Akhir-akhir ini ramai diperbincangkan mengenai dibatalkannya Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia yang sudah diputuksan dan diumumkan di laman resmi FIFA pada (29/03/2023). Mengapa hal itu bisa terjadi?
Isu pembatalan ini terjadi karena kegaduhan yang terjadi di Indonesia adanya penolakan terhadap tim sepak bola Israel yang juga menjadi peserta. Beberapa tokoh pejabat publik hingga organisasi kemasyrakatan begitu menentang kehadiran Israel, karena mengaitkannya dengan politik yang dimana tetap bersiteguh untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Padahal, bapak Presiden RI Jokowi mengutarakan bahwa urusan olahraga itu sebaiknya tidak bercampur dengan urusan politik.
Dikutip dari laman resmi FIFA, bahwa kondisi saat ini yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan di Indonesia mengingat kejadian pasca tragedi Kanjuruhan pada bulan Oktober 2021. Sehingga, mungkin FIFA masih mempertimbangkan kekurangan dari sisi infrastruktur, stadion, dan lapangan latihan.
Meskipun demikian, pemerintah sudah berusaha untuk memaksimalkannya tentu banyak dana yang dikeluarkan. Seperti pada Juni 2022, di lansir dari cnbcindonesia.com pada (30/03/2023), ketika Zainuddin Amali menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, Kementrian meminta dana 3 triliun dari pemerintah untuk pengembangan olahraga dan 500 triliun untuk persiapan U-20 juga kementrian PUPR memberikan dana 314 milyar untuk renovasi stadion yang juga ditambahkan lagi sebesar 175 milyar. Jika dana tersebut digunakan untuk penyelenggaraan Piala Dunia, maka negara sudah rugi sebesar 1,4 triliun.
Tentunya, ini sangat mengecewakan bagi para pemain Timnas U-20 yang sudah mengharapkan dan baru memulai merintis kariernya, yang tentunya ini menjadi privilege tersendiri karena menjadi tuan rumah dan jika ini dibatalkan maka Indonesia juga tidak dapat berpartisipasi mengikuti kegiatan FIFA, yang tentu ini akan menutup mata pencaharian dari para pemain, pelatih, wasit, klub atau bahkan masyarakat, jika FIFA memberikan sanksi pada Indonesia.
Para penggemar sepak bola juga para pelaku usaha pasti akan berdampak karena dengan adanya momen piala dunia di Indonesia bisa membantu untuk berjualan seperti merchandise bola, kaos, juga pernik-pernik lainnya itu pasti bisa membantu dalam peningkatan perekonomian dan pastinya mereka juga dirugikan karena sudah memproduksi barang dari awal.
Selain itu, dampak pada sektor pariwisata pasti akan menurun karena seluruh wisatawan mancanegara akan berkunjung ke Indonesia. Apalagi, dengan tim Piala Dunia U-20 yang tercatat sebanyak 24 tim, tentu itu cukup besar. Dengan adanya piala dunia, bisa mengangkat citra pariwisata lainnya di Indonesia, contohnya seperti Bali yang sudah dikenal berkat paiala dunia. Selain itu, berdampak pada hotel-hotel, souvenir, transportasi yang sudah menyiapkannya jauh-jauh hari tentunya sangat disayangkan padahal momen ini untuk mempromosikan kembali Indonesia dalam rangka memulihkan sektor pariwisata. Dari sektor pelaku usaha restoran, maupun UMKM disekitar lokasi pastinya sudah menunggu momen ini untuk meningkatan ekonomi di daerahnya.
Menurut saya, polemik isu ini memang perlu melihat dari berbagai perspektif agar bisa mendapatkan solusi yang optimal, memang tidak mudah untuk mencari solusinya namun upaya untuk mencari solusi itu perlu diusahakan oleh negara kepada FIFA sebagai bentuk tanggung jawab terhadap apa yang sudah negara mulai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H