Penyunting: Indiepro
Tata Letak: Dani Ardiansyah
Cover: Dani Ardiansyah
ISBN: 978-602-9142-34-1
SAAT KULIAH, Fahri sangat senang dengan kegiatan luar kurikuler di fakultasnya, Fahri dan kawan-kawan yang tergabungdi dalam KSR (Korps Suka Rela) Palang Merah Indonesia,sedangsibuk melaksanakan Pendidikan Dasar (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung) Wanadri.Memangdemikiankebijakaninternaldalamorganisasiyangtelahiaterapkan selamaduatahunini,setelahmahasiswabarumasukanggotaKSR.KSRdibawah kepemimpinanFahrimemangtelahbekerjaamadanmengadopsiKegiatanpenerimaan anggota baru yang selalu diselenggarakan dalam bentuk Pendidikan Dasar Wanadri, dimana Ronald, kawan satu angkatannya yang menjadi ketua Wanadri di kampus yang sama.
Wanadri (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung) , Merupakan Organisasitertuayang bergerak dalam kegiatan alambebas.Wanadri berdiri tahun 1964, tahunyangsamadengantahunlahirnyaMapalaUI.NamaWanadriberasaldari bahasa Sansekerta.Wanaberarti hutan dan Adriitugunung.Wanadriberartigunungdi tengah- tengah hutan.
SebagaianggotaseniordankomandanKSRdiuniversitasnya,Fahrisangatlah dikenal di lingkungan organisasi. Diantara peserta baru terdapat Amelda, mahassiswiswi dari jurusan Archeology. Kesenangannya dimulai ketika ia berlatih mendaki tebing saat di SMA. Sehingga hal ini menjadikannya peserta yang paling menonjol di angkatannya.
“Kamu Amelda, kan?”, tanya Fahri
“Kamu ….. “
“Aku Fahri, kawan di kelas 4 dulu”
“Ooh, iya, ingat…, yang ngompol di museum kan?”kata Amelda..,
“ha..ha..ha…ha..ha..ha”,Fahri dan Ameldatertawa bersama,dan itu merupakan pertemuan Fahri dan Amelda setelah 8 tahun tidak bertemu sejak bersama-sama di SD dulu.
Fahri mengagumi anak ini selain kepiawaiannya memanjat, juga kecantikannya yang alami dan sedikit saja tersentuh oleh alat kosmetik. Sisi Femininnya masih tertangkap pada Amelda,Dengantinggi165cmdanberat50kgmenjadikannyasosokgadisyangideal. Terlebih dengan dada membusungyang terbungkusolehkaostrainingwarnapinkyang dikenakan, dia menjadi cantik sekali.
“Setelah sekian tahun tidak bertemu, kamu jaditambah cantik, ya”, kata Fahri
“Kamu juga tampan, lucu bila ingat dulu kelakuanmu sering aneh”, kata Amelda
“Tidak juga….., eh btw, no hpmu bderapa ya ?” “HP saya 08111970, kalau milikmu berapa?” “Punya saya 0818776707”
Merekaberdua bertukarnomor HP . Malam harinyaAmelda menerima telephone dari nomor yang tidak dikenal.
“Apakah benar ini nomor gtelephoneAmelda?suaradi dalam telephone berat dan berwibawa
“Benar, dengan siapa ini ya ?” “Dengan rektor”
“Iya, bapak ini nomor saya, Amelda, apa yang bisa saya bantu,pak..?”“
“Saya hanya mengingatkan, nilai-nilai kamu akhir-akhir ini terus merosot, betul?” “Oh, enggak kok , pak rektor yang sudah keluar rata-rata B+, kok.. Nilai yang mana ya,pak”
“Nilai olah raga”.
“Lho kan gak ada mata kuliaholah raga?”
“ha ha ha… ha ha ha… ha ha ha…I ha ha ha…Ini Fahri…….!!!!!!!!”
“Fahriiii, kamu itu jailnya masih juga dipelihara, jantung saya copot lho”
“Iya, maaf, ternyata kamu tetep pandai ya….?!”
“Dasar jahil……”
“Eh, Amelda,Apakahkamu maujadi pacar saya?”
Akhirnyakalimatyang ditunggu-tungguitu terucapjuga dari mulut Fahri, cowok yangbelakanganinimengisihari-hariAmelda.SejakAmeldaberkenalandenganFahri kembalisekitarenambulanyanglalu,Fahri selalumembuatAmeldabahagia.Meskipun perkenalan kembali mereka sudah 10 tahun, tapi justru itu yang membuat Amelda suka tersenyum sendiri ketika mengingat saat kelas 4 SD dulu.
“Amel…?”
“Amelda!” Fahri berteriak di telepon.
“Oh iya, sorry…” Amelda tersadar dari lamunannya.
“Jadi?Maukah kamujadi pacar saya?”
Amelda berpikir sejenak walau dalam hati ia sangat senang sekali mendengar Fahri menyatakan perasaannya.
“Saya hitung sampe 13 dan kamu harus sudah punya jawabannya,” ucap Fahri.
