Mohon tunggu...
windapratiwi
windapratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

My hobby is writing novels

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Kata Menjadi Senjata Berbahaya : Fenomena Cyberbullying

3 Januari 2025   23:05 Diperbarui: 3 Januari 2025   23:05 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Korban Cyberbullying. Sumber ilustrasi: Pinterest/momjunction

Penulis : Rama Winda Pratiwi dan Vera Sardila

Pernahkah Anda merasa terluka hanya karena membaca komentar di media sosial? Di era digital ini, kata-kata tak lagi sekadar tulisan. Ia bisa menjadi senjata yang melukai jiwa, bahkan tanpa disadari. Fenomena cyberbullying menjadi ancaman nyata yang sering terjadi terutama di kalangan remaja yang aktif menggunakan media sosial. Bagaimana mungkin sesuatu yang tak berwujud dapat menciptakan luka yang begitu dalam? Artikel ini akan mengupas bagaimana berbahayanya cyberbullying, serta apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri dan orang lain.

Cyberbullying adalah tindakan intimidasi atau pelecehan yang dilakukan melalui media digital, seperti media sosial, pesan teks, atau platform online lainnya. Bentuknya pun beragam, mulai dari komentar negatif, penyebaran rumor palsu, penghinaan, hingga ancaman. Anonimitas yang ditawarkan dunia maya sering kali membuat pelaku merasa bebas melakukan tindakan tersebut tanpa memikirkan konsekuensi yang diterima korban. Pelaku sendiri biasanya berlindung di balik kata-kata "Ah, itu tuh bercanda doang, gak usah dipikiran, dasar baperan"

Mengapa Cyberbullying begitu mengancam ?

Berbeda dengan bullying fisik, dampak cyberbullying sering kali tersembunyi. Korban mungkin tampak baik-baik saja di luar, tetapi di dalam, mereka merasa tertekan, cemas, bahkan kehilangan kepercayaan diri. Sekali sesuatu diunggah di internet, sulit untuk menghapusnya sepenuhnya karena telah menjadi jejak digital,  foto atau komentar negatif bisa menyebar dengan cepat, mempermalukan korban di depan banyak orang. Dampaknya signifikan, termasuk gangguan emosional, penurunan prestasi akademik, dan dalam kasus ekstrem, mendorong korban untuk melakukan tindakan berbahaya seperti melukai diri sendiri atau bahkan bunuh diri

Misalnya, seorang remaja perempuan bernama A merasa dihina karena komentar tentang penampilannya di media sosial mendapatkan body shaming. Awalnya, ia mengabaikan komentar tersebut, tetapi semakin banyak komentar serupa yang bermunculan. Ia akhirnya merasa malu, menutup diri dari lingkungan, dan prestasinya menurun drastis. Kasus seperti ini menjadi gambaran nyata betapa besarnya dampak cyberbullying. 

Bagaimana Mengatasi Cyberbullying?

1. Bagi Korban:

  • Jangan ragu untuk berbicara dengan orang terpercaya, seperti keluarga atau teman dekat.
  • Simpan bukti (screenshot) sebagai dokumentasi jika diperlukan tindakan hukum.
  • Laporkan akun pelaku ke platform media sosial.

2. Bagi Orang Tua:

  • Awasi aktivitas digital anak tanpa melanggar privasinya.
  • Ajarkan mereka untuk menggunakan internet secara bertanggung jawab.
  • Tumbuhkan komunikasi yang terbuka agar anak merasa nyaman berbagi masalah.

3. Bagi Masyarakat:

  • Jadilah netizen yang positif. Jangan diam jika melihat cyberbullying terjadi.
  • Dukung kampanye kesadaran tentang pentingnya etika di dunia maya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun