Kerikil-kerikil kehidupan yang harus selalu dilalui. Kerikil yang mungkin mampu melukai setiap jengkal kaki. Menyayat dan meninggalkan luka yang entah berbekas atau pun tidak. Perjalanan hidup yang terus berjalan melewati jengkal demi jengkal setiap kehidupan. Kadang canda dan tawa meliputi, tetapi kadang pula suka dan duka pun meliputi kehidupan. Sekuat apa kita menjalaninya, setegar apa kita mencoba untuk tersenyum kala sakit mendera, sehebat itu pula kita menjadi orang yang mampu melewati perjalanan hidup yang hanya sementara.
***
Sinar matahari siang ini seolah mampu membakar kulit dan membuatnya semakin menghitam meninggalkan jejak. Namun, jejak langkah Arif seolah tak gentar untuk terus melangkahkan kaki menyusuri sepanjang jalan pantura. Tekadnya sudah bulat untuk mencari kerja di kota Semarang yang hiruk pikuk kehidupannya tak berbeda jauh dengan kehidupan di Jakarta. Hanya satu tekadnya yaitu mencari pekerjaan yang layak dan segera pulang di saat idul fitri menjelang.
Panasnya kota Semarang seolah tak mampu membuatnya gentar untuk terus mencari pekerjaan. Bermodalkan ijazah SMA akhirnya dia pun mendapatkan pekerjaan sebagai office boy di sebuah perusahaan swasta. Menjadi OB memang bukanlah harapannya, tetapi setidaknya dari sebuah pekerjaan yang kecilsuatu saat mampu membuatnya menjadi orang yang berguna lebih dari itu.
Satu bulan sudah Arif menjalani kehidupannya sebagai OB. Bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah untuk dijalani bila perasaan dalam hati tak menerima. Hati, meskipun tak seindah apa yang dialaminya tetapi Arif mencoba menjalani pekerjaan itu dengan sepenuh hati hingga tak terasa Ramadhan pun tiba. Ramadhan yang akan dipenuhi dengan kerikil kerikil yang mungkin mampu membuatnya lemah di tengah jalan. Lemah iman, lemah jiwa dan lemah raga.
Hanya sebuah sepeda motor butut yang selalu menemani Arif dalam setiap langkahnya menyusuri sepanjang jalan di kota Semarang. Menemani dalam setiap detik tarikan nafasnya mencari rezeki yang diridhoiNya. Tak perlu perawatan khusus untuk sebuah motor butut tua yang sudah di makan waktu. Hanya dengan memberikan oli Top 1 sebagai perawatan mesinnya motor butut tua itu masih bisa bertahan menemani setiap langkah kehidupan Arif di kota Semarang.
Waktu seolah tak mampu dihentikan. Idul Fitri hanya tinggal menghitung hari. Arif mencoba untuk mengumpulkan uang lebih dengan motor bututnya saat malam tiba dengan menjual jasanya sebagai tukang ojek mengantarkan penumpangnya sampai tujuan. Hingga akhirnya tiba waktu dia untuk kembali ke kampung halaman. Bertemankan dengan sepeda motor bututnya dia menyusuri sepanjang jalan pantura menuju kampung halamannya di Batang.
Kebahagiaan seoalah tak bisa di elakkan. Suatu kebanggan ketika akhirnya Arif dapat melewati idul Fitri dan menikmati hasil jerih payahnya bersama keluarganya. Sebuah kebahagiaan tersendiri karena dia sudah mampu membahagiakan keluarganya dan berdiri sendiri tanpa harus mengadahkan tangannya di bawah menerima bantuan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H