Mohon tunggu...
Wini Suwarni
Wini Suwarni Mohon Tunggu... profesional -

Bekerja di Advertising dan penyuka sepatu fashion

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ingin Beli Sepatu Wanita Murah ? Ubah Mindset Anda

28 Agustus 2014   04:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:19 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepatu wanita murah akan mendapat perhatian lebih banyak dari kaum wanita. Karena sepatu yang dijual dengan harga murah bisa berarti memberikan peluang untuk melakukan penyisihan anggaran, yang pada akhirnya tidak berdampak mengacaukan keseluruhan pengeluaran yang sudah direncanakan. Sehingga peran wanita sebagai pengatur anggaran belanja keluarga tetap tak tercela. Tetapi masalahnya, sepatu wanita murah hanya akan dijual ketika sebuah toko hendak menghabiskan produk yang sudah out of date, mereka menyebutnya dengan istilah “cuci gudang”. Paling beruntung jika sedang melakukan promosi, khususnya di Surabaya yang setiap menjelang peringatan hari jadi selalu menggelar “Surabaya Big Sale”. Dalam momentum itu, semua toko, outlet dan gerai sampai distro yang berlokasi disana ikut berpartisipasi untuk melakukan penjualan sebanyak-banyaknya dengan cara berlomba-lomba memberi diskon sebesar-besarnya pada produk mereka. Sehingga warga Kota Surabaya, khususnya para wanita dapat ikut menikmati “hadiah hari ulang tahun” berupa diskon besar saat membeli sepatu langsung ke lokasi penjualan. Tentu saja, para wanita penggemar sepatu tidak hanya berdomisili di Surabaya dan tidak akan menunggu setahun sekali untuk membeli sepatu. Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari busana, wanita membutuhkan sepatu setiap waktu. Idealnya setiap membeli busana baru, tetapi jika sepasang sepatu mampu “beradaptasi” dengan banyak pakaian, maka anggaran pun bisa dihemat. Jadi, label atau iklan yang memuat kalimat “Sepatu Wanita Murah” pasti akan lebih menarik perhatian kaum wanita, khususnya para wanita yang memiliki citarasa fashion yang tinggi. Bagi mereka, sepatu adalah bagian dari busana yang tidak bisa terpisahkan. Kebutuhan membeli sepatu tidak berbeda dengan kebutuhan untuk membeli pakaian baru. Keinginan wanita memiliki “sepatu yang tidak selalu sama” untuk gaun yang berbeda adalah sesuatu yang wajar. Karena sesuai dengan kodrat wanita yang ingin selalu tampil cantik untuk menarik perhatian lawan jenis, plus lebih cenderung menuruti “ego”-nya agar bisa tampil lebih unggul dan dikomentari “wah !”. Tidak peduli dengan kelas sosialnya, pada hakekatnya wanita yang menggemari sepatu akan menunjukkan fenomena yang sama. Sehingga pengertian sepatu wanita murah cenderung bias dan bersifat relatif. Bagi remaja putri yang membutuhkan sepatu flat berbahan jeans agar bisa tampil lebih casual dan menarik di saat mengenakan celana jeans dan sweater, mereka cenderung mencari sepatu flat murah, meskipun harga dari jenis dan model sepatu tersebut sudah tergolong murah dalam bursa sepatu. Tetapi wanita dari kalangan status sosial kelas atas juga akan berkelakuan sama ketika membutuhkan sepasang sepatu high heels buatan Gucci, Louis Vuitton atau Walter Steiger, mereka masih menyempatkan diri untuk mencari harga yang lebih murah. Meskipun secara umum sepatu dengan merek tersebut adalah sepatu ekslusif yang hanya dijual dengan harga sangat mahal. Dua wanita dari usia dan status sosial berbeda ini juga akan mengalami fase kebingungan yang sama di saat memilih sepatu yang mereka inginkan, lagi-lagi karena terdapatnya selisih harga dari model yang sedikit berbeda. Keduanya akan mengalami kesulitan dalam mencari dasar pertimbangan yang logis untuk mendapatkan pembenaran sebagai dasar menjatuhkan pilihan. Tentu saja illustrasi tersebut hanya berlaku untuk para wanita yang “sepatumania”. Secara umum, meskipun Anda tidak berpendapat bahwa setiap pakaian Anda memerlukan sepatu berbeda, karena harus benar-benar menjadi kesatuan yang harmonis untuk mendukung penampilan secara optimal. Anda juga masih akan tetap “tergoda” jika mendapat penawaran sepatu wanita murah. Tips ini tidak memberikan cara bagaimana Anda bisa membeli sepatu dengan harga murah, atau dimana Anda bisa membeli sepatu wanita murah. Karena diluar momentum khusus, misalnya pada masa promosi, harga sebuah produk selalu terkorelasi dengan kualitasnya. Secara logika, sepatu yang dijual dengan harga murah bisa dipastikan juga memiliki kualitas yang setara dengan harganya. Harga sepasang sepatu merupakan kalkulasi dari bahan baku yang digunakan di setiap bagian, biaya produksi, termasuk kemasan serta biaya promosi. Belum ditambah dengan biaya “yang tidak bisa dihitung” yakni