Mohon tunggu...
Winda
Winda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kesenjangan Digital di Tengah Gempuran Metaverse

31 Mei 2023   17:27 Diperbarui: 9 September 2023   19:37 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diperkirakan jumlah ini akan terus bertambah dengan adanya kemajuan teknologi dan perluasan aksesibilitas. Perusahaan-perusahaan besar seperti Facebook, Microsoft, dan Google telah mengumumkan rencana mereka untuk masuk ke dunia metaverse. Pada awal tahun 2021, Facebook mengumumkan bahwa mereka akan memfokuskan sumber daya mereka pada pengembangan metaverse, dan bahkan mengganti nama perusahaannya menjadi Meta.

PENGEMBANGAN METAVERSE

Sederhananya, dapat dipahami metaverse sebagai lingkungan online yang menjadi tempat nyata lainnya di mana penggunanya dapat terlibat dalam berbagai aktivitas. 

Menurut Meta, pengembangan Metaverse membutuhkan waktu 5-10 tahun agar perangkat lunak dan perangkat keras siap sepenuhnya. Di Indonesia, pengembangan teknologi Metaverse dimulai, dan dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta. Bahkan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia berencana membuat model ibu kota nusantara (IKN) dalam bentuk metaverse. WIR Group & CAKAP mengembangkan metaverse di bidang pendidikan.

 Di dunia entertainment ada Indonesia Digital Cooperatives (IDM Co-op) yang mengadakan konser dangdut di metaverse dimana mereka menghadirkan raja dangdut Rhoma Irama dalam bentuk avatar. Bahkan baru-baru ini TVOne menggunakan Robot AI sebagai presenter dan merupakan stasiun televisi pertama di Indonesia yang menggunakan Robot AI sebagai presenter dalam membawakan berita di televisi.

Namun, seperti halnya teknologi baru lainnya, metaverse juga memiliki sejumlah masalah dimana bisa mengakibatkan kesenjangan digital, ketergantungan bagi para pengguna khususnya bagi remaja Generasi Z. Selain itu hal ini juga mengganggu masalah privasi dan keamanan data yang menyebabkan cybercrime pada penggunanya.

Metaverse memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dalam lingkungan digital yang immersif. Dalam metaverse, kesenjangan digital dapat terjadi seperti dalam dunia nyata, yaitu ketidakadilan dalam akses, keterampilan, dan kemampuan teknologi. Metaverse memerlukan infrastruktur teknologi yang canggih dan mahal untuk dapat diakses. 

Hal ini dapat menciptakan kesenjangan digital antara mereka yang dapat mengakses metaverse dan mereka yang tidak dapat mengaksesnya. Masalah ini dapat mengakibatkan ketimpangan ekonomi dan sosial yang lebih besar dalam masyarakat.

FAKTOR KESENJANGAN METAVERSE

Faktor-faktor dalam kesenjangan metaverse yang pertama adalah akses menjadi salah satu faktor utama dalam kesenjangan digital dalam metaverse. Untuk dapat memasuki metaverse, pengguna memerlukan perangkat keras dan lunak yang memadai. Meskipun semakin banyak perangkat yang mendukung metaverse, masih banyak orang yang tidak mampu membeli perangkat yang dibutuhkan. Hal ini dapat mengakibatkan ketidaksetaraan dalam akses ke metaverse.

Kedua, keterampilan juga merupakan faktor yang penting dalam kesenjangan digital dalam metaverse. Keterampilan teknologi seperti coding, animasi, dan desain grafis dapat membantu pengguna menciptakan konten yang menarik dan menarik perhatian. Namun, tidak semua orang memiliki keterampilan ini dan dapat membatasi kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam metaverse.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun