Dasar dari kepercayaan umat Hindu yang dikenal sebagai Sraddha adalah literatur suci Weda yang dapat ditemukan dalam kitab-kitab Sruti, baik dalam bagian Brahmana, Upanisad, maupun dalam Bhagawad Gita. Sraddha sebagai dasar keimanan Hindu tersebut secara pokok ada lima yang disebut Panca Sraddha. Salah satunya adalah Sraddha tentang adanya Tuhan yang disebut Widhi Sraddha.
Widhi Sradha, yang juga dikenal sebagai Widhi Tattwa, adalah keyakinan bahwa Ida Sang Hyang Widhi benar-benar ada. Agama (Sabda) Pramana, Anumana Pramana, dan Pratyaksa Pramana adalah tiga ajaran Tri Pramana yang dapat digunakan untuk meyakini kebenaran kehadiran Ida Sang Hyang Widhi. Kitab suci Weda, yang diberikan kepada para Maharsi, Yogi, dan Resi, merupakan sarana yang digunakan untuk meyakini keberadaan Tuhan, sesuai dengan ajaran Agama (Sabda) Pramana. Â
Anumana Pramana menekankan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini dan segala kejadiannya adalah ciptaan dan kehendak Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Melalui penyelidikan yang rasional dan metodis terhadap apa yang ada di alam semesta ini, seseorang dapat meyakini keberadaan Tuhan. sedangkan Pratyaksa Pramana, seseorang dapat secara langsung mengalami atau melihat Tuhan atau Manifestasi-Nya tanpa bantuan media atau perantara, itulah sebabnya mereka percaya akan keberadaan Tuhan. Mereka yang memiliki tingkat kesucian yang tinggi, seperti Maha Rsi, dapat merasakan hal ini. Bagi kebanyakan orang, dasar kepercayaan mereka adalah Agama Premana, yang berasal dari perkataan atau kisah-kisah dari orang-orang yang dapat dipercaya seperti para Nabi atau Maha Rsi. Beberapa orang juga mendasarkan kepercayaan mereka pada keberadaan Tuhan pada Anumana Premana, yaitu pada deduksi dari perhitungan logis. Beberapa juga mengidentifikasi Tuhan melalui Pratyaksa Premana, yaitu rasa merasakan atau mengalami keberadaan-Nya.
Ajaran dari Widhi Sradha juga dapat diterapkan pada ajaran Cadhu Sakti. Wibhu Sakti, yang merupakan sifat dari Sang Maha Ada, Prabhu Sakti, yang merupakan sifat dari Sang Maha Kuasa, Jnana Sakti, yang merupakan sifat dari Sang Maha Mengetahui, dan Krya Sakti, yang merupakan sifat dari Sang Maha Karya, merupakan empat sifat mahakuasa yang digambarkan oleh Sang Hyang Widhi sebagai Cadhu Sakti.
Selain ajaran-ajaran tersebut, keberadaan Dewa dan Awatara juga menjelaskan keberadaan Sang Hyang Widhi. Dalam ajaran Hindu, Dewa dipandang sebagai cahaya suci dari Sang Hyang Widhi, sedangkan Awatara dipahami sebagai penjelmaan Tuhan ke bumi untuk membawa keselamatan dan kemakmuran. Semua Dewa berjumlah 33, menguasai Tri Bhuwana (Bhur, Bhuwah, Swah loka), seperti yang diungkap dalam Weda VIII. 57.2 dan kitab Brhadaranyaka Upanisad 111.9.1. Ada 12 Aditya (Dwadasaditya), 11 Rudra (EkadasaRudra), 8 Vasu (Astavasu), serta Indra dan Prajapati.Â
Sepuluh awatara Wisnu terdiri dari Matsya, Kurma, Waraha, Narasimha, Wamana, ParasuRama, Rama, Krishna, Buddha, dan Kalki Awatara. Saguna Brahman (Apara Brahman) dan Nirguna Brahman (Para Brahman) adalah dua bentuk di mana Brahman dapat direalisasikan. Nirguna Brahman adalah Tuhan Yang Maha Esa dalam keadaan tanpa syarat dan tanpa ciri; tidak dapat dipikirkan karena berada di luar batas pemikiran manusia atau Tuhan yang berada di luar alam, di luar alam pemikiran manusia. Saguna Brahman adalah Tuhan Yang Maha Esa yang digambarkan sebagai pribadi dan dibayangkan dalam wujud Yang Maha Agung oleh pikiran manusia secara empiris dan dapat dirasakan atau digambarkan dalam bentuk materi. Ida Sang Hyang Widhi adalah pencipta segala sesuatu yang ada di Bumi.Â
Konsep sloka "Wyapi Wyapaka Nirwikara" menjelaskan bagaimana keyakinan bahwa keberadaan Ida Sang Hyang Widhi meresap dan hadir di mana-mana. Sumber dari segala sesuatu di Bumi adalah Sang Hyang Widhi. Sifat Tuhan, bukti keberadaan Tuhan, dan keesaan Tuhan semuanya tercakup dalam pembahasan Widhi Tattwa. Tujuannya adalah untuk memperkuat rasa pengabdian umat Hindu dengan mendapatkan kepercayaan mereka, atau ke-sraddha-an kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Percaya akan keberadaan Tuhan merupakan prasyarat untuk mengembangkan rasa bakti kepada-Nya. Seseorang tidak dapat berbhakti atau bersujud kepada Tuhan jika mereka tidak meyakini keberadaan-Nya. Oleh karena itu, memiliki "Sraddha", atau kepercayaan, sangatlah penting.
Beberapa orang yang tidak memiliki keyakinan atau Sraddha mungkin mempertanyakan mengenai eksistensi atau bukti dari keberadaan Tuhan. Namun bila mereka mengerti dan memahami bagaimana sifat-sifat Tuhan maka mereka pasti bisa mengerti dan meyakini eksistensi maupun keberadaan Tuhan di dunia ini. Â Kitab suci Hindu membuat referensi yang luas tentang sifat dan wujud kemahakuasaan Tuhan. Delapan sifat kemahakuasaan Tuhan disebut sebagai Asta Sakti, yang juga dikenal sebagai Astaiswarya, dan dijelaskan dalam Wrhaspati Tattwa. Menurut Wrhaspatitattwa sloka 14, kedelapan asta iswarya adalah sebagai berikut:
1. Â Anima : "Anu" berarti "atom", dan dari sinilah kata "anima" berasal. Aspek terhalus dari kemahakuasaan Tuhan, seperti yang diwakili oleh anima dari Astaiswarya, sebanding dengan kehalusan atom-atom Sang Hyang Widhi Wasa.
2. Â Laghima : "Laghu" (yang menandakan cahaya) adalah akar dari istilah "Laghima". Laghima merujuk pada kualitas kemahakuasaan Tuhan yang sangat ringan - lebih ringan dari eter.
3. Â Mahima : berasal dari kata "Maha" yang berarti Maha Besar, di sini berarti Sang Hyang Widhi Wasa meliputi semua tempat. Tidak ada tempat yang kosong (hampa) bagi- Nya, semua ruang angkasa dipenuhi. Sehingga Brahman di sebut sebagai Mahima.