Mohon tunggu...
Winda Lutfiana
Winda Lutfiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi 23107030064 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

individu yang gemar menyendiri

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menelusuri Jejak Sejarah di Benteng Vredeburg Yogyakarta

16 Juni 2024   21:59 Diperbarui: 16 Juni 2024   22:14 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar pinterest/diah

Yogyakarta dikenal sebagai kota yang memiliki banyak sejarah. Mulai dari sejarah pada zaman Kerajaan-kerajaan kuno sampai sejarah penjajahan Indonesia. Banyak peninggalan sejarah yang terdapat di Yogyakarta. Tidak heran jika Yogyakarta sering dikunjungi banyak wisatawan dan dijadikan sebagai tempat edukasi. Salah satu peninggalan yang bersejarah di Yogyakarta adalah Benteng Vredeburg.

Benteng Vredeburg adalah sebuah monumen bersejarah yang terletak di pusat kota Yogyakarta, Indonesia. Benteng ini bukan hanya sebuah bangunan tua, tetapi juga merupakan saksi bisu dari berbagai peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada abad ke-18, benteng ini kini menjadi museum yang menyimpan banyak cerita tentang perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Benteng Vredeburg didirikan pada tahun 1760 oleh pemerintah kolonial Belanda atas perintah dari Sultan Hamengkubuwono I. Pendirian benteng ini merupakan bagian dari kesepakatan antara Sultan dan Belanda, di mana Sultan mengizinkan pembangunan benteng dengan tujuan menjaga stabilitas dan keamanan di sekitar Keraton Yogyakarta. 

Pada awalnya, benteng ini diberi nama "Rustenburg," yang berarti "benteng peristirahatan." Benteng ini dibangun di lokasi yang strategis, dekat dengan pusat pemerintahan Keraton Yogyakarta, sehingga memungkinkan Belanda untuk mengawasi aktivitas keraton dengan lebih mudah.

Pada tahun 1765, setelah mengalami kerusakan akibat gempa bumi, benteng ini diperbaiki dan namanya diubah menjadi "Vredeburg," yang berarti "benteng perdamaian." Perubahan nama ini mencerminkan niat Belanda untuk menjaga hubungan damai dengan Sultan Yogyakarta, meskipun fungsi utama benteng ini tetap sebagai pusat pengawasan dan kontrol.

Selama masa penjajahan Belanda, Benteng Vredeburg digunakan sebagai markas militer dan tempat tinggal para perwira Belanda. Benteng ini memainkan peran penting dalam berbagai peristiwa sejarah, termasuk perlawanan terhadap pendudukan Inggris di Indonesia pada awal abad ke-19 dan berbagai pemberontakan lokal.

Benteng Vredeburg memiliki desain persegi dengan empat bastion di setiap sudutnya. Bastion-bastion ini berfungsi sebagai tempat pengawasan dan pertahanan. Struktur benteng didominasi oleh dinding tebal yang terbuat dari batu bata, dan dilengkapi dengan parit di sekelilingnya sebagai tambahan pertahanan. Di dalam benteng, terdapat berbagai bangunan administratif dan barak untuk para prajurit. Beberapa fasilitas militer yang ada termasuk gudang senjata, ruang tahanan, dan menara pengawas.

Pada tahun 1992, Benteng Vredeburg diubah menjadi museum oleh pemerintah Indonesia. Museum Benteng Vredeburg menampilkan berbagai diorama dan pameran yang menggambarkan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya di wilayah Yogyakarta. Diorama-diorama ini menceritakan berbagai peristiwa penting, seperti Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Serangan Umum 1 Maret 1949, dan perlawanan rakyat terhadap penjajah.

Benteng Vredeburg memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi Indonesia. Benteng ini merupakan simbol dari hubungan sejarah antara Keraton Yogyakarta dan pemerintah kolonial Belanda. Selain itu, benteng ini juga mencerminkan perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Dengan diubahnya benteng ini menjadi museum, generasi muda Indonesia dapat belajar dan mengapresiasi sejarah perjuangan bangsa mereka.

gambar milik pribadi: salah satu peninggalan sejarah yang ada di Bentang Vredeburg
gambar milik pribadi: salah satu peninggalan sejarah yang ada di Bentang Vredeburg

Benteng Vredeburg terletak di Jalan Malioboro, salah satu jalan utama dan pusat perdagangan di Yogyakarta. Letaknya yang strategis membuat benteng ini mudah diakses oleh wisatawan. Wisatawan dapat mencapai benteng ini dengan berbagai moda transportasi, termasuk angkutan umum, becak, atau berjalan kaki jika berada di sekitar Jalan Malioboro. Harga tiket masuknya mulai Rp 3.000 untuk pengunjung dewasa dan mulai Rp 2.000 untuk pengunjung anak. Tersedia pula harga tiket masuk untuk rombongan. Untuk rombongan dewasa minimal 20 orang, tarifnya mulai Rp 2.000.  Sementara itu, rombongan anak-anak minimal 20 orang tarifnya mulai Rp 1.000.

Benteng Vredeburg terdapat 4 ruang berisikan diorama yang sudah diklasifikasi berdasarkan rentan waktu kejadian. Adapun 4 diorama tersebut ialah:

  • Ruang diorama I terdiri dari 11 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah sejak perang Diponegoro sampai masa kependudukan Jepang di Jogja (1825-1942).
  • Ruang diorama II terdiri dari 19 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah sejak awal kemerdekaan sampai Agresi Militer Belanda I (1945-1947).
  • Ruang diorama III, terdiri dari 18 buah diorama yang menggambarkan peristiwa Perjanjian Renville sampai Pengakuan Kedaulatan RIS (1948-1949).
  • Ruang diorama IV, terdiri dari 7 buah diorama yang menggambarkan periode Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sampai Masa Orde Baru (1950-1974).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun