Mohon tunggu...
Winda Tamara Pardosi
Winda Tamara Pardosi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Fakultas Kedonteran Gigi Universitas Airlangga

Mahasiswa S-1 Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 2022 yang memiliki ketertarikan dengan issue di bidang sosial dan kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Melangkah Keluar dari Mental Down Mahasiswa

30 Mei 2023   16:40 Diperbarui: 30 Mei 2023   16:44 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang depresi. Foto: Shuttershock

Kesehatan mental telah menjadi topik yang semakin mendapatkan perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Namun, masih ada stigma dan ketidakpahaman yang menyelimuti masalah kesehatan mental, termasuk ketika seseorang mengalami masa-masa mental down.

Setiap orang pasti pernah mengalami mental breakdown atau yang lebih akrab dikenal dengan sebutan mental down. Terlebih di zaman modern seperti sekarang ini, mental down diibaratkan seperti kehidupan yang sulit untuk dipisahkan dari perjalanan setiap orang. Salah satu kalangan yang kerap mengalami masalah mental down adalah kalangan mahasiswa. Menurut merdeka.com, mental down adalah istilah yang menggambarkan kondisi stress mental dan emosional seseorang secara ekstrem. Nyatanya, mental down saat ini termasuk dalam kategori darurat dalam penyakit mental. Mental down yang dialami seseorang bisa disebabkan oleh berbagai faktor.

Mental down, juga dikenal sebagai depresi atau kecemasan, adalah kondisi yang serius yang memengaruhi banyak orang, termasuk mahasiswa. Kehidupan sebagai mahasiswa bukanlah kehidupan yang mudah untuk dijalani. Pastinya banyak sekali tantangan yang harus dilalui, bahkan bisa sampai menguras mental seseorang. Mental down pada mahasiswa kerap kali muncul karena adanya tuntutan untuk mulai hidup mandiri dan dapat mengatur segala sesuatu tentang dirinya secara mandiri. Akibat dari mental down ini, pada kalangan mahasiswa sebesar 6,9% mempunyai niatan untuk bunuh diri, sedangkan 3,1% lainnya sudah pernah melakukan percobaan bunuh diri.

Kasus mental down yang dialami seorang mahasiswa. Foto: Kompas
Kasus mental down yang dialami seorang mahasiswa. Foto: Kompas

Masalah mental down ini tidak bisa disepelekan. Seringkali gangguan ini menimbulkan efek yang begitu besar sehingga orang yang mengalaminya tidak dapat melakukan aktivitas sahari-hari dengan baik. Mengutip Verywell Mind, mengenali gejala gangguan mental sejak dini dan perawatan yang tepat adalah kunci untuk membantu penderita merasa lebih baik.Ketika mengalami mental down, sangat penting bagi mahasiswa untuk menghadapinya dengan bijak dan mencari strategi yang tepat untuk mengatasi perasaan tersebut

Hal utama yang harus dilakukan ketika mahasiswa mengalami mental down dan sedang dihadapkan pada suatu masalah, yaitu menenangkan diri terlebih dahulu. Dalam menjalankan peran sebagai mahasiswa, kamu cukup istirahat sejenak dari hiruk pikuk tekanan yang sedang dialami. Kamu bisa memberi waktu pada tubuhmu untuk bernafas sejenak. Jika kamu memaksakan diri untuk tetap menjalani kehidupanmu, maka kondisi mental kamu bisa semakin parah. Kamu akan merasa terbebani dengan tekanan yang kamu alami. Buatlah dirimu percaya pada diri sendiri, percaya bahwa kamu punya kemampuan untuk mencapai semua yang diinginkan. Dan, sekali-sekali cobalah untuk berlari lebih jauh dan hilangkan segala ketakutan yang membuatmu hanya duduk terdiam di tempat.

Dalam menghadapi mental down, kita bisa membuka dialog dan menciptakan ruang aman di mana mahasiswa dapat berbagi pengalaman mereka tanpa takut dijauhi atau dihakimi sangat penting. Melalui dialog yang terbuka, kita dapat memberikan dukungan dan memahami bahwa mereka yang mengalami mental down bukanlah sendirian. Selain itu, memperluas pemahaman tentang mental down melalui edukasi adalah penting. Mahasiswa dan masyarakat secara umum perlu menyadari gejala-gejala mental down, bagaimana mengidentifikasinya, dan di mana mencari bantuan jika diperlukan. Ketersediaan sumber daya, seperti layanan kesehatan mental kampus atau layanan konseling, harus dipromosikan dengan aktif. Informasi tentang tanda-tanda mental down dan cara mengatasinya harus disebarkan secara luas agar mahasiswa dapat mengenali dan merespons kondisi ini dengan tepat.

Sebagai anggota komunitas akademik, kita juga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental mahasiswa. Kampus harus menyediakan sumber daya dan layanan yang mudah diakses untuk mahasiswa yang membutuhkannya. Selain itu, kita juga harus berusaha mengurangi tekanan akademik yang berlebihan dan menciptakan iklim yang mempromosikan keseimbangan antara akademik dan kehidupan pribadi. Tidak hanya institusi yang bertanggung jawab, teman dan keluarga juga memiliki peran penting dalam memberikan dukungan kepada mereka yang mengalami mental down. Mendengarkan dengan empati, menawarkan bantuan, dan memberikan ruang bagi mereka untuk berbagi perasaan dan pengalaman mereka adalah cara yang efektif untuk membantu. Jangan mengesampingkan atau meremehkan pengalaman mereka, melainkan berikan dukungan yang positif dan dorongan untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun