Di era modern ini, perilaku konsumtif semakin menjadi sorotan, terutama di kalangan remaja hingga orang dewasa yang sudah bekerja. Remaja cenderung mengikuti tren untuk memenuhi kebutuhan akan pengakuan sosial, sedangkan orang dewasa yang telah bekerja sering kali terjebak dalam gaya hidup konsumtif demi menunjukkan status ekonomi mereka. Media sosial dan perkembangan teknologi mempercepat penyebaran tren, membuat konsumsi tidak lagi sekadar memenuhi kebutuhan dasar, melainkan menjadi sarana untuk menciptakan citra diri. Fenomena ini menjadi tantangan baru dalam pengelolaan keuangan pribadi dan keseimbangan hidup.
Konformitas merujuk pada kecenderungan individu untuk menyesuaikan perilaku, sikap, atau kebiasaan dengan kelompok sosialnya. Dalam konteks konsumsi, konformitas sering kali mendorong individu untuk membeli produk atau layanan demi memenuhi standar sosial atau mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitar. Fenomena ini terlihat jelas, misalnya, dalam tren konsumsi barang bermerek, gadget terbaru, atau gaya hidup yang dipamerkan di media sosial.
Tekanan sosial untuk "menjadi bagian dari kelompok" sering kali mengesampingkan pertimbangan rasional. Akibatnya, individu mungkin menghabiskan sumber daya keuangan yang tidak seimbang dengan pendapatan mereka, bahkan terjebak dalam utang. Konformitas, dalam hal ini, menjadi salah satu penyebab utama perilaku konsumtif yang tidak sehat.
Sebaliknya, literasi ekonomi berperan sebagai penyeimbang dalam menghadapi pengaruh konformitas. Literasi ekonomi mengacu pada pemahaman individu tentang konsep-konsep dasar keuangan, seperti pengelolaan pendapatan, perencanaan anggaran, dan investasi. Dengan literasi ekonomi yang baik, individu lebih mampu membuat keputusan keuangan yang rasional dan bertanggung jawab.Â
Individu yang memiliki literasi ekonomi cenderung mampu menilai apakah suatu pembelian benar-benar dibutuhkan atau hanya didorong oleh pengaruh sosial. Mereka juga lebih sadar akan pentingnya menabung dan investasi untuk masa depan, sehingga mengurangi dorongan untuk konsumsi berlebihan.
Ketika konformitas bertemu dengan literasi ekonomi, hasilnya bisa sangat bervariasi. Individu yang memiliki literasi ekonomi rendah lebih rentan terhadap tekanan sosial dan cenderung terjebak dalam perilaku konsumtif. Namun, literasi ekonomi yang baik dapat menjadi tameng untuk melawan pengaruh negatif dari konformitas. Dengan literasi ekonomi yang memadai, individu dapat mengadopsi pola pikir kritis terhadap tren sosial dan mengutamakan kebutuhan daripada keinginan.
Konformitas dan literasi ekonomi memiliki peran yang saling bertolak belakang dalam membentuk perilaku konsumtif. Meningkatkan literasi ekonomi masyarakat menjadi kunci untuk mengurangi dampak negatif dari konformitas, sekaligus membentuk pola konsumsi yang lebih sehat dan berkelanjutan. Edukasi keuangan yang melibatkan semua kalangan, terutama generasi muda, perlu menjadi prioritas agar masyarakat dapat menghadapi tekanan sosial tanpa mengorbankan stabilitas finansial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H