Mohon tunggu...
Winda Nurghaida
Winda Nurghaida Mohon Tunggu... Lainnya - a long life student

(i'll add later)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Kelompok Belajar Sehat" Solusi Learning Loss Siswa SDN 1 Tersono Batang

26 Januari 2021   22:49 Diperbarui: 26 Januari 2021   23:00 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran Matematika pada program “Kelompok Belajar Sehat” di rumah salah satu siswa, Senin (25/1). (Sumber: Dok. Pribadi)

Tersono, Batang (26/1) - Hampir satu tahun, pembelajaran daring dampak pandemi Covid-19 diterapkan. Pelajar indonesia -bahkan dunia- menempuh pendidikan secara virtual, baik melalui aplikasi belajar, aplikasi video conference, atau hanya penugasan dan pemberian video materi oleh guru melalui aplikasi Whatsapp. Pada siswa setara Sekolah Dasar, khususnya di Desa Tersono, pembelajaran dilakukan dengan pemberian tugas dan -terkadang- video materi oleh guru. Hal ini sebabkan wali murid harus secara penuh mendampingi anaknya, menjadi pengganti guru di rumah.

Sayangnya, berdasarkan hasil pendekatan dengan wali murid,  hampir semua merasa kesulitan membimbing anaknya dalam pembelajaran daring. Sebab utamanya karena sebagian anak mengalami penurunan motivasi belajar, atau learning loss. Menghadapi fenomena tersebut, mahasiswi KKN Undip menggandeng SDN 1 Tersono Kabupaten Batang adakan “Kelompok Belajar Sehat” sejak Selasa (12/1).

Learning loss memang tidak dapat dihindarkan. Selama pandemi, siswa-siswi justru merasa dirinya selalu libur dan malah bermain gim atau dengan teman, mengabaikan tugas sebagai pelajar. Seperti yang dialami salah satu siswa SDN 1 Tersono melalui penuturan walinya. “Angel nemen sinaune ngosi sumbeg ndelokno. Bapakane yo kerjo, nek sinau karo nyong malah ngece cah e,” keluh Soleha salah satu wali murid yang kurang lebih artinya, “Susah sekali belajarnya sampai (saya, red) kesal melihatnya. Bapaknya juga kerja, kalau belajar dengan saya, anaknya malah meledek”.

Melalui rapat dengan instansi, Winda Nurghaida, mahasiswi KKN Tim 1 Undip jurusan Sastra Indonesia ini menyasar siswa-siswi kelas 5 yang jumlahnya 20 anak. Siswa-siswi tersebut dibagi menjadi 4 kelompok. Disusun pula jadwal, di mana kelompok 1 dan 2 berangkat hari Senin, Rabu, dan Jum’at di rumah Ghaitsa, -salah satu siswi- yang beralamatkan di Dukuh Kauman Desa Tersono. 

Sedangkan pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu adalah giliran kelompok 3 dan 4 di rumah siswa lainnnya di tempat Dika -salah satu siswa- yang rumahnya berada di perbatasan Desa Tersono dan Desa Tanjungsari. Pembagian kelompok tersebut didasarkan pada wilayah tinggal siswa-siswi. Berdurasi 90 menit, tiap kelompok belajar materi sekolah dasar berupa Tema, Matematika, dan Bahasa Jawa. Dinamakan “Kelompok Belajar Sehat”, kegiatan ini dilakukan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Pada awal pelaksanaan program, terbukti bahwa motivasi belajar siswa-siswi mulai luntur dan harus ditingkatkan kembali. Mulai dari lamanya menangkap materi yang disampaikan, penurunan standar kemampuan yang sudah ditentukan bagi kelas 5, hingga malasnya mengerjakan tugas. Seperti saat ditanya mengenai kegiatan belajar daring di rumah, mereka serentak menjawab merasa malas, jarang belajar, dan lebih sering memainkan gawai. “Males Bu Guru...lebih sering main, sama dolanan HP,” seru mereka kompak.

Menyiasati hal tersebut, kegiatan belajar dibuat semenyenangkan mungkin agar anak semangat dan tidak bosan. Di sela belajar, diputarkan pula video yang relevan dengan materi, seperti penangkapan paus di Lamalera NTT, bencana alam di Indonesia saat ini, kehidupan anak-anak di negara konflik, sampai bernyanyi riang menyerukan lagu-lagu daerah seperti Cing Cangkeling dari Jawa Barat. Selain itu, disisipi juga ice breaking agar siswa tidak jenuh. Yang kalah akan diberi hadiah berupa menjawab soal. "Lagi Bu Guru, seru kalau ada gamenya!," teriak Aska, salah satu siswa.

Kegiatan yang masih berjalan ini diharapkan dapat membantu serta menjaga semangat belajar siswa-siswi. Orang tua atau wali murid serta guru juga diuntungkan oleh program ini. 

“Ya bagaimana lagi ya Mbak, kita tetap butuh yang namanya pertemuan antara pengajar dengan murid. Kalau orang tua saja yang mengajar tidak cukup, malah jadinya emosi, padahal itu juga tidak baik untuk anak. Intinya kita tetap butuh guru dan program ini sangat bermanfaat,” ujar Sarwini, Ketua Komite instansi sekaligus nenek salah satu siswa.

Penulis: Winda Nurghaida, Mahasiswi Sastra Indonesia Undip 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun