Hari sabtu pada tanggal 23 april 2011 kemarin, umat kristiani di seluruh dunia merayakan sabtu cahaya atau yang lebih dikenal dengan malam paskah. Tanpa terkecuali yang terjadi di gereja santo Ignatius ketandan klaten, perayaan malam paskah berlangsung dengan meriah. Mulai dari orang tua hingga anak-anak ikut terlibat dalam perayaan tersebut dengan sukacita. Bagi umat kristiani malam paskah menjadi tanda akan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dari wafatnya.
Namun malam itu terlihat sedikit berbeda yang terjadi di gereja santo Ignatius ketandan. Sebuah gereja kecil yang terletak di desa morangan kecamatan klaten utara dan masih menjadi satu paroki dengan santa maria assumpta klaten. Saat perayaan malam paskah berlangsung ternyata umat hindu juga sedang berdoa di sebuah pura tepat disebelah samping gereja dan hanya dipisahkan oleh sebuah jalan yang tidak terlalu lebar. Maka sahut menyahut dalam berdoa kepada Tuhan pun terjadi, meskipun begitu kedua umat yang berlainan ini tidak merasa terganggu karena sikap toleransi sudah lama terjalin dengan baik diantara mereka.
Tak hanya itu saja, POLSEK Ketandan dan BANSER juga terlibat dalam pengamanan gereja ketika umat kristiani sedang menjalankan ibadahnya. Dalam khotbahnya Romo E.Rusgiharta,Prmenyampaikan rasa terima kasihnya kepada polisi dan BANSER karena mau bekerja sama serta membaur menjadi satu dengan umat kristiani dalam lancarnya perayaan malam paskah. Jika sikap dan tindakan toleransi yang terjadi di gereja santo Ignatius ketandan ini dapat juga berkembang di daerah lain. Maka tak ada yang tidak mungkin jika kerusuhan atas nama agama di Indonesia akan berkurang bahkan tidak ada. Karena sejujurnya bertoleransi sungguh indah adanya, dimana kita belajar dalam menghargai sebuah perbedaan.
PH.Angga Purenda
Mahasiswa Atma Jaya Yogyakarta
windudevina@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H