Mohon tunggu...
Windi Agustinasari
Windi Agustinasari Mohon Tunggu... Guru - Pendidik Generasi Pembangun Peradaban Gemilang

Life Is Choice. Pilihlah sesuai dengan apa yg Allah sukai. Hidup adalah perjuangan. Berjuanglah untuk menegakkan kalimat Allah. Hidup hanya satu kali. Hiduplah untuk sang maha hidup. Sang maha kuasa. Sang maha segalanya.

Selanjutnya

Tutup

Money

Krisis Pangan dan Konflik Mengorbankan Umat Mulia

7 Juni 2021   07:11 Diperbarui: 7 Juni 2021   07:28 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pada bulan Juni ini tercatat sudah banyak terjadi kriris pangan dan konflik di berbagai belahan dunia. Program pangan dunia (WFP) mendengungkan bahwa jutaan warga di Myanmar kini menghadapi ancaman krisis pangan dan kelaparan ekstrim. di Myanmar, ekonomi dan sistem perbankan nasional negeri telah lumpuh sejak perebutan kekuasaam militer yang mendorong pemimpin sipil Aung Suu Kyi lengser pada bulan Februari lalu. Mata pencaharian warga telah hilang. Pabrik ditutup. Harga bahan bakar melonjak. Warga yang cukup berutung memiliki tabungan bank dan harus mengantre untuk menarik uang tunai. Ketika ingin mencari nafkah di tempat umum, keselamatan jiwa mengancam karena banyak tindak kekerasan yang tidak pandang bulu dan brutal oleh pasukan keamanan sipil. Sungguh kondisi yang tidak normal di dalam suatu negeri yang normalnya mengekspor beras, kacang-kacangan dan buah-buahan.

Lenterasutera.com. WFP memperkirakan dalam 6 bulan ke depan, sebanyak 3,4 juta lebih orang akan kelaparan di Myanmar dan siap untuk melipatgandakan bantuan makanan daruratnya. Program donasi makanan masyarakat akar rumput terbukti sangat diminati di Yangon, ibu kota komersial Myanmar.

Tidak hanya di Myanmar, krisis pangan juga dirasakan di Suriah. Kota konflik yang sampai detik ini masih terus bergejolak. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suriah mengalami krisis pangan yang belum terselesaikan hingga kini. Seorang pria dari Kota Zabadani mengatakan, keluarganya yang beranggotakan empat orang telah berhenti makan keju dan daging pada awal 2020. Kini dia hanya mengandalkan roti untuk makanan mereka.

Berdasarkan laporan Human Rights Watch, konflik bersenjata selama satu dekade telah menyebabkan kekurangan gandum yang parah di Suriah akibat lahan-lahan pertanian semakin sedikit. Selain itu, banyak pula toko roti yang ikut hancur dan tidak dapat beroperasi selama konflik.

Kondisi disana diperparah dengan adanya ebijakan distribusi roti yang diskriminatif, yang mana ada pembatasan jumlah roti bersubsidi yang dapat dibeli warga. Roti pun menjadi barang yang diperebutkan di Suriah. Pejabat Suriah mengatakan, yang diprioritaskan adalah memastikan setiap orang memiliki cukup roti, tetapi tindakannya menunjukkan sebaliknya. Pemerintah Suriah gagal dalam mengatasi kriris roti, sehingga timbul kelaparan.

Berdasarkan studi yang diterbitkan Universitas Humboldt pada 2020, disebabkan konflik berkepanjangan, Suriah kehilangan 943 ribu hektar lahan pertanian antara tahun 2010 dan 2018. Depresiasi mata uang Suriah yang parah, juga memengaruhi daya beli warga di seluruh negeri. Hal ini membuat warga yang beralih menjadikan roti sebagai makanan utamanya pun bertambah.

Hingga Februari 2021, Program Pangan Dunia, setidaknya 12,4 juta warga dari 16 juta warga Suriah mengalami kerawanan pangan. Jumlah ini bertambah 3,1 juta dari tahun lalu. World Food Programme (WFP) juga memperkirakan 46 persen keluarga di Suriah telah mengurangi jatah makanan harian mereka, dan 38 persen orang dewasa telah mengurangi konsumsi pangan mereka, agar anak-anak mereka memiliki cukup makanan.

Kondisi yang sungguh memprihatinkan ditambah masa pandemic yang sudah hampir 1,5 tahun melanda berbagai negara di dunia. Menambah parah krisis pangan di berbagai belahan dunia. Perlu ada solusi atas permasalahan dunia ini. Apakah dengan bantuan dan donasi bisa menyelesaikan masalah ini? Apakah dengan ganti orang untuk menjadi presiden bisa menyelesaikan masalah ini? Apakah pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan organisasi-organisasi di dunia bisa menyelesaikan permasalahan yang ada?

Belum lagi diskriminasi dan penindasan yang dialami oleh umat muslim di negeri-negeri konflik menambah deretan masalah yang ada di dunia. Krisis pangan, konflik, penindasan terhadap kaum muslim, kemiskinan dan masalah-masalah lain yang hampir dirasakan oleh setiap negeri di dunia.

Perlu ada solusi tuntas yang bisa mengatasi permasalahan ini. Donasi dan bantuan-bantuan bisa menjadi solusi jangka pendek untuk mengatasi masalah. Saudara-saudara kita disana akan sangat terbantu dengan adanya donasi dari negeri-negeri tetangga. Selain itu, perlu juga solusi jangka panjang dan tuntas untuk mengatasi permasalahan ini, perlu ada kekuatan yang lebih besar yang bisa mengimbangi negara adidaya sekarang. Umat di dunia perlu junnah, perlu perisai yang bisa melindungi mereka dari keserakahan manusia atas kekuasaan.

Krisis pangan yang melanda berbagai belahan dunia terjadi akibat sistem kapitalisme yang eksploitatif, merusak alam/iklim.  Sistem yang sudah tidak memandang kehidupan umat. Kesenjangan makin nyata: Hampir semilyar penduduk dunia kurang pangan sementara segelintir negara kapitalis berkelebihan pangan. Lebih buruk lagi kondisi umat Islam di wilayah konflik. Butuh junnah dan pemberlakuan sistem ekonomi islam di bawah naungan khilafah agar bisa mengimbangi negeri adidaya dan bisa menyelesaikan semua permaslaahn terutama krisis pangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun