"Aku ga suka kopi...." Kataku saat kau tahu aku sedang di kafe itu, dan kau menyarankan aku untuk minum secangkir kopi hitam di sana.
"Coba deh, kamu pasti suka," Ujarmu meyakinkan aku.
"Aku takut jantungku berdebar-debar," Sergahku.
"Dijamin, kamu ga bakalan deg-degan minum kopi itu... Percaya saja sama aku. Mungkin kalo kamu ngeliat aku, baru kamu deg-degan..." Katamu sambil tertawa renyah dari seberang sana.
***
Kopi. Seperti minuman lainnya, bisa membuat candu, karena kandungan kafeinnya. Terus terang, aku tidak suka minum kopi atau teh. Aku lebih menyukai minum air putih hangat yang cenderung panas, atau air putih dingin bersuhu kamar. Saat bangun tidur, aku suka minum air putih bersuhu kamar ini, dan langsung glek..glek..glek.. Habis satu gelas. Kadang, jika masih haus, ya tambah lagi minumnya. Itulah caraku bersulang dengan pagi, selain senyum dan doa yang merekah dari hati dan bibirku.
Kopi. Akhirnya aku mencoba juga kopi hitam atas saran temanku saat aku ada di kafe itu hampir dua tahun lalu. Secangkir kopi hitam yang beraroma segar. Lebih pasnya, mungkin bisa dikatakan seksi. Ya, aroma kopi itu menurutku seksi. Mungkin berlebihan. Tapi, setidaknya itulah kenyataannya untukku.
Kopi. Saat kuhirup asapnya, ia tak lesap. Ia malah berhenti di rongga hidungku. Menggodaku untuk langsung menyentuhkan bibirku ke bibir cangkir kopi hitam itu. Sesaat aku ragu ketika hendak menyeruputnya. Entah mengapa. Sepertinya aku ketakutan ada racun di dalam secangkir kopi yang akan kuminum.
Kopi. Perlahan bibirku menyentuhnya. Secangkir kopi hitam telah membuatku penasaran. Mungkin karena orang yang menyarankanku untuk minum secangkir kopi adalah seorang panutan untukku saat itu. Seorang yang tak mungkin membohongiku dengan kisah-kisahnya tentang kopi. Ya, ia seorang penggemar kopi sejati. Mulai kopi biasa hingga kopi luwak, ia pernah menghirupnya. Mulai dari kopi khas warteg hingga kopi kelas Starbuck, yang katanya berbeda rasa saat ia membeli sachetnya yang ia nikmati di rumah, ketimbang saat menikmati kopi itu di kafe mereka. Ah, mungkin saja karena para baristanya, atau suasananya, atau bahkan gelasnya. Saat kau berujar demikian, bibirku tersenyum lebar demi mendengar celotehanmu.
Kopi. Bibirku masih tenggelam di sana; pada cangkir yang akan mengantarkan aku menikmati sensasi kopi hitam. Aku akan merelakan kerongkonganku dialiri air kopi hitam ini. Sebentar lagi ia juga akan mengaliri seluruh tubuhku. Srupuuuutttt... Aku menghirup kopi hitam anjuran temanku. Dan.... Waw, bibirku langsung tersenyum saat masih di dalam cangkir. Ada sensasi yang luar biasa aku rasakan. Semacam hilang penasaran; lega; nikmat; dan aku seperti merasakan rindu! Ya, rindu yang candu. Kopi yang candu.
Secangkir kopi hitam ini mungkin telah mengalir ke otakku. Jantungku juga tetap nyaman. Tak berdebar-debar seperti dugaanku. Sensasinya yang candu telah membuatku sedikit terkejut. Kejutan indah yang membuatku tersenyum. Makna secangkir kopi adalah kejujuran dan rindu. Sebab, saat menikmati secangkir kopi hitam aku dapat merasakan kejujuran hati seorang teman, sekaligus kerinduan untuk melakukan hal-hal terbaik bagi siapa pun di sekitarku.