Ketok palu yang dilakukan oleh Ketua MK, Hamdan Zoelva, pada 21 Agustus silam memiliki banyak makna bagi bangsa dan negara Indonesia. Ketok palu tersebut bukan hanya menandakan akhir dari “pertarungan” panjang antara kubu pasangan Prabowo-Hatta yang menggugat pihak Komisi pemilihan Umum, tetapi juga menandakan awal dari dimulainya babak kepemimpinan baru di Indonesia.
Pada 22 Oktober yang akan datang, bangsa ini akan memasuki babak kepemimpinan yang baru. Setelah sepuluh tahun lamanya dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang terkenal kharismatik dan santun, bangsa ini tidak lama akan memasuki babak kepemimpinan yang baru. Bangsa yang besar ini akan dipimpin oleh seorang tokoh fenomenal, Joko Widodo atau yang sering dikenal dengan sebutan Jokowi.
Sosok Jokowi memang terkenal fenomenal, dan dapat dikatakan memiliki karir politik yang cemerlang. Setelah menjabat sebagai Walikota Solo selama dua periode, Jokowi kemudian terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Belum genap dua tahun memimpin Jakarta, Jokowi telah mendapat kepercayaan dari segenap masyarakat Indonesia untuk memimpin bangsa ini menggantikan Presiden SBY. Bersama Jusuf Kalla, atau yang biasa dikenal dengan sebutan JK, Jokowi diharapkan dapat menuntaskan berbagai permasalahan yang menjerat bangsa ini.
Kehidupan baru Jokowi sebagai Presiden tentu saja berbeda dengan kehidupan Jokowi sebagai Gubernur ataupun sebagai Walikota. Tantangan yang siap menghadang Jokowi untuk memimpin bangsa ini ke depannya sangat banyak, baik permasalahan nasional maupun internasional.
Banyak yang menganggap Jokowibelum memiliki kepiawaian yang mumpuni untuk terjun dalam politik “kelas” nasional, namun faktanya rakyat Indonesia lebih banyak percaya kepada Jokowi sebagai pemimpin bangsa ini. Selain itu, Jokowi juga dianggap belum memiliki pengalaman dalam melakukan politik diplomasi dengan dunia internasional. Tantangan untuk menjaga kepercayaan politik dari seluruh masyarakat akan semakin sulit apabila kesan “dikotomi” antara kubu Prabowo-Hatta dan kubu Jokowi-JK dari Pilpres lalu tidak dihilangkan.
Keraguan akan kurang piawainya Jokowi untuk terjun dalam politik “kelas” nasional dan internasional seolah-olah dapat kita hilangkan, dengan melihat pada kenyataan bahwa Jokowi dalam memimpin bangsa ini akan ditemani oleh tokoh sekaliber JK. Selain itu, dukungan dari berbagai politisi, akademisi, maupun profesional yang selama ini setia menemani Jokowi semakin meyakinkan kita bahwa Jokowi akan mampu menahkodai bangsa ini ke haluan yang benar.
Jokowi-JK tetaplah manusia biasa, yang penuh dengan segala keterbatasan. Usaha Jokowi-JK untuk memimpin bangsa ini menuju kemakmuran dan keadilan akan kandas di tengah jalan apabila segenap bangsa Indonesia tidak mendukung apa yang mereka usahakan. Oleh karena itu, sebagai bangsa yang bermartabat, sudah sewajarnya kita mendukung usaha Jokowi-JK ketika memimpin bangsa Indonesia dalam waktu dekat ini. Terlepas apakah pada saat Pilpres dulu kita adalah pendukung Jokowi-JK atau bukan, konstitusi mengharuskan kita menerima kenyataan bahwa Jokowi-JK adalah pemimpin kita. Siapapun pemimpin bangsa ini mari kita kawal dan dukung untuk mewujudkan Indonesia yang aman, sejahtera, adil dan makmur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H