Oleh: Windi Rahmana Putri
Untuk memulai tulisan ini izinkan saya mengatakan kepada kita semua bahwa "Sungguh bersama kesulitan pasti ada kemudahan"
Ditetapkannya status new normal dengan memperbolehkan masyarakat melakukan aktivitas seperti biasa, dengan persyaratan tetap mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah, tampaknya menjadikan masyarakat terlalu bersemangat untuk melakukan berbagai aktivitas. Aktivitas masyarakat saat new normal tampaknya banyak yang disayangkan.
Dikarenakan tak lagi memperhatikan protokol kesehatan. Walau disebagian daerah masih peduli namun kebanyakan meremehkan. Ditambah lagi ada beberapa warga yang tidak percaya keberadaan virus corona, sehingga meremehkan Covid-19. Padahal sama-sama kita ketahui begitu banyaknya korban, baik yang meninggal maupun yang masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Belum berakhir wabah mematikan ini, di kota Berastagi, Kabupaten Karo Sumatera Utara, kembali ditimpa musibah yang menyedihkan. Erupsi gunung Sinabung tampaknya lebih menakutkan bagi warga jika dibandingkan dengan wabah Covid-19. Terlihat dari aktivitas masyarakat masih banyak yang tidak mengikuti protokol kesehatan. Masih banyak yang tidak menggunakan masker saat keluar rumah yang telah dianjurkan pemerintah.
Sudah hampir satu tahun lebih gunung Sinabung tidak erupsi. Tercatat terakhir kali erupsi pada Juni 2019. Kini Sinabung kembali erupsi 2.000 meter di atas puncak atau sekitar 4.460 meter di atas permukaan laut Sabtu (8/8) pukul 01.58 WIB. (CNN Indonesia/Farida).
Status yang ditetapkan BMKG Kabupaten Karo, gunung Sinabung saat ini adalah Status Level III (Siaga). Melihat erupsi yang terjadi, dihimbau seluruh warga Kab. Karo, khususnya yang terkena dampak abu vulkanik harus tetap menjaga kesehatan diri, disamping wabah Covid-19 yang masih menjadi perhatian khusus beberapa bulan ini.
“Masyarakat dan pengunjung/wisatawan dihimbau agar tidak melakukan aktivitas pada desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius 3 km dari puncak Sinabung, serta radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara,” kata Kepala Pos pemantau Gunung Sinabung Armen (dikutip dari laman CNN Indonesia, sabtu 08/08/2020 11.30).
Akibat letusan gunung Sinabung ini tiga Kecamatan yang tertutup abu vulkanik Sinabung yaitu Kecamatan Berastagi, Kecamatan Merdeka, dan Kecamatan Naman Teran di Kabupaten Karo. Akibatnya jalanan, atap rumah warga, dan tanaman di kebun warga tertutup abu vulkanik yang sangat tebal.
Sekitar pukul 10.15 WIB hari ini Senin (10/8) gunung Sinabung erupsi kembali. Kota Berastagi terlihat seperti kota yang kehilangan matahari di pagi hari. Sekitar 10.30 WIB pagi ini, kota Berastagi tampak seperti keadaan di tengah malam yang gelap, tepatnya di salah satu desa yaitu di Desa Jaranguda Berastagi. Warga desa terlihat panik akibat letusan Sinabung kali ini. Selama letusan yang terjadi dari beberapa tahun lalu, desa Jaranguda belum pernah mengalami kegelapan di pagi hari saat letusan gunung Sinabung seperti saat ini.
Banyaknya bencana yang terjadi dimuka bumi ini, mengingatkan kita bahwa bumi sudah tua. Tanpa kita sadari selama ini bumi terlalu sering disakiti dan menahan perlakuan dari tangan-tangan manusia yang tidak bertanggungjawab. Kepada warga yang turut mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap dipertahankan sampai ada peraturan dari pemerintah selanjutnya. Warga juga berharap kepada pemerintah agar tanggap dalam menangani bencana ini.
Terlepas dari fenomena Covid-19 dan bencana erupsi gunung Sinabung ini, senantiasa kita selalu mengingat bahwa ini datang dari Sang Pencipta langit dan bumi beserta isinya Tuhan Yang Maha Berkuasa Allah swt.. Oleh karenanya mari sama-sama kita mendoakan dan saling bekerjasama untuk bumi lekas pulih.