merk. Jika sepatu tersebut produksi luar negeri, maka harus ditambahkan dengan biaya impor. Meskipun sesungguhnya antara sepasang sepatu yang berharga jutaan rupiah dengan sepatu yang dijual belasan ribu rupiah memiliki fungsi yang tidak berbeda sama sekali, yakni sebagai alas kaki. Apalagi sepatu wanita merupakan produk fashion yang rentan terhadap trend mode, sehingga ketika satu model sedang booming maka banyak pihak akan memanfaatkan momentum tersebut dengan memproduksi model yang sama. Bahkan tak jarang dengan merk yang sama alias palsu. Konsumen yang terdorong oleh keinginan mengikuti mode dan tak ingin disebut ketinggalan jaman akan “merasa tertolong” dengan kehadiran sepatu tersebut. Padahal sebetulnya menjadi “korban” produsen sepatu palsu ! Sebagai konsumen dalam pasar sepatu, Anda mungkin memiliki persepsi “murah” sesuai dengan harapan produsen yang notabene bertujuan agar produk mereka laku. Tetapi secara individual, sebagai diri Anda sendiri, Anda harus memprioritaskan sepatu jenis apa dan model yang bagaimana, dan dengan standar harga berapa yang sebenarnya Anda inginkan. Sehingga tidak langsung merespon penawaran sepatu murah dengan langsung membelinya. Pada prinsipnya, jadilah konsumen yang cerdas dengan cara hanya berorientasi pada tujuan Anda. Dengan demikian Anda tidak mudah diombang-ambingkan oleh iklan dan promosi yang dilakukan produsen. Banyak konsumen wanita yang tanpa pikir panjang akan langsung membeli sepatu berhak tinggi yang menarik ketika ditawarkan dengan diskon 20 %. Tetapi ternyata sepatu tersebut hanya sempat dipakai sekali untuk berangkat ke kantor, karena meskipun modelnya menarik tetapi haknya agak tinggi dan terlalu menyempit ke bawah. Keesokannya, sang wanita kembali menggunakan sepatu kitten heels yang biasa dipakai sehari-hari, karena merasa lebih nyaman dan lebih lincah untuk melangkah. Dalam kasus yang sering terjadi seperti ini, wanita tersebut adalah contoh konsumen yang tidak memiliki orientasi terhadap kebutuhannya sendiri. Akibatnya, sepasang sepatu wanita yang dijual dengan harga murah dengan diskon 20 % itu ternyata menjadi sepatu yang berharga sangat mahal karena hanya digunakannya sekali. Sementara sepatu yang biasa dipakai ke kantor setiap hari, meskipun harganya jauh lebih mahal, ternyata menjadi sangat murah jika dibandingkan dengan frekuensi pemakaiannya setiap hari dan hampir digunakan selama delapan bulan. Lain halnya dengan seorang wanita yang tahu persis bahwa dia harus membeli karena membutuhkan sepatu flat berbahan jeans biru dengan sedikit aksen dalam bentuk garis. Pasalnya, dia baru saja diberi jeans bekas oleh saudaranya yang sudah bosan memakainya, sehingga perlu padanan dengan alas kaki yang sesuai. Jenis sepatu tersebut termasuk dalam golongan sepatu murah. Tetapi hasilnya, penampilannya menjadi sangat casual dan matching. Nilai penampilannya menjadi sangat mahal bila dibandingkan dengan harga sepatu yang dipakainya. Dalam industri sepatu, jenis dan model yang paling banyak hanya terdapat pada sepatu untuk wanita. Sepatu pria memiliki model yang “itu-itu saja” dan sangat terbatas, segmentasinya dibangun berdasarkan selisih harga dari merk. Sedangkan sepatu anak-anak hanya sebatas jenis flat yang didisain dengan berbagai model dan dengan bahan-bahan murah, mengingat pemakaiannya disesuaikan dengan ukuran kaki anak yang sedang berkembang. Para ibu yang bijaksana tidak mau menginvestasikan banyak uang untuk membeli sepatu anak-anak, karena tahun depan sudah menjadi kekecilan dan tidak bisa dipakai lagi. Sementara sang suami seperti kebanyakan laki-laki, karena pasar mereka tidak menyediakan banyak model, maka pilihannya didasarkan pada pertimbangan yang lebih rasional, asal enak dipakai dan sekedar masih bisa mengikuti jaman. Sedangkan untuk wanita, pasar sepatu untuk mereka tidak hanya memaksimalkan jenis yang ada, tetapi masih diperkaya ribuan model dengan bahan dan warna yang beragam. Bagi produsen dan disainer sepatu, wanita adalah pasar yang sangat potensial dan tidak pernah berhenti tumbuh. Sebaliknya, sebagai konsumen Anda harus menyadari kenyataan bahwa Anda juga bisa menjadi “mangsa” yang potensial. Jadilah konsumen yang hanya memilih dan memutuskan untuk membeli sepatu karena benar-benar Anda perlukan. Entah sepatu tersebut sebatas kebutuhan untuk dipakai bekerja atau sebagai koleksi pelengkap pakaian Anda. Jangan mempedulikan harga, tetapi optimalkan fungsi sepatu Anda, baik hanya sebagai alas kaki atau pelengkap busana agar lebih matching, sehingga Anda benar-benar bisa menciptakan fungsi atau penampilan yang bernilai mahal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun