Pada dasarnya, melamun atau berkhayal merupakan aktivitas normal yang kerap dilakukan seseorang untuk mengisi waktu senggangnya. Dalam kajian medis, aktivitas berkhayal secara terstruktur dapat membantu Anda dalam mengembangkan ide, kreativitas, dan produktivitas. Lamunan yang terlintas dalam pikiran juga bisa menjadi metode relaksasi untuk sekedar melepas penat dari beban kerja .
Selain itu, berkhayal juga menandakan Anda mampu mengenali diri sendiri lebih dalam, terutama dalam hal mengekspresikan apa yang Anda rasakan dan mengenal kelebihan serta kekurangan diri sendiri, seperti dilansir pada laman psychologytoday.com
Namun, tak selamanya berkhayal dapat memberikan manfaat baik. Karena berkhayal secara terus-menerus justru akan membuat Anda kecanduan, atau dalam istilah psikologi disebut Maladaptive Daydreaming.Â
Nah diartikel kali ini kita akan membahas tentang beberapa tanda yang menunjukkan bahwa Anda mengalami maladative daydreaming. Berikut empat diantaranya.
1. Menggunakan Lamunan Sebagai Strategi Coping Mechanism
Beberapa orang kerap menggunakan lamunan sebagai upaya dalam mengatasi kekerasan, trauma, hingga kesepian. Pasalnya, khayalan bisa memicu keterikatan emosional yang kuat dengan seseorang.
Keterikatan tersebut itu dinilai ampuh untuk menggantikan rasa sakit hati ataupun trauma yang sedang dialami. Namun sayangnya, ketergantungan dengan khayalan justru berdampak buruk bagi kesehatan mental, dan memicu ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder, OCD atau obsessive compulsive disorder, serta depresi.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan sulitnya melakukan interaksi dengan orang lain, insomnia, dan kesulitan untuk berkonsentrasi.Â
2. Isi Lamunan Dipicu Oleh Peristiwa Nyata
Kebanyakan orang sering membuat lamunan tentang fantasi yang tidak bisa ia dapatkan, seperti khayalan untuk menjadi superhero, tokoh film terkenal, dan lain sebagainya.
Namun, bila isi khayalan justru berkaitan dengan peristiwa nyata yang baru saja Anda alami, maka bisa dipastikan Anda mengalami gejala maladaptive daydreaming. Hal ini biasanya dipicu oleh rangsangan sensorik yang terus menghantui isi pikiran Anda hingga terbawa dalam fantasi khayalan.