Perang melawan corona tidak mudah untuk dimenangkan, yang kita hadapi bersama ialah lawan yang tak kelihatan. Di butuhkan kerja kolektif yang tak setengah-setengah, kewaspadaan tingkat tinggi yang meniadakan lengah, kedisiplinan warga negara jelas sangat dibutuhkan inisiatif kita untuk saling menjaga dan mengingatkan juga menentukan kewaspdaan.
Pandemi adalah badai yang sangat tidak biasa, kapal bisa oleng jika juru mudi tidak seksama di bawa kompas yang dikendalikan sang nakhoda, semua awak kapal hendaknya solid dalam bekerja fokus menyelamatkan kapal dari amuk gelombang bukanya hanya berselisih dalam bimbang. Dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki cermat dalam prioritas yang dibutuhkan saat ini, antara perintah dan imbauan perlu jelas disampaikan agar segenap penumpang tak dilamun rasa gamang.
Jangan alergi dengan kecemasan bahkan kritikan, semua hanya ingin selamat saat menempuh ujian, percayalah naluri bahu membahu itu masi ada, sesama warga punya modal sosial yang berharga tak ada pandemi yang musykil dikalahkan oleh bangsa bersama-sama kita songsong segala yang akan tiba.
Periode dua pemerintahan jokowi telah setahun, pasti ada kinerja yang baik dan yang turun, 12 bulan sebenarnya bukan waktu yang panjang namun masalah tentu tak akan pernah benar-benar hilang, dari pandemi yang mematikan hingga demonstrasi yang berentetan, bikin setahun terasa berkepanjangan, tapi toh agenda pemerintah nyaris takterburai sebab oposisi diparlemen terlanjur terberai.
Periode kedua kekuasaan tidak semudah yang dibayangkan, antara tanpa beban atau tersandera banyak kepentingan, sangat penting memerintah dengan penuh kebijaksanaan agar kekuasaan meninggalkan mutu yang berkelanjutan. Dengan terus mengingat mandat berasal dari suara rakyat setiap kebijakan diharapkan bisa menjadi maslahat, memang tidak ada pemerintah yang segalanya sempurnah, menjadi penting terus membuka hati,mata dan telinga, jalur komunikasi dengan rakyat harus dirawat, demonstrasi massif tanda ada saluran yang tersumbat, jangan gentar dengan kritik atau melambung sebab pujian, setiap suara rakyat pantas disimak dengan kesungguhan, agar jarak antara harapan dengan kenyataan tak menjauh, supaya sesedikit mungkin janji-janji yang palsu hangus melepuh, agar mewariskan keadilan hebat yang abadi untuk diingat.
Penutup
(Yang berat itu bukanlah kerinduan seperti kata dilan, melainkan manusia” yang gampang dikalahkan sejak dalam pikiran, Pikiran yang kalah sama artinya tidak bisa membela kebenaaran yang diyakini. Menjadi budak dibawah control orang lain. Ini sangat menyedihkan, oleh sebab itu sekolah bukanlah tempat merangsang kekalahan melainkan mengusahakan kemenangan lewat pengajaran ilmu pengetahuan dan filosofi cinta kebijaksanaan).
Salam Pergerakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H