Mohon tunggu...
Windi HidayatulUmayah
Windi HidayatulUmayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sejarah Peradaban Islam

Let it flow

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengaruh Seni Islam pada Ukiran Kayu Bugis

22 Juni 2024   11:35 Diperbarui: 22 Juni 2024   11:36 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seni Islam telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap berbagai aspek budaya di Indonesia, termasuk seni ukir kayu pada rumah adat Bugis. Seni ukir ini tidak hanya berfungsi sebagai elemen dekoratif tetapi juga mencerminkan nilai-nilai religius dan filosofi hidup masyarakat Bugis yang dipengaruhi oleh ajaran Islam. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana seni Islam mempengaruhi ukiran kayu pada rumah adat Bugis, mengidentifikasi motif-motif khas, serta memahami makna simbolis yang terkandung di dalamnya.

Pengaruh Islam di Nusantara dimulai pada abad ke-13, ketika para pedagang dan ulama dari Timur Tengah datang dan mulai menyebarkan ajaran Islam. Di Sulawesi Selatan, Islam mulai berkembang pesat sejak abad ke-17 dengan berdirinya Kesultanan Gowa-Tallo yang menjadi pusat penyebaran Islam. Pengaruh ini meresap ke dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Bugis, termasuk seni ukir kayu.

Ukiran kayu pada rumah adat Bugis, atau yang dikenal dengan "rumah panggung", sering kali menampilkan motif-motif yang sarat dengan simbolisme Islam. Salah satu contohnya adalah penggunaan kaligrafi Arab, yang sering kali mengandung ayat-ayat Al-Quran atau ungkapan-ungkapan religius. Kaligrafi ini tidak hanya sebagai hiasan tetapi juga bertujuan untuk membawa berkah dan perlindungan bagi penghuni rumah.

Motif-motif ukiran kayu Bugis yang terpengaruh oleh seni Islam biasanya berbentuk geometris, floral, dan arabesque.

  • Motif geometris, seperti pola segitiga, segiempat, dan lingkaran, sering kali ditemukan pada balok-balok kayu dan dinding rumah panggung. Motif ini tidak hanya indah secara estetika tetapi juga melambangkan keteraturan dan kesempurnaan, nilai-nilai yang sangat dijunjung tinggi dalam ajaran Islam.
  • Motif floral, seperti sulur-suluran dan bunga-bungaan, juga banyak ditemukan dalam ukiran kayu Bugis. Motif ini sering kali diadaptasi dari pola-pola yang ditemukan dalam seni Islam di Timur Tengah, mencerminkan keindahan alam sebagai ciptaan Tuhan yang patut untuk disyukuri dan dirawat.
  • Motif arabesque, yang merupakan gabungan antara motif geometris dan floral, sering digunakan untuk menghiasi bagian-bagian penting rumah adat Bugis, seperti pintu, jendela, dan langit-langit. Pola arabesque melambangkan ketidakterbatasan Tuhan dan keabadian alam semesta.

Selain keindahan visual, ukiran kayu pada rumah adat Bugis juga mengandung makna simbolis yang mendalam. Motif-motif Islami yang diterapkan tidak hanya berfungsi sebagai dekorasi tetapi juga sebagai pengingat akan nilai-nilai religius dan moral yang harus dijunjung tinggi oleh setiap anggota keluarga. Misalnya, kaligrafi yang mengandung ayat-ayat Al-Quran berfungsi sebagai pengingat akan kebesaran Tuhan dan pentingnya menjalankan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

Motif geometris dan arabesque mengingatkan akan keteraturan dan keseimbangan hidup, mengajak penghuni rumah untuk selalu menjaga harmoni dalam keluarga dan masyarakat. Motif floral, yang menggambarkan keindahan alam, mengajak setiap individu untuk selalu bersyukur dan menjaga alam sebagai anugerah dari Tuhan.

Seni Islam telah memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan seni ukir kayu pada rumah adat Bugis. Melalui penerapan motif-motif geometris, floral, dan arabesque, serta kaligrafi Arab, ukiran kayu Bugis tidak hanya menampilkan keindahan estetika tetapi juga mengandung nilai-nilai religius dan simbolis yang mendalam. Pengaruh ini menunjukkan betapa kuatnya interaksi budaya dan agama dalam membentuk identitas dan warisan seni masyarakat Bugis. Dengan demikian, studi mengenai seni ukir kayu Bugis dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang bagaimana seni dan agama dapat saling berinteraksi dan memperkaya budaya lokal.

*Referensi

"Makna Filosofis dan Keunikan Rumah Adat Sulawesi Selatan" https://www.gramedia.com/literasi/rumah-adat-sulawesi-selatan/#google_vignette 

Marwati, Qur'ani (2016) "Pengaruh Adat Terhadap Fasad Rumah Tradisional Bugis Bone" (https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/teknosains/article/download/1879/1819)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun