Pernah ada ungkapan bahwa kesabaran itu ada batasnya. Jika memang kesabaran ada batasnya, seberapakah batasannya?
Kesabaran itu tidak berbatas. Ia semestinya seluas langit, sedalam perut bumi. Ia merupakan peralihan udara yang dibentuk menjadi satu perbuatan : sabar.
Belajar dari salah satu tokoh pewayangan, Yudhistira. Dengan kesabaran, ia berhasil menaklukan Puncak Himalaya, dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Padahal saudara-saudaranya memiliki kesaktian yang luar biasa. Sebut saja Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Siapa yang tak kenal dengan kesaktian mereka?
Kesabaran adalah turunan dari cinta. Ia merupakan kesederhanaan sikap. Saking sederhananya, orang sabar kerap dianggap sebagai seorang yang bodoh. Tetapi, jangan dikira kesabaran itu tidak memiliki daya. Daya inilah yang akan mampu meletakkan diri kita yang sesungguhnya. Bukankah Yudhistira boleh disebut tidak memiliki kesaktian dibandingkan dengan saudara-saudaranya? Tetapi berkat kesabarannya, ia mampu mengalahkan apa pun rintangan yang dihadapinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H