Mohon tunggu...
Philippus Angga Purenda
Philippus Angga Purenda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Perkenalkan saya Ph. Angga Purenda, Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan kosentrasi Jurnalistik di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Meriahnya Sebaran Kue Apem di Jatinom

18 Januari 2012   04:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:45 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13268591761062145700

Cerita dan Foto Oleh: Ph. Angga Purenda

[caption id="attachment_156868" align="aligncenter" width="300" caption="Tradisi Sebaran Apem yang tak pernah dilewatkan oleh masyarakat Jatinom"][/caption] Jumat yang lalu (13/01/2012), telah berlangsung sebuah tradisi yang berkembang sudah lama di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten. Tradisi itu bernama "Yaqowiyu" atau yang lebih dikenal dengan sebaran apem, tradisi ini dilaksanakan setiap bulan sapar pada tanggalan jawa. Sebuah budaya yang terlahir dari seorang tokoh penyebar agama islam di jawa yaitu Ki Ageng Gribig. Ketika siang itu, jalanan di depan kantor kecamatan jatinom dipadati oleh ribuan manusia dari berbagai daerah untuk melihat perarakan gunungan kue apem. Pada akhirnya gunungan apem tersebut akan dibagi-bagikan di sebuah lapangan dengan cara disebarkan melalui dua menara oleh para santri. Kue apem yang disebarkan saat itu seberat 5 ton, sehingga tak terbayang bagaimana serunya orang-orang untuk merebutkannya. Banyak orang yang mempercayainya pada tradisi tersebut setelah mendapatkan kue apem yang diperebutkan. "Nek entuk apem akeh, biasane dimurahi rezekine mas" ungkap Siti yang merupakan seorang warga dari klaten (kalau dapat kue apem, biasanya banyak mendapatkan rezeki-red). Meurut penuturannya, dia slalu menyempatkan diri untuk menyaksikan tradisi sebaran apem setiap tahunnya. Karena baginya tradisi ini akan membawa berkah akan rezeki yang diterimanya dalam kehidupan sehari-hari. "Biasane apem e tak pendem neng pojokan omah mas, ben entuk akeh rezekine ing keluargaku" ucapnya (biasanya kue apemnya diletakan di pojokan rumah dengan cara menguburnya, supaya keluarganya mendapatkan banyak rezeki-red). Tradisi sebaran apem dimulai dari sebuah kisah yang menarik, yaitu disaat Ki Ageng Gribig pulang setelah melaksanakan naik haji dan memberikan oleh-oleh berupa kue apem. Tapi karena kue apemnya tak cukup. maka dia menyuruh para santrinya untuk membuatnya dan dibagi-bagikan kepada warga sekitarnya. Sehingga tradisi itu pun berlangsung hingga sekarang dan menjadi daya tarik tersendiri. Itu terlihat ketika sebaran apem tiba, setiap rumah disana selalu menyajikan kue apem sebagai hidangannya kepada tamu yang datang. Selain kue apem yang menjadi ciri khas dari tradisi ini, pasar malam pun juga ikut meramaikan. Ditambah lagi dengan hadirnya pasar dadakan yang berada dipinggiran jalan utama jatinom dengan menjajakan berbagai barang serta aksesoris. Sehingga lengkap sudah tradisi serta hiburan yang ada dalam balutan sebaran apem ini. Walaupun pada saat acara berlangsung sempat diguyur hujan namun keramaian tetap tampak pada budaya sebaran apem tersebut hingga akhir. Mau Tahu bentuk kue apem dan suasana tradisi sebaran apem saat itu klik aja disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun