India dan Pakistan menawarkan studi kasus yang menarik tentang hubungan antara agama dan pembangunan di dunia ketiga. Kedua negara ini berasal dari pemisahan yang sama pada tahun 1947, tetapi memiliki jalur pembangunan yang berbeda yang sangat dipengaruhi oleh peran agama dalam masyarakat dan politik mereka.
India adalah negara sekuler dengan mayoritas penduduk beragama Hindu, meskipun memiliki keragaman agama yang signifikan, termasuk Muslim, Kristen, Sikh, dan lainnya. Konstitusi India mendukung pemisahan agama dan negara, meskipun dalam praktiknya sering terjadi ketegangan agama, terutama antara mayoritas Hindu dan minoritas Muslim.
Sekularisme India memberikan ruang untuk pluralisme agama, yang menjadi fondasi bagi inovasi ekonomi dan demokrasi yang kuat. India telah menjadi salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan berhasil mengembangkan sektor teknologi tinggi. Namun, meningkatnya nasionalisme Hindu dalam beberapa tahun terakhir menimbulkan ancaman terhadap kohesi sosial dan stabilitas demokrasi.
Sebaliknya, Pakistan didirikan sebagai negara Muslim untuk memberikan perlindungan kepada umat Islam di anak benua India. Identitas agama sangat dominan dalam politik dan masyarakat Pakistan, sering digunakan oleh elite politik untuk memobilisasi dukungan. Namun, dominasi agama dalam politik menghasilkan tantangan serius, seperti intoleransi agama, kekerasan sektarian, dan kebijakan diskriminatif terhadap minoritas agama. Konflik internal antara Sunni dan Syiah, serta pengaruh kelompok ekstremis, telah merusak stabilitas sosial dan ekonomi Pakistan. Hal ini diperburuk oleh tingkat korupsi yang tinggi dan pendidikan yang kurang merata, yang membatasi potensi pembangunan negara.
Perbandingan ini menunjukkan bahwa sementara India telah berhasil memanfaatkan pluralisme agama untuk mendukung pembangunan ekonomi dan demokrasi, Pakistan masih terhambat oleh politik agama yang memecah belah dan tantangan struktural yang memperlambat kemajuannya. Kedua negara ini mengilustrasikan bagaimana agama dapat menjadi kekuatan untuk inklusi atau, sebaliknya, penghalang bagi pembangunan sosial dan ekonomi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI