Mohon tunggu...
Sufriana Winda Pasaribu
Sufriana Winda Pasaribu Mohon Tunggu... Guru - Teacher

I am a teacher who wants to share my writing text

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aplikasi Pembelajaran Bruner melalui Kurikulum Spiral

12 Desember 2022   22:30 Diperbarui: 12 Desember 2022   22:37 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jerome Seymour Bruner seorang psikolog Amerika yang memberikan kontribusi dalam teori perkembangan kognitif. Terlahir buta hingga berumur 2 tahun melatar belakangi teorinya yaitu kurikulum spiral. Teori ini memberikan pengaruh besar terhadap bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran Matematika.

Menurut Bruner tujuan pendidikan bukanlah untuk memberi pengetahuan, melainkan untuk memfasilitasi pemikiran anak dan memberikan keterampilan problem solving yang dapat digunakan pada berbagai situasi.

Teori konstruktivis Bruner mengkategorikan proses belajar dalam tiga tahapan.

  1. Enactive representation (0-1 tahun)
    Anak terlibat langsung dalam mengutak-atik suatu benda. Misalnya mengenalkan pecahan dengan  membagi dua kue yang sama besar
  2. Iconic representation (1-6 tahun)
    Anak melakukan kegiatan melalui gambar benda. Misalnya menunjukkan ilustrasi visual berupa gambar.
  3. Symbolic representation (7 tahun dst)
    Anak mampu menggunakan simbol. Misalnya angka dan lambang untuk memahami konsep.

Pandangan Bruner dijelaskan melalui konsep "the Spiral Curriculum". Kurikulum Spiral melibatkan informasi secara terstruktur sehingga ide-ide kompleks dapat diajarkan pada tingkat sederhana terlebih dahulu, kemudian ditingkatkan dengan konsep yang lebih kompleks sesuai berjalannya usia dan meningkatnya pemahaman.

Salah satu aplikasi dalam pembelajaran matematika keterampilan trigonometri. Sejak dini anak mengenal bentuk segitiga, mengalami peningkatan dalam menghitung luas segitiga. Seiring berjalannya waktu kompleksitas terus meningkat dengan menghitung sudut segitiga menggunakan aturan trigonometri sin cos tan. Pada akhirnya melalui aturan trigonometri, anak dapat menghitung tinggi gedung menggunakan perbandingan bayangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun