Setelah sosialisasi, kegiatan dilanjutkan dengan pendemonstrasian pembuatan ecoenzym. Windi sebagai mahasiswa KKN mengkomandoi jalannya pendemonstrasian pembuatan ecoenzym setelah sebelumnya melakukan mentoring pembuatan ecoenzym bersama pihak Bank Sampah Tuah Basamo.
Alat dan bahan pembuatan ecoenzym disediakan oleh mahasiswa dan pihak bank sampah sehingga masyarakat tinggal mengikuti prosedur pembuatan. Alat-alat yang diperlukan yaitu:Â
- Jirigen ukuran 20 Liter;Â
- Ember; danÂ
- Pisau.
Sedangkan bahan pembuatan diantaranya:
- 3 kg sampah organik;Â
- 1 kg gula merah;Â
- 10 liter air bersih.
Cara pembuatannya sebagai berikut:
- potonglah 1 kg gula merah menjadi bagian-bagian kecil lalu larutkan dengan 10 liter air hingga tercampur rata;Â
- kemudian masukan 3 kg sampah organic kedalam jirigen ukuran 20 liter;Â
- tambahkan larutan air gula merah kedalam jirigen;Â
- tutup jirigen dengan rapat dan fermentasi selama 3 bulan.
Untuk setiap bulannya wadah ecoenzym harus dibuka selama 5 menit untuk mengeluarkan gas yang ada didalamnya. Jika setelah 3 bulan fermentasi larutan ecoenzym tidak mengeluarkan ulat, maka pembuatan ecoenzym dinyatakan berhasil dan siap pakai.Â
Dalam hal pemakaian sebagai pupuk tanaman, 1 liter ecoenzym dapat dicampurkan dengan 5 liter air bersih kemudian tinggal disemprotkan pada tanaman.
Dari kegiatan sosialisasi hingga pendemonstrasian pembuatan ecoenzym, terlihat pemahaman masyarakat mengenai pengelolaan sampah organik cukup meningkat.Â
Kegiatan diakhiri dengan pemberian ecoenzym siap pakai kepada masyarakat untuk memperkenalkan salah satu produk dari Bank Sampah dan agar masyarakat dapat mencoba secara langsung manfaat ecoenzym untuk tanaman dirumah masing-masing.
Penulis:
Windi (1901296)