Seperti yang kita ketahui, bahwa pada tanggal 14 Februari 2022 hingga 28 Februari 2022 telah dibuka pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2022.Â
Sebanyak 612.049 peserta telah mendaftar dan mengikuti seleksi tersebut. Wakil Ketua II LTMPT Eduart Wolok pun mengatakan dari keseluruhan pendaftar sebanyak 120.643 orang telah diterima di 125 perguruan tinggi negeri (PTN) impiannya.Â
Namun bagaimana dengan siswa yang tidak dapat mengikuti SNMPTN karena kelalaian pihak sekolah? Ratusan siswa lebih yang berharap bisa diterima di PTN impiannya melalui SNMPTN pasti merasa sangat kecewa. Pasalnya jalur SNMPTN ini merupakan jalur yang ditunggu bagi siswa yang memiliki prestasi selama tiga tahun di sekolah.
Masalah yang terjadi diatas karena sekolah tersebut terlambat finalisasi Pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) 2022, sehingga terfinalisasi secara otomatis oleh sistem.
Akibatnya, siswa eligible gagal atau tidak bisa mengikuti SNMPTN 2022. Ketua Pelaksana Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Prof. Budi Prasetyo menyebutkan bahwa jumlah sekolah yang tidak melakukan finalisasi PDSS 2022 adalah 2,58 persen.
LTMPT sendiri telah memberikan penambahan waktu finalisasi PDSS 2022 selama 2x24 jam dari jadwal yang sudah ditetapkan, yakni 8 Februari 2022.Â
Dengan demikian, proses finalisasi PDSS 2022 akan dilakukan secara otomatis oleh sistem. Maka bagi sekolah yang masih belum melakukan finalisasi, siswanya tidak dapat mengikuti SNMPTN.
Prof. Budi Prasetyo juga menjelaskan, munculnya pesan bertuliskan "Anda Tidak Berhak Mengikuti SNMPTN 2022" juga dikarenakan siswa tersebut tidak eligible.Â
Siswa dinyatakan tidak eligible dikarenakan ada beberapa hal. Dari tidak memiliki akun LTMPT hingga data siswa di Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) yang diisikan sekolah tidak lengkap.
Tentu saja seharusnya sekolah lebih memperhatikan tenggat waktu finalisasi yang telah ditetapkan dan mempersiapkan hal ini dari jauh-jauh hari, karena hal tersebut merupakan tanggungjawab pihak sekolah.Â
Akibat kelalaian pihak sekolah, ratusan mimpi siswa untuk mengikuti jalur ini terpaksa harus berhenti.