Tepat pada tanggal 2 April 2022, kelompok islam Muhammadiyah melangsungkan hari pertama puasa tahun ini. Memang sering kali Muhammadiyah merayakan Ramadhan dan Idul Fitri sehari lebih cepat dibandingkan dengan ketentuan Kementerian Agama dan MUI. Diketahui cara menentukan 1 Ramadhan 1443 Hijriyah, Muhammadiyah menggunakan hisab atau perhitungan wujudul hilal yaitu ketika dalam perhitungan posisi hilal berada di atas nol derajat (ufuk).
Lalu bagaimana kelompok Muhammadiyah terlahir di Indonesia?
(Sumber gambar : wikipedia)
Melalui kisah terbentuknya Muhammadiyah yang dijelaskan melalui film "Sang Pencerah", Muhammadiyah pertama kali didirikan oleh Kyai H. Ahmad Dahlan pada 18 November 1912. Dikisahkan beliau mulai berani mengajukan beberapa sanggahan yang dilakukan para leluhurnya tentang bagaimana cara dan adab beribadah yang benar setelah beliau melangsungkan haji pertamanya. Sebelumnya Kyai H. Ahmad Dahlan bernama Muhammad Darwis, namun setelah melangsungkan pergi haji dan menuntut ilmu di Mekkah beliau mendapatkan nama baru yang diberikan oleh gurunya.
Tak lama setelah pulang dari pergi haji, beliau harus kehilangan ayah kandungnya Kyai Abu Bakar. Sejak saat itu Kyai H. Ahmad Dahlan diamanatkan untuk menggantikan posisi ayahnya sebagai Khotib Masjid Besar Keraton Yogyakarta untuk pertama kalinya. Melalui khotbah pertamanya beliau menyuarakan tentang bagaimana tata cara beribadah yang benar tanpa mencampuradukan dengan budaya saat itu yang masih menggunakan sesajen atau ritual khusus. Khotbah pertamanya mendapatkan kritikan pedas dari Imam Besar. Namun beliau sama sekali tidak menyesal akan hal itu. Sejak saat itulah Kyai H. Ahmad Dahlan sering memperbaiki hal-hal yang salah dalam ajaran islam saat itu seperti menentukan arah kiblat yang benar dan juga memodernisasikan islam yang saat itu masih dipandang mistik dan kuno.
(Sumber gambar: pwmu.co)
Kyai H. Ahmad Dahlan juga menggunakan langgar yang diwariskan dari ayahnya untuk mengajar ngaji anak-anak muda di kampungnya. Karena perbedaan pandangan tentang islam, banyak yang menentang beliau dan berpikir ajaran beliau tersesat. Dikisahkan melalui film tersebut, langgar beliau pernah dibakar masa yang menentangnya. Hingga Kyai H. Ahmad Dahlan sempat putus asa dan ingin pindah ke kota lain. Namun, hal itu digagalkan oleh sang kakak dan meyakinkan dengan dukungan keluarga untuk bisa membangun kembali langgarnya.