Untuk beberapa orang jatuh cinta butuh waktu. Untuk beberapa yang lain hanya butuh satu detik pandang mata. Sekedip mata, saat menancapkan pandang ke sepasang mata yang menarikku keluar dari dunia tempatku berpijak lalu membawaku terbang ke langit penuh gelap yang terasa benderang penuh warna.
Itu yang terjadi padaku detik pertama aku melihatmu. Tak ada perkenalan. Tak ada jabat tangan. Tak ada "Hai..." Aku bahkan tak tahu siapa namamu. Tapi aku tahu, detik itu aku jatuh cinta padamu. Sebuah ke-absurd-an yang begitu kunikmati. Hingga akhirnya sekarang menjeratku ke dalam sebuah derita yang tak kalah nikmat.
Aku tak bisa lepas memikirkanmu. Tatap matamu mengunciku. Senyum samarmu menarikku entah ke mana. Dan apa pun di sekelilingmu terasa seperti udara yang lain untuk duniaku. Udara yang asing namun begitu menggodaku untuk terus menghirupnya.
Kau seperti candu. Aku seperti pecandu. Kau begitu jauh namun terasa dekat. Begitu kuatnya tarikan aura-mu padaku. Namun tak sedikit pun aku memiliki kuasa untuk meraihmu. Kamu terasa begitu tinggi tak tergapai. Aku bahkan terlalu takut untuk memikirkan tanganku yang tak cukup panjang untuk meraihmu.
Pada akhirnya aku hanya akan menjadi pungguk yang menatap sang luna dengan mata berkaca-kaca. Setiap detik berusaha menentramkan hati yang tak mampu menahan cinta. Dan hanya sampai di situ aku mampu untuk mencintaimu. Dari kejauhan, melalui tatapan, dikelilingi udara cinta...Begitu saja aku mampu mencintaimu.
oooOOOooo
Postingan perdana di Fiksiana, nih! :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H