Â
"Jamu ...jamu..." teriakan penjual jamu yang dijajakan berkeliling di kampung - kampung. Masyarakat Indonesia sudah mengenal racikan herbal yang dibuat menjadi jamu ini sudah berpuluh tahun lamanya sejak masa nenek moyang kita. Nusantara yang kaya akan tanaman tropis beraneka ragam dan rempah - rempah yang  sudah dikenal sejak lama kemudian diracik  sebagai minuman herbal tradisional bagi masyarakat. Seiring berkembangnya jaman, jamu sekarang sudah tidak hanya dalam bentuk cair tetapi sudah berkembang ke bentuk instan. Sehingga bisa dibawa ke kota - kota lain atau bahkan ke luar pulau. Â
   Umkm jamu yang berada di kelurahan pedurungan kidul kecamatan pedurungan sudah berkecimpung dalam usaha ini selama 30 tahun. Umkm ini dimiliki oleh ibu suminah yang sudah meracik beraneka ragam jenis jamu mulai dari yang diminum sampai bentuk instan. Pemasaran jamu ini tidak hanya di pulau jawa tetapi  sudah sampai ke luar jawa. Pada masa pendemik dengan kreativitas yang tinggi seiring menurunnya daya beli masyarakat, ibu suminah membuat inovasi produk jamu anti corona. Tim pengabdian masyarakat antara lain Windasari Rachmawati. SE.MM, Vinsensia Retno W. SE.MM, Dr.Abdul Karim SE.Msi.Akt, dibantu  mahasiswa Universitas Semarang  saat melakukan peninjauan ke lapangan, umkm ini masih belum optimal dalam laporan keuangannya, terutama masih merugi dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang penentuan harga pokok penjualan, padahal ini merupakan tindakan yang krusial. Karena awal dari keuntungan adalah dengan mengetahui seberapa besar biaya produksi yang sudah dibelanjakan selanjutnya penentuan harga pokok penjualan.Â
Selanjutnya kami membuat jadwal kedatangan lagi untuk Tim pengabdian masyarakat memberikan pelatihan mulai dari menghitung biaya bahan baku, biaya produksi sampai penentuan harga pokok penjualan.
Saat sudah dilakukan pelatihan perhitungan ternyata untuk salah satu produk jamu instan jahe merah atau biasa dikenal jahe emprit dikemas  dengan berat 200 gram ini umkm ini hanya memperoleh laba Rp. 100,- saja, sangat memprihatinkan bagi tim pengabdian masyarakat Universitas Semarang.  karena biasanya umkm olahan pangan mengasumsikan keuntungan atau laba di atas 70% sehingga semisal ada beberapa produk tidak laku mereka masih bisa ada keuntungan  sedikit atau balik modal. Setelah kedatangan kami umkm jamu jawa asli milik ibu suminah ini sudah mulai mengerti dan memahami cara - cara penentuan harga pokok penjualan. Dengan pelatihan penentuan harga pokok penjualan serta di dukung beraneka olahan produk berupa bentuk cair atau instan, serta pemasaran produk instan yang sudah  sampai ke luar jawa membuat laba umkm jamu jawa asli ini  diharapkan menjadi tinggi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H