Mohon tunggu...
Winna Wijayanti
Winna Wijayanti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sedang belajar sejarah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kenangan

2 Maret 2015   19:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:16 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti saat kecupan menyapa di malam dingin sebelum kita berdua memejamkan mata. Ada yang meminta pelukan erat, untuk saling merapatkan dada.

Katamu, “Jangan pernah sekalipun meninggalkanku.”

Tetapi kata-kata mengendap di alas untuk langkah.

“Aku ragu dengan cintamu,” kataku.

Seiring pergantian waktu, kenyataan berjalan lain. Memberi kesan tentang musim kemarin, kau minta untuk tidak lagi merindu kehangatan.

Lembaran daun-daun meneteskan embun membangunkanku pagi itu.

Tiada bisa melepas kisah di masa demikian.

Harum nafasmu masih kucium di batas aku sebelum tidur.

Ke sekian kalinya, ucap kengiluan di dada. Memandang kabut bayangan, mewujud ranjang saling mendesah.

Pergilah, jemput udara di ranting dekat jendela.

Ada kangen menunggu keningmu.

Mungkin sudah lama, bekasnya tinggal di sela-sela.

26 November 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun