Kemana jiwa yang dulu selalu terdepan dalam kebaikan?Â
Kini, kutemui diri ini yang bisa luluh hanya karena menikmati sajaknya yang teduh.Â
Aku benci semua ini. Aku benci saat diri mulai kehilagan prinsip. Ketika semuanya berubah menjadi pasif.Â
Duhai, indahnya jika diri masih tertanam oleh energi positif. Akan sangat menyenangkan, tapi sialnya tak bisa mempertahankan.Â
Entahlah, kehadiranmu justru mengusik juga menganggu, namun anehnya aku menunggu dan mengharapkanmu.Â
Serumit itu bicara tentang qalbu.Â
Tentang mu yang selalu terbayang dalam pikiran yang masih terbatas. Ingin kutebas, namun selalu terlintas, membekas dengan sangat jelas.Â
Aku muak dan ingin lepas.Â
Sudahlah, kan kuakhiri ilusi ini.Â
Aku ingin berwibawa seperti dulu, menjadi guruh.Â
-Rintih angin saat semuanya mulai semakin dingin..