Pemilu Legislatif baru saja berakhir, dan saat ini proses perhitungan pun masih berlangsung untuk mengetahui calon Legislatif dan Partai mana yang menang pada Pemilu 9 April 2014 kemarin. Meski kecurangan masih ditemukan disetiap titik TPS atau pun pada saat prosesnya. Mulai dari dari money politik sampai dengan penggelembungan suara bahkan ada surat suara yang telah dicoblos terlebih dahulu oleh oknum Calon Legislatif tertentu, yang pastinya ia menginginkan kemenangan pada Pemilu Legislatif tahun ini.
Tetapi kebenaran tetap lah kebenaran, tidak akan bisa ditukar dengan kecurangan dan tidak akan bisa diputarbalikan menjadi sebuah kebohongan yang disebabkan oleh kebobrokan moral dan mental oknum calon legislatif partai tertentu. Kebenaran pasti akan terungkap cepat atau lambat, sekarang atau nanti, Allah pasti akan membuka kebenaran itu.
Sungguh miris dan begitu memilukan sekaligus memalukan, calon pemimpin yang seharusnya dapat mencontohkan sesuatu yang baik kepada masyarakat, malah berbuat sesuatu yang tidak terpuji karena berbuat kecurangan. Serendah itukah moral dan mental calon pemimpin kita sehingga banyak menghalalkan cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan? Mungkinkah calon pemimpin yang seperti ini yang akan berpihak kepada masyarakat kelak apabila ia telah menjadi pemimpin.
Apabila kita menengok ke belakang bahkan sampai saat ini, banyak sekali kasus-kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan oleh para pemimpin kita, yang semuanya itu hanya bertujuan untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya. Bahkan ada satu keluarga pejabat yang melakukan korupsi dan suap secara berjamaah. Mulai dari kakak, adik, dan adik ipar yang memimpin daerah tertentu melakukan tindak pidana korupsi dan suap yang sekarang sedang ditangani pihak KPK.
Mungkinkah masih ada calon pempimpin dan pemimpin saat ini yang dapat memenuhi harapan masyarakat Indonesia? Sosok pemimpin yang benar-benar menyayangi kaum lemah dan orang-orang kurang mampu, sehingga pemimpin mereka dapat menjadi sandaran ketika mereka benar-benar membutuhkan.
Saat ini dan nanti yang kita butuhkan adalah sosok pemimpin yang jujur dan amanah, mengedepankan kepentingan masyarakat di atas kepentingan diri sendiri atau partainya. Seorang pemimpin yang tidak hanya cerdas dan pintar, tetapi yang terpenting ialah ia seorang pemimpin yang memiliki rasa malu yang begitu besar. Ia malu untuk berbuat kesalahan, ia malu kalau ia berbuat KKN, ia malu kalau ia hanya mementingkan diri sendiri dan hanya sibuk mengurusi partainya saja. Itulah sosok pemimpin yang diharapkan yang bisa menanamkan rasa malu pada dirinya karena ia takut kepada Allah karena berbuat zholim terhadap masyarakat, dan pemimpin yang tidak hanya bijaksana tetapi juga harus bijaksini, dalam arti seorang pemimpin itu harus adil, meski definisi adil itu bukan berarti sama rata.
Setiap diri kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak. Semoga para pemimpin kita selalu mendapat bimbingan dari Allah sehingga mereka dalam setiap melakukan tindakan mengingat akan adanya hari pembalasan dan tidak terlalu mencintai dunia, sehingga mereka lupa akan segala kewajiban mereka sebagai pemimpin.
Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H