Mohon tunggu...
Winna Wijayanti
Winna Wijayanti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sedang belajar sejarah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dunia dan Pemuda

22 Mei 2013   14:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:11 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mengertikah kita dengan perubahan yang menipu waktu ?

Mendapati kekayaan nyata akan sebuah tanah bersama, yang mestinya kita 'melek' dengan keadaan. Mungkin, kita menyerahkan waktu dan cukup puas dengan suapan pengganjal perut sesuai rutinitas. Kita, "dinina bobokan" zaman (seperti yang dikatakan salah seorang dosen saya). Namun, ketakutan terbesar adalah masa lalu yang telah menjadi evaluasi, kemudian perlahan muncul kembali menjadi 'ice cream' dan menggiurkan. Nyata, itu ada dan memberi siksa.

Sering dalam benak bicara "mungkinkah kenangan pemuda '98 terulang kembali ?"

Tak ada sekat dan benteng tangguh yang mencegah, bila itu terjadi. Pengamatan pedas dan tingkat kritis yang mendalam sudah kelewat batas, dan kehilangan fungsi atas upaya tersebut. Ragu jika harus menyebut ''omdo''.

Entah dalam hal apa untuk mampu mengetuk pintu kejujuran, bila masa yang diharapkan adalah nilai tukar dan simbiosis.

Jika akhir dari kelanjutan pemuda adalah 'kritis',

Dunia akan terus menangis.

Library, 22/05/2013

(13.52)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun