengajak/ melakukan kemaksiatannya kepada orang tua, anak, saudara, atau sahabat kita?

Jika kita orang yang baik, tentu kita tidak ingin orang tua, anak, saudara, sahabat, tetangga, bahkan sesama saudara muslim ada yang diperlakukan tidak baik/ didzalimi bukan? Dengan begitu, tentu kita seharusnya tidak boleh membiarkan orang lain berbuat buruk atau kemaksiatan. Karena apa yang kita perbuat pasti akan memberikan dampak kepada orang lain, besar ataupun kecil.

Di negeri tercinta kita Indonesia sudah sering kita mendengar kasus pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, korupsi, dan kejahatan juga kemaksiatan lainnya yang semakin marak. Kita mungkin masih merasa tenang dengan hidup kita saat ini karena tidak merasakan langsung kejahatan/ kemaksiatan tadi. Tapi, bagaimana jika kita, orang tua, anak, saudara, atau sahabat kita yang mengalaminya? Sedih & marah tentunya. Siapa yang berwenang dalam menyelesaikan masalah ini selain kita mulai dari diri sendiri, tentu negara. Negara-lah yang akan memberikan dampak menyeluruh. Negara harus menggunakan sistem dan memberlakukan hukum yang benar.

Sudah benarkah sistem yang digunakan negara kita, memberikan kesejahteraan & ketenangan kepada seluruh rakyatnya? Isu terhangat baru-baru ini kenaikan BBM yang dilakukan pemerintah, padahal pada masa kampanye mereka berjanji tidak akan menaikkan harga BBM. Bukankah semua orang sudah tahu bahwa kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga lainnya dan inflasi. Pendapatan rakyat yang tidak meningkat dengan adanya kenaikan harga-harga kebutuhan hidup, tentu ini akan merugikan & menyengsarakan rakyat. Rakyat di sini tentu bukan orang kaya yang baginya kenaikan harga BBM senilai Rp. 2000 tidak menjadi masalah. Sejak merdekanya negeri ini dengan sistem demokrasi yang digunakannya saat ini, betulkah sudah memberikan kemerdekaan hakiki kepada rakyatnya?

Sebagai muslim harusnya kita yakin bahwa Islam agama yang paling benar dan rahmat bagi sekalian alam. Islam itu agama yang sempurna. Islam tidak hanya mengatur perkara ibadah mahdah saja, tapi mengatur kehidupan manusia dari mulai bangun tidur sampai mau tidur kembali agar sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu beribadah kepada Allah SWT (QS. Adz-Dzariat: 56). Sejarah membuktikan Islam berjaya selama 13 abad lamanya dengan menguasai 2/3 dunia yang memberikan kesejahteraan kepada ummat manusia, bukan hanya ummat muslim saja. Karena Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia (sebagai makhluk) dengan penciptanya Allah SWT (habluminallah), tapi juga mengatur hubungan dengan dirinya sendiri (habluminafsi) dan munisia yang lain (habluminannas) dalam menjalani kehidupan. Dalam Islam sudah diatur bagaimana kita seharursnya bersosial, berekonomi, berpotilik, dan bernegara, bukan hanya mengatur tata cara beibadah saja. Dan dalam Islam politik adalah perkara mengatur urusan ummat.

Penerapan hukum tertinggi ada pada negara. Dengan begitu, Islam dapat diterapkan secara keseluruhan 'kaaffah' hanya dalam kenegaraan. Bagaimana mungkin hukum qishash dan rajam dilakukan oleh perorangan atau kelompok. Penegak hukum/ pemilik kekuasaan/ pemerintah/ negara yang sah yang dapat melakukannya. Padahal hukum atas kedua perkara tersebut adalah wajib. Dengan penerapan hukum tersebut jiwa setiap manusia akan terjaga dan bernilai serta akan menimbulkan efek jera yang membuat masalah yang sama tidak akan/ lecil kemungkinannya terulang kembali. Islam bukan hanya memberikan kita solusi atas permasalahan hidup, tapi juga bersifat mencegah/ preventif. Hanya jika diterapkan secara keseluruhan 'kaaffah' Islam dapat terasa sebagai rahmat bagi sekalian alam. Rasulullah Muhammad saw. telah mencontohkan dengan sempurna dan sebaik-baiknya hingga mendirikan negara Islam di Madinah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun