Pernah nggak sih kalian mendengar pelajar Indonesia jaman sekarang itu mengalami stress karena tugas tugas mereka di sekolah? banyak juga mereka yang merasa bahwa berangkat ke sekolah adalah sebuah beban dan mereka merasa kurang waktu untuk mereka beristirahat. Nah, apakah tekanan dari tugas sekolah yang bisa membuat stres itu membuat para pelajar di indonesia tidak bahagia? Jawabannya tidak, penelitian yang mengatakan bahwa pelajar indonesia itu adalah pelajar paling bahagia di dunia lho. Mungkin disini akan dibahas beberapa hal tentang pelajar indonesia yang menjadi pelajar paling bahagia di dunia.
Dari penelitian kepada 510 ribu pelajar usia 15-16 tahun di 65 negara, diperoleh hasil kalau pelajar Indonesia adalah peringkat 1 paling bahagia. Jadi, organisasi antarnegara di bidang ekonomi Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) tiap 3 tahun sekali menggelar tes untuk pelajar di dunia, Programme for International Student Assessment (PISA).Tahun 2012 lalu mereka mengetes 510 ribu anak usia antara 15-16 tahun dari 65 negara. Materi yang diujikan fokusnya pada Matematika, kemampuan membaca, sains, dan problem solving. Selain itu ada juga tes seputar kebiasaan dan kecenderungan pelajar berkaitan dengan sekolah dan belajar.
Nah, pelajar Indonesia termasuk kedalam 65 negara yang ikutan PISA. Data yang diperoleh menunjukkan indonesia merupakan peringkat pertama dari 65 negara tersebut.Sebesar 96 persen siswa di Indonesia usia 15-16 tahun merasa bahagia di sekolah. Sekitar 96 persen pula pelajar yang merasa mudah mendapatkan teman di sekolah.
Ini sangat terbalik dengan negara negara di kawasan asia timur. Korea selatan merupakan negara dengan pelajar dengan pelajar paling tidak bahagia menurut studi diantara negara -- negara maju. Hal tersebut dikarenakan stress akibat tekanan pendidikan yang sangat tinggi di negara korea selatan. Faktor yang paling relevan adalah stress akademik, diikuti dengan kekerasan di sekolah, tagihan internet, kelalaian dan kekerasan duniamaya.
Korea Selatan berada posisi paling bawah diantara 30 negara dalam kepuasan anak anak dengan hidup mereka, menurut Kementrian Kesehatan Korea Selatan diikuti oleh rumania dan polandia. Kepala Bank Dunia Jim Yong Kim, yang lahir di Korea Selatan, mengatakan sistem pendidikan telah memberikan beban berat di pundak anak, dengan fokus pada kompetisi dan jam belajar panjang. Orang -- orang tua di Korea Selatan terkenal memasukkan anaknya ke sekolah sampai malam hari.
Selain Korea Selatan, China dan Jepang juga dapat dibilang pelajar yang paling tidak bahagia di dunia. Di negara Jepang juga negara China sering kali pelajarnya merasa mendapatkan tekanan pendidikan yang tinggi. Oleh karena itu, pelajar di china diduga pelajar paling stress di dunia.Â
Tekanan selama di bangku sekolah benar-benar terasa besar, Bagi mereka yang tidak kuat menerima tekanan, hasil belajar, dan penyebab lainnya dapat mengarah ke keinginan untuk bunuh diri. Maka banyak sekali kasus bunuh diri di jepang, korea selatan, dan china akibat tekanan pendidikan.
Nah, dengan fakta fakta yang dipaparkan di atas sangat berkebalikan dengan kemampuan Matematika, Membaca, dan Sains nya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh OECD tersebut mengatakan bahwa negara Jepang, China, dan Korea Selatan masuk 10 besar pelajar dengan kemampuan Matematika, Membaca, dan Sains yang tinggi dan Indonesia merupakan peringkat 2 dari bawah dengan kemampuan Matematika, Membaca, dan Sains dari 65 negara tersebut.Â
Sangat miris memang, tapi ini merupakan fakta yang harus di hadapi saat ini. Sebenarnya ada sebagian kecil pelajar indonesia yang kemampuan matematika dan sainsnya baik sampai bisa membanggakan indonesia di kancah internasional. Akan tetapi tidak sedikit pelajar indonesia yang masih di bawah standar.
Merasa bahagia di sekolah merupakan hal yang bagus. Tapi kalau melihat kemampuan pelajar Indonesia dalam belajar, sepertinya harus dipertanyakan lagi soal definisi "happy"-nya. Pelajar indonesia juga tidak boleh berfikiran bahwa sekolah hanya untuk mendapatkan ijazah yang digunakan untuk melamar kerja saja. Akan tetapi, harus benar-benar menguasai ilmu dan memanfaatkan pelajaran yang diperoleh. Bukan hanya di bidang Matematika, Sains, Membaca dan Problem Solving, tapi juga di bidang lainnya.Â
Oleh karena itu, perlu adanya pemerintah yang dapat mengubah sistem pendidikan Indonesia yang lebih baik. Tentunya tidak lepas dengan kedisiplinan pelajar indonesia itu sendiri. Pemerintah perlu sistem pendidikan yang dapat meningkatkan kemampuan Matematika, Membaca, dan Sains tanpa memberikan tekanan pendidikan pada pelajar indonesia. Pelajar indonesia juga sepertinya harus segera sadar dan meningkatkan kemampuan sehingga mampu mengimbangi persaingan global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H