Kelas Sastra Nusantara (KSN) diselenggarakan oleh Badan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena (BPP FLP) bekerja sama dengan Kemendikbudristek. Program ini mendapat dukungan dari Bantuan Fasilitasi Komunitas Bidang Kebahasaan dan Kesastraan, Penguatan Komunitas Sastra, Badan Pembinaan, dan Pengembangan Bahasa Kemendikbudristek Tahun Anggaran 2024 sebesar Rp150.000.000.
FLP memilih 8 provinsi di Indonesia sebagai tuan rumah program KSN. Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang dipilih, bersama Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, Maluku, Bali, Sulawesi Barat, Sumatera Selatan, dan Aceh Besar.
Di bawah kepanitiaan FLP di Wilayah Jawa Barat, program KSN berlangsung dengan lancar dan diikuti oleh 50 peserta pada hari Sabtu, 10 Agustus 2024, di SMA IT Qordova, Rancaekek, Jawa Barat. Program ini dibuka oleh Bapak Hendi Rochimat, S.Sos.I selaku Kepala Sekolah SMAIT Qordova dan Ketua FLP Jawa Barat, HD Gumilang.
Program KSN ini terbagi menjadi 2 sesi, yaitu materi cerpen dan materi puisi. Jadi, peserta diharapkan dapat menulis cerpen dan puisi yang baik. Kemudian, peserta diarahkan untuk mengikuti lomba menulis cerpen dan puisi sebagai kelanjutan dari program KSN.
Tema Sastra hijau yang diangkat pada lomba cerpen dan puisi menjadi tema di KSN juga. Tema ini mengangkat isu-isu lingkungan dan alam. Sehingga penyusunan sinopsis cerpen dan juga puisi yang dibuat oleh peserta pun diarahkan tentang kepedulian pada alam dan pentingnya menjaga bumi.
Serunya saat kegiatan yaitu pada sesi pencarian ide. Sebelum mereka menuliskan cerpen atau pusi, peserta diajak untuk berkeliling di lingkungan sekitar, baik itu taman sekolah, halaman, lapangan, ruang kelas, atau pun area-area lain yang membuat peserta nyaman menuliskan ide cerpen atau puisi yang akan dibuat. Pada sesi ini didampingi oleh fasilitator cepen, Windra Yuniarsih dan juga fasilitator puisi, Febriansyah Martono.
Ada beberapa hal menarik yang diucapkan oleh pemateri cerpen, Eka purwitasari, dikenal juga dengan Eika Vio. “Pembuatan nama tokoh harus disesuaikan dengan zamannya dan juga karakternya. Latar waktu pilih satu masa dengan konflik yang paling meledak karena cerpen itu bacaan yang sekali duduk selesai.”
Tidak kalah menarik pada sesi pembuatan puisi. Peserta pun diajak untuk mendengar musikalisasi puisi dari penyair-penyair hebat seperti puisi Bunga dan Tembok karya Wiji Thukul. Selain itu, peserta juga berpartisipasi membacakan puisi karya masing-masing.
Adapun pesan dari pemateri puisi, Nurul Maria Sisilia, yang membuat peserta lebih antusias dan terbuka pikirannya untuk mencoba membuat puisinya.
“Ketika menulis puisi pilihlah diksi yang sesuai bukan yang rumit,” ucap Nurul Maria Sisilia.