Hasan al-Banna membentuk suatu organisasi setelah menyelesaikan studi di Darul Ulum. Organisasi ini tepatnya didirikan di Islamiyah, yaitu sebuah kota yang terletak di sebelah Timur Laut Kairo, Mesir pada tahun 1928 yang pada awalnya dimaksudkan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam. Saat itu, Hassan Al-Banna didukung oleh enam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Enam tokoh tersebut ingin mendedikasikan hidup dan menawarkan kekayaan mereka untuk kepentingan organisasi.
Namun dalam perkembangannya, ajaran Ikhwanul Muslimin menyebar ke luar Mesir dan tumbuh menjadi gerakan politik karena ingin mengakhiri kendali kolonial Inggris dan memusnahkan segala pengaruh Barat. Tujuan organisasi ini adalah membentuk negara yang diatur oleh humuk Syariah, dengan slogan "Islam adalah solusi". Ikhwanul Muslimin mampu menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, lewat aktivitas politik yang dipadukan dengan kegiatan amal.
Peran Ikhwanul Muslimin Terhadap Sumpah Pemuda
Ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 merupakan pilar pemersatu gerakan pemuda di seluruh Tanah Air untuk merebut kemerdekaan bangsa ini. Lahirnya pilar pemersatu ini untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia tidak lepas dari dukungan Ikhwanul Muslimin.
Berawal dari Kahar Muzakkir belajar di Al-Azhar dan Darul Ulum Kairo. Beliau mengorganisasi dukungan masyarakat Arab untuk kemerdekaan Indonesia dan wakil Muhammadiyah tulen. Jelas Kahar Muzakkir terkoneksi dengan Agus Salim, khususnya menjelang kemerdekaan. Koneksi yang dimiliki oleh Kahar Muzakkir sangat menolong misi Agus Salim untuk mengumpulkan dukungan bagi kemerdekaan Indonesia. Kahar Muzakkir memiliki hubungan kuat dengan pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir, Hasan al-Banna.
Hasan al-Banna menggunakan pengaruhnya untuk mendorong negara-negara Arab agar mendukung kemerdekaan Indonesia. Apalagi, Agus Salim yang lama menetap di Makkah dapat berbahasa Arab dengan fasih. Jelas kemampuan bahasa Agus Salim merupakan kredit tersendiri bagi kelancaran misinya selama di Timur Tengah untuk kemerdekaan Indonesia.
Sehingga, Ikhwanul Muslimin adalah sebuah organisasi di Mesir yang mempelopori pemberian dukungan bangsa Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia. Mesir merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Bukti dari dukungan Ikhwanul Muslimin terhadap kemerdekaan Indonesia antara lain menggalang opini umum lewat pemberitaan media yang memberikan kesempatan luas kepada para mahasiswa Indonesia untuk menulis tentang kemerdekaan Indonesia di koran-koran lokal miliknya.
Ikhwanul Muslimin juga menggalang massa untuk berbagai acara tabligh akbar dan menggelar demonstrasi guna mendukung kemerdekaan Indonesia. Demonstrasi tersebut dilakukan para mahasiswa di Mesir dan kepanduan Ikhwan berkali-kali terhadap Kedutaan Belanda di Kairo. Para demonstran tersebut melakukan aksi pembakaran, pelemparan batu, dan teriakan-teriakan permusuhan selain menunjukkan slogan dan spanduk terhadap Belanda. Kondisi ini membuat Kedutaan Belanda di Kairo kewalahan, sehingga  Belanda segera mencopot lambang negaranya dari dinding kedutaan serta menurunkan bendera merah-putih-biru dari puncak gedung, agar tidak mudah dikenali pada demonstran.
Sehingga adakah hubungan berdirinya Ikhwanul Muslimin dengan Sumpah Pemuda pada saat itu?
Tahun 1928 merupakan berdirinya lkhwan al-Muslimin bersamaan lahirnya Sumpah Pemuda di Indonesia yang amat bersejarah. Belum ada data yang menunjukkan adanya hubungan antara gerakan Ikhwan al-Muslimin dengan Sumpah Pemuda. Yang pasti pemuda-pemuda Indonesia baik yang ada di luar negeri (Khususnya yang ada di Kairo) maupun yang ada di dalam negeri terus mengikuti perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masing-masing negara. Sejarah mencatat, bahwa Mesirlah yang pertama kali mengakui Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945.