“Satu, dua, …. , tiga belas!!! Jadi?” tanya Fahri penasaran.
“Iya, gak mau.”
“Gak mau…..”, sedih hati Fahri mendengar ini.
“Iya, gak mau kalau sebentar, ha..ha…ha”, kata Amelda
“Kamu juga jahil , ya?”
“Cuman menbalas yang tadi, jadi posisi sama 1:1 kan?”kata Amelda
***
“Cieee…. yang baru jadian senyum-senyum mulu dari tadi,” ejek Lisa.
Lisa adalah teman baik Amelda sejak mereka kelas 1 SMP. Sudah tiga tahun mereka bersahabat,danLisaselaluadauntukAmelda,begitupulasebaliknya.Tidakadayang merekatidakceritakansatusamalain. Ameldasenangsekali mempunyaisahabatseperti Lisa.
“Lisa!!! Jangan gitu dong ah!” jawab Amelda tersipu-sipu malu.
“Tapi ngomong-ngomong kamu gakbareng Fahri pacarmu?” tanya Lisa.
Memang,Ameldadan Fahrijarang terlihatbersamadi kampus.Mungkinkarena jadwal Amelda yang masih sedikit berbeda dengan Fahri.
“Kayaknya bentar lagi deh, Lis. Eh, tuh orangnya!” seru Amelda sambil menunjuk ke arah Fahri yang sedang berdiri di dekat pintu kantin
“Hai!”sapaFahrisambilnyengirketikamerekajalanberpapasan.Lalu,Fahri langsung jalan begitu saja tanpa berkata apa-apa lagi pada Amelda.
“Apaan,kok begitu sih?!! , kamu sebenernyapacaran apa tidak sih?” ucap Lisa kesal.“
“Yah, dia emang orangnyakayak gitu, Lis. Gengsian.Mau diapainlagi,”jawab Amelda sambil menghela napas.
“Ya tapi kan kamu kan pacarnya, Sis? Masa menyapanyakaya gitu?!” ucap Lisa dengan nada yang makin meninggi.
“Udahlah, Lis. Justru karna saya sekarang udah jadi pacarnya, makanya saya harus lebih bisa ngertiin dia,”Amelda menjawab dengan tenang, meski dalam hati, Amelda ingin sekali seperti pasangan-pasangan lainnya. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama-sama tiap kali ada kesempatan. Namun Amelda harus puas dengan keadaannya sekarang.
Mungkin memangsaya yang terlalu banyak mikir, saya gak boleh terlalu banyak menuntut. Fahri sayang sama saya dan itu sudah cukup, batin Amelda.
***
PerkenalannyakembalidenganAmelda dengankawan lama sejak kelas 4 Sekolah Dasar dulu yang terjadisejaksaatitu,sekarang menjadi lebih dekat karena hobby yang sama, mulai dari proyek-proyek ilmiah hingga kegiatan diluar kuliah. Sore ini Amelda mengenakanbaju corak bunga-bungadengan bawahan tipis dan lebar sehinggamelambai indah bila tertiupmangin.Bibirnya dipoles dengan lipstick tipis membuat wajahnya cantik nan elok dipandang mata.
Sering kali dalam kesendiriannya, Untuk sejenak Amelda pikir mereka sedang jatuh terlaludalam,hinggatak ada lagihalyangkitahiraukan.SepertimisalnyaAmeldarela membangun jembatan antar galaksi agar Fahri tetap berada dalam jangkauannya. Agar Fahri masih saja dapat terus terhubung dengannya. Agar tak ada lagi jarak diantara mereka.
Ameldapikir,semuaitudilakukanatasnamarasayangentahmengapatelah menjelma menjadi semacam otomatisasi. Bayangkanlah, jika di pagi hari dalam sepersekian detiksaatAmeldamenyadariAmeldatelahkembalidariduniamimpi,sinaps-sinapsdi otaknya bekerja begitu cepatnya untuk menghantarkan sebuah informasi tentang Fahri. Iya, tentang Fahri. Aneh bukan? Betapa dunia Ameldakini seperti selalusaja hendak melukis tentang kehadirannya.
DanAmeldaakanmenitisetiapjengkalwaktusepanjangharimengendusrindu kepada Fahri. Hingga pada akhirnya berharap di penghujung hari rindu ini akan mencair oleh bayangannya yang mengendap mendekat perlahan bersama senja.
Amelda cukup memeluk satu asa. Jangan berakhir! Baginya itu sudah cukup. Meski dengan itu, Amelda berulang kali harus meretas rinduyang kadang jika sedang tak dapat ditemui penawarnya akan meninggalkan kesakitan yang begitu dalam. Amelda rela, karena bukankah rindu itu pada dasarnya adalah sebuah kesakitan yang membuat ketagihan?!
Kemudian Amelda menulis sebait puisi dalam buku hariannya :
Dan asalkamu tahu,
rindukutakmengenalkatabasi,
Dalamjarak,rindukutumpahberharap
takadasekat penghalangmenujudirimu.
Dansaatdekat,
rindukumembuncah mengkhianatilogika…
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H