Mohon tunggu...
Windu Hernowo
Windu Hernowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Post stroke Survivor retired from QHSE Manager at Schlumberger. Modern Safety Management Consultant http://hernowo1.wordpress.com/. Actively involved in Yayasan Stroke Indonesia and co-founder of LSM-Himpunan Peduli Stroke. Now doing experiments and writting novel =>http://fathirmuqodas.wordpress.com Pemerhati masalah sosial, ekonomi da politik diluar olah raga dan manajemen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[ECR#5]Pengakuan Ibay

7 Agustus 2012   05:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:09 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1341659985481222241

Ibay berdiri di depan halaman rumah dengan menimang Kanaya Eduardo, buah hatinya dengan jingga. Diciuminya bayi itu berkali-kali seakan tak lagi ada waktu.

“Sayang, kau keluargara-gara papamu ini yang ingin membahagiakan kakek Nov, supaya tidak sendiri terus. Akhirnya malah papa yang dituduh selingkuh sama mbak Kembang. Sudah waktunya papamu mengaku kepada Jingga dan papa mertua”

“Jinggaaaaa sayaaaang………..”teriak Ibay sambil masuk ke dalam rumah memnggil Jingga isterinya. Jingga keluar sambil membawa sarapan pagi yang di blenderan untuk bayi pertamanya.

Ada apa sih bang, Jingga baru ngeblender sarapan anak kita nih, abang suapin ya untuk Kanaya”, kata Jingga

Ibay menerima bubur dalam wadah sarapan bayi itu dan menyuapkan sesuap untuk Kanaya.

“Ayo sayang, haaak, hak, haaak ….aem, iyaa pinterrrrr………”ucap Ibay menyuap anak dalam gendongannya. Kemudian,:”Begini lho Jingga sayang,abangmau mengaku sama ayah dan kamu di rumah ayah. Saya mau ini tuntas hari ini………, jadi kita ke rumah Asih untuk ketemu ayah sekarang yuk…….”ajak Ibay

Tak lama kemudian mereka bertiga sudah berada di jalan berboncengan menuju rumah pak Nov. Di rumah pak Nov, Asih dan Aciek menyambut kedatangan keluarga Ibay dan langsung berebut menggendong Kanaya dari gendongan Jingga.

“Papa dirumahkah kak Asih?”, tanya Jingga kepada Asih

“Ada tuh masih sibuk dengan lembaran tekniknya di dalam kamar, langsung saja ke sana gih”, saran Asih

Jingga menuju kamar pak Nov dan mengetuk pintu:” Assalamu’alaikum, Pagiiii, papaaaa…………”, sapa Jingga

“wa alaikumussalam….., tumben pagi2 kesini gak nelepon dulu?”,jawab pak Nov sambil membuka pintu kamar

“Iya pa, tuh bang Ibay katanya mau ngomong serius sama papa…….”

“Hayuuuk, duduk di ruang tamu” . ajak pak Nov. Belum juga melangkah ke ruang tamu, Acik, Asih dan Ibay sudah muncul bersamaan sambil menimang Kanaya.

Assalamu’alaikum pa…….”, sapa Ibay

“Wa’alaikummussalam…, ayo kembali ke ruang tamu, kata Jingga nak Ibay mau bicara serius sama papa”,jawab pak Nov

“Iya papa…., ayo Aciek dan kak Asih ikut semua”ajak Ibay.

Mereka berenam dan Kanaya duduk berkumpul ikut mendengarkan isi pembicaraan di ruang tamuyang tidak cukup luar untuk orang satu keluarga, sehingga Aciek dan Jingga harus berbagi satu kursi.

“Mau ngomong apa to, kok serius anget kayaknya”.Pak Nov membuka pembicaraan

“Begini pa…., masih ada hubungannya dengan kelahiran Kanaya pa…………….”bang Ibay memulai laporannya. Semua mata tertuju ke mata Ibay, dengan mengerutkan kening masing-masing.

“Semua tahu, kanKanaya lahir akibat Jingga dipresi mengira saya selingkuh dengan mbak Kembang”, Kata2 Ibay diserap semua yang hadir sambil manggut-manggut

“Memang benar saya sering ke rumah mbak Kembang, tapi bukan untuk selingkuh,……………”

“Lhah terus ngapain tiap hari kesana”,Asih mulai tersulut marah.

“Iya ngapain”sela Aciek dan Jingga mulai berdiri bertolak pinggang.

“Memang saya bicara serius dengan mbakKembang, saya pingin mbak Kembang jadi keluarga kita……………”

“Naaah itu apa namanya kalo bukan selingkuh…”, Jingga semakin keras suaranya sambil bertolak pinggang dan maji ke depan…

“Tenang dulu semua, saya lanjutkan barulah hakimi saya………….”, sela Ibay

“Braaak………Iya duduk lagi semuanya tenang……….dengarkan dulu Ibay bicara”, PakNov menenangkan semua yang hadir sambl memukul meja tuanya. Setelah semuanya tenang dan duduk kembali, Ibay melanjutkan :

“Begini : Pertama,saya dan Jingga gak mungkin berpisah karena alas an apapun. Karena kami berdua sangat saling mencintai. Kedua , saya melihat papa disini selalu sendiri dan kesepian. Akhirnya saya berinisiatif untuk membuat papa ceria kembali dengan rencana mendekatkan mbak Kembang untuk papa Nov…….”

“Ooooh,”suara ini seperti paduan suara

Terus kenapa mbak Kembang ?“, sela Aciek dan Jingga hampir bersamaan

“Karena setiap saya cerita tentang mbak Kembang , papa Nov selalu berbinar mendengarnya. Jadi saya simpulkan bila saya berhasil menghadirkan mbak Kembang di rumah ini untuk isteri papa, pasti mungkin seisi rumah akan ceria sepanjang waktu…….”

Acik, Jingga dan Asih diam-diam memperhatikan perubahan raut wajah pak Nov yang sedikit memerah pipinya.

“Mestinya Ibay ngomong sama papa dan Jingga dulu sebelum bertindak agar tidak ada tafsiran orang yang bermacam2. Hati-hati mulut tetangga itu lebih panjang dari jalan rya yang dibangun pemerintah lho…….” , ujar pak Nov.

Semua yang hadir memahami dengan apa yang dilakukan Ibay, dan perasaan marah mereka kasihan kepada Ibay berubah menjadi kasihan karena telah dikhabarkan selingkuh.

Jingga berdiri dan mendekati suaminya, sambil berbisik :“Abang Ibay……..Jingga sayang banget dengan abang dan minta maaf…..ya”